Taman Anggrek dan Budidaya Tanaman Okra di SMAN 21
SURABAYA – Satu siswa satu tanaman anggrek, merupakan salah satu program baru yang diterapkan oleh SMAN 21 kepada peserta didik baru dalam LOS beberapa hari yang lalu. Alhasil, dari program tersebut terciptalah salah satu sarana lingkungan baru yaitu taman anggrek. Fakta tersebut disampaikan oleh Dwi Murti, guru pembina lingkungan SMAN 21 kepada Tunas Hijau saat kunjungan lingkungan di sekolahnya, Senin (22/07).
Menurutnya program satu siswa satu anggrek ini bukan hanya program sementara saja, melainkan dimulai dari LOS (Layanan Orientasi Siswa), tanaman anggrek tersebut sudah memiliki nama penanggung jawab masing-masing. “Nantinya setiap orang akan bertanggung jawab terhadap tanaman anggrek yang ada di taman anggrek tersebut. Kalau tanaman anggreknya mati, sanksinya adalah mengganti 5 kali lipat jumlah anggrek tersebut,” ujar Dwi Murti.

Guru pembina lingkungan yang dulunya berasal dari SMAN 8 ini menambahkan bahwa program taman anggrek sangat bergantung pada upaya perawatan yang dilakukan oleh siswa. “Sekolah sudah menyediakan fasilitasnya, taman anggrek tidak akan bisa berumur lama kalau perawatannya tidak telaten setiap hari dilakukan,” ucap Dwi Murti.
Dalam kunjungan lingkungan ini, menyikapai tema lngkungan hidup tahun ini yaitu tentang air, salah satu upaya yang dilakukan oleh kader lingkungan sekolah yang berada di daerah Argopuro ini adalah penampungan air bekas wudhu yang digunakan untuk memelihara ikan lele.
Menurut penuturan Dyah Ayu Intan, siswa kelas 12 ini menyebutkan bahwa air bekas wudhu di masjid sekolah tidak terbuang sia-sia. Air bekas wudhu tersebut dialirkan ke kolam kecil yang ada di sebelah ruang wudhu perempuan dan digunakan untuk memelihara ikan lele.

“Air bekas wudhu pada dasarnya masih bersih, tidak tercemar oleh sabun maupun detergen, sehingga sayang kalau dibuang begitu saja. Oleh karena itu air bekas wudhu ini digunakan untuk memelihara ikan lele. Lelenya sudah besar-besar lho sekarang,” ujar Dyah Ayu Intan, ketua kader lingkungan SMAN 21 ini.
Tidak puas hanya dengan pengolahan air saja, penambahan jenis tanaman pun dilakukan oleh kader lingkungan sekolah dalam program urban farming. Salah satunya adalah tanaman okra. Disampaikan oleh Dwi Murti, pembina ingkungan yang baru bahwa tanaman okra yang termasuk kedalam jenis tanaman obat keluarga ini memiliki banyak khasiat.
”Khasiatnya untuk kesehatan ada banyak, terutama meyembuhkan diabetes dan meningkatkan stamina pria.” Terang Murti kepada Tunas Hijau. Lebih lanjut, tidak hanya tanaman okra saja, penambahan media tanam dalam program urban farming pun dilakukan kader lingkungan dengan menggunakan talang yang diisi oleh tanah.
Berbagai respon pun diungkapkan oleh beberapa guru penanggung jawab lingkungan di sekolah. salah satunya seperti yang diungkapkan Rifana, guru penanggung jawab Adiwiyata ini menyatakan kesiapannya dalam menyambut Adiwiyata dan Surabaya Eco School 2013.
“Tantangan yang masih harus dilakukan adalah pelibatan semua warga sekolah dalam kegiatan lingkungan. Karena pada dasarnya kelestarian lingkungan sekolah bukan hanya tanggung jawab kader lingkungan saja, melainkan tanggung jawab dari semua lapisan warga sekolah, yaitu siswa, guru, dan karyawan,” terang Rifana.
Lebih lanjut, Rifana menambahkan bahwa sekolah berencana untuk fokus pada pembenahan kantin ramah lingkungan di sekolah. “Kami akan gencar mewujudkan kantin yang bebas plastik,” ucap Rifana. (ryan)