Tunas Hijau Ajak Peserta Kemah Hijau Amati Keanekaragaman Hayati Sungai Sekitar Sekolah

NGANJUK – Kualitas air sungai bisa dilihat dari banyaknya biota air yang ada di tepian sungai. Fakta tersebut yang ingin disampaikan Tunas Hijau kepada sedikitnya 60 orang pelajar SMP dan SMA/SMK peserta Kemah Hijau Kabupaten Nganjuk, Jumat(28/06). Salah satu bentuk upaya konservasi air yang dilakukan Tunas Hijau adalah Bio Monitoring atau uji kualitas air melalui cara biologi.

Seperti yang disampaikan oleh Bram Azzaino bahwa untuk bisa mengetahui kualitas air di sungai secara biologi. “Sepintas sungai yang kalian lihat ini bersih ya, tidak ada sampah yang mengalir bersama air, namun hal itu tidak cukup menunjukkan kualitas air sungai ini bagus. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meneliti kualitas air sungai ini ya dengan meneliti biota airnya,” jelas Bram Azzaino, aktivis senior Tunas Hijau.

Penjelasan inipun membuat peserta kemah lingkungan tampak bersemangat untuk mencoba meneliti keanekaragaman hayati yang ada di sungai ini menggunakan alat bio monitoring sederhana, yakni tabung, bak dan jaring. Dengan menggunakan tabung, bak dan jaring, Ellie Ester Cristiawan, siswa SMPN 3 Nganjuk untuk menangkap biota air yang ada di tepi sungai.

Peserta Kemah Hijau diajak melakukan pengamatan biota air di sungai depan sekolah sebagai bagian dari materi bio monitoring
Peserta Kemah Hijau diajak melakukan pengamatan biota air di sungai depan sekolah sebagai bagian dari materi bio monitoring

Bersama dengan kelompoknya, Ellie Ester menggunakan alat bantu tabel jenis-jenis biota air, mereka segera mencocokkan biota air temuan mereka seperti pada gambar. “Wah, kak ternyata biota air yang saya temukan ini adalah biota air dengan kualitas airnya sedang-sedang saja. Lalu yang terbaik bagaimana ciri-cirinya,” ucap Ellie Ester, siswa kelas 8.

Bram Azzaino, aktivis senior Tunas Hijau menunjukkan tabel yang berisi daftar biota air sebagai indikator kualitas air di sungai tersebut kepada peserta kemah hijau
Bram Azzaino, aktivis senior Tunas Hijau menunjukkan tabel yang berisi daftar biota air sebagai indikator kualitas air di sungai tersebut kepada peserta kemah hijau

Menjawab pertanyaan tersebut, dibantu dengan Fitria Dian Istianie, mahasiswa Universitas Brawijaya, paguyuban Pangeran dan Puteri Lingkungan Hidup 2009, Salsabilla Zahra dan Young Eco People (Jaringan pelajar SMA/SMK peduli lingkungan). “Kalau air sungai dengan kualitas baik itu bisa dilihat ari banyaknya biota sungai yang bisa hidup disana, seperti contohnya capung dan ikan-ikan kecil.

Berbeda dengan kalau kualitasnya buruk itu karena sudah dicemari oleh limbah deterjen maupun sampah organik,” jelas Bram Azzaino. Pengetahuan baru ini tampaknya mengundang banyak pertanyaan peserta kemah, salah satunya seperti yang ditanyakan oleh Hendriawan Saptoadji, pelajar SMAN 3 Nganjuk bahwa akibat jika di tepi sungai maupun di badan sungai.

“Kak, apa akibatnya kalau di tepi sungai ini tidak ada ikannya?” tanya Hendriawan kepada Tunas Hijau. Sambil tersenyum, Bram Azzaino menjawab pertanyaan peserta kemah ini. “Akibatnya adalah jika tidak ada ikan berarti sungai tersebut sudah tercemar, sehingga menyebabkan beberapa biota air tidak ada, hanya biota yang tahan terhadap pencemaran saja yang bisa hidup,” terang Bram Azzaino. (ryan)