Tunas Hijau Ajak Peserta Kemah Hijau Nganjuk Pemilahan Sampah dan Pengomposan

NGANJUK – Ada yang unik dari kegiatan Kemah Hijau yang diikuti oleh 170 orang pelajar SMP dan SMA/SMK se Kabupaten Nganjuk di SMAN 1 Tanjung Anom, Jumat (28/06). Hal unik tersebut adalah suasana pemilahan sampah yang dilakukan secara massal melibatkan semua peserta  kemah hijau.

Diantaranya 170 orang pelajar peserta kemah, Tunas Hijau, 4 orang mahasiswa Universitas Brawijaya, 4 orang anggota Young Eco People (Jaringan pelajar SMA/SMK peduli lingkungan) dan 2 orang pelajar yang tergabung dalam Paguyuban Pangeran dan Puteri Lingkungan Hidup.

Pemilahan massal dilakukan bersama oleh 170 orang pelajar peserta kemah hijau bersama Tunas Hijau, Young Eco People (Jaringan Pelajar SMA/SMK se Surabaya), 4 Mahasiswa Universitas Brawijaya dan Paguyuban Pangeran dan Puteri Lingkungan Hidup 2012
Pemilahan massal dilakukan bersama oleh 170 orang pelajar peserta kemah hijau bersama Tunas Hijau, Young Eco People (Jaringan Pelajar SMA/SMK se Surabaya), 4 Mahasiswa Universitas Brawijaya dan Paguyuban Pangeran dan Puteri Lingkungan Hidup 2012

Menurut penuturan Satuman, aktivis Tunas Hijau bahwa sering kali pemilahan sampah hanya melibatkan beberapa orang atau golongan saja. “Nah, kali ini kami coba ajak dan libatkan semua peserta dan panitia kemah hijau Nganjuk untuk turut melakukan pemilahan sampah,” ucap Satuman. Tanpa mengenal kata jijik, mereka secara bergotong royong memisahkan sampah anorganik dan sampah organik.

“Ayo kita pisahkan sampah antara sampah organik khusus sisa makanan dan sampah anorganik seperti plastik, mika, pembungkus makanan dan kardus,” imbuh Satuman. Tanpa mengenal rasa jijik sedikitpun, Oktania dan Fitria Dian Astianie, mahasiswa universitas Brawijaya ini memisahkan antara kardus, mika, sendok dan sisa makanan yang notabene merupakan menu sarapan mereka.

“Kemah hijau ini seharusnya kemah yang ramah lingkungan, maka dari itu jika ada permasalahan seperti ini, kita harus pecahkan bersama-sama, mari kita pilah sampahnya, kita kompos sisa makanannya,” ujar Ali Felyndra, aktivis Tunas Hijau. Lebih lanjut, pemilahan sampah  ini tidak hanya dilakukan sekali saja, namun berkelanjutan dalam setiap aktivitas.

Pemilahan sampah di kemah hijau ini diakhiri dengan pengomposan dengan metode landfill atau ditimbun sampah sisa makanannya
Pemilahan sampah di kemah hijau ini diakhiri dengan pengomposan dengan metode landfill atau ditimbun sampah sisa makanannya

Tidak hanya sekedar melakukan pemilahan sampah saja, Tunas Hijau pun mengajak peserta kemah hijau untuk melanjutkan kepada pengomposan yang berasal dari sampah sisa makanan yang dihasilkan. Dengan menggunakan metode landfill atau penimbunan. Menurut Bambang Soerjodari, aktivis Tunas Hijau metode pengomposan dengan cara ditimbun ini tidak membutuhkan banyak alat dan praktis.

”Selain hemat lahan, pengomposan dengan cara ini juga terbilang praktis, karena hanya tinggal di timbun saja,” ucap Bambang Soerjadari kepada peserta kemah hijau. Sedikitnya 3 kresek berisi sampah sisa makanan berhasil dikompos dan 8 kresek kardus dan plastik berhasil dipisahkan.

Dalam pemilahan sampah ini, Tunas Hijau juga menyampaikan pesan agar  pemilahan sampah dan pengomposan ini bisa dilanjutkan melalui pembiasaan selama kemah. Seperti yang disampaikan oleh Bambang Soerjodari, aktivis Tunas Hijau. “Lebih lanjut kami berharap adik-adik bisa membiasakan diri untuk memilah sampah dan melanjutkan pengomposan setiap harinya di sekolah masing-masing,” ujar Bambang Soerjodari. (ryan)