Simpatisan Lingkungan Brawijaya Malang Sosialisasikan Pemilahan Sampah di Perumahan Semolowaru Indah

SURABAYA – Pembiasaan memilah sampah sudah dimulai terlebih dahulu di lingkungan sekolah ketimbang di rumah. Fakta tersebut yang membuat simpatisan lingkungan Brawijaya Malang menggelar sosialisasi pemilahan sampah kepada warga RT 02 perumahan Semolowaru Indah I, Kamis (04/07).

Menurut penuturan Rany Purnama Hadi. Mahasiswa semester 6 ini mengungkapkan bahwa keluarga di rumah juga perlu tahu tentang bahaya sampah yang tidak terolah. “Tujuan sosialisasi ini adalah ingin mengajak sebuah keluarga berperilaku ramah lingkungan di rumah. Menerapkan pemilahan sampah di rumah dengan melibatkan anak-ana juga,” ucap Rany.

Langkah pertama yang bisa direalisasikan adalah dengan melakukan sosialisasi tentang bahaya sampah yang tidak terolah dan keuntungan memilah sampah. Berbekal fakta-fakta yang menunjukkan dampahk dari sampah yang tidak terolah, Rany bersama teman-teman lainnya mulai mendatangi tiap-tiap rumah.

Aksi door to door ke rumah warga RT 02 ini mendapatkan respon positif dari salah satu warga, Siti Aminah, warga RT 02 ini menjelakan bahwa merupakan satu kesempatan yang bagus bisa belajar pemilahan sampah di Tunas Hijau, yang notabene nya adalah tetangga sendiri. “Wah menarik sekali bisa belajar memilah sampah sama mbaknya, sebenarnya sih pemilahan sampahnya ditempatkan dalam kresek plastik, tidak di tempat sampah terpilah,” ujar Siti Aminah.

Lebih lanjut, aksi sosialisasi pemilahan sampah ini juga didukung oleh ketua RW perumahan Semolowari Indah, Teddy. Menurut ketua RW ini, dirinya sangat mendukung  kegiatan sosialisasi pemilahan sampah ini.”Saya mendukung sekali mbak-mbak Brawijaya mau berbagi ilmu dan mau mengajarkan warga saya pemilahan sampah. karen hanya sebagian orang saja yang melakukan,” ujar Siti Aminah

Dalam sosialisasi ini, Rany Purnama Hadi menjelaskan kepada beberapa ibu rumah tangga bahwa sampah dipisahkan menjadi dua yakni sampah organik dan anorganik. “Contohnya sampah organik adalah sisa makanan atau sampah sayuran didapur, sedangkan sampah anorganik adalah sampah plastik, mika dan kertas minyak,” ucap Rany. Lebih lanjut, Rany mengajak mereka untuk mulai menyediakan dua tempat sampah terpilah dahulu.

Khusus untuk sampah organik Rany Purnama Hadi merenakan agar sampah organik warga akan diambil setiap dua kali seminggu untuk dijadikan kompos “Kami berencana untuk menampung sampah organik warga sekitar untuk dibuat kompos. Tetapi caranya setiap dua kali dalam seminggu, ibu-ibu harus menyetorkan sampahnya ke kami,” ucap Rany.

 Lebih lanjut, untuk sampah anorganik yang sudah terkumpul, bisa menghasilkan uang dengan dijual. “Kalau nanti kompos alami kami sudah panen, silahkan ibu-ibu boleh minta pupuknya,” ucap Rany. (rany/ryan)