Tunas Hijau Ajak Sekolah Terapkan S.W.O.T Dalam Workshop Kajian Lingkungan
SURABAYA – Penyusunan rencana program lingkungan hidup sekolah-sekolah seyogyanya diawali dengan penyusunan kajian tentang kondisi awal lingkungan hidup yang ada. Sehingga rencana program yang akan dilaksanakan bisa tepat sasaran. Tunas Hijau mengajak sekolah-sekolah menyusun kajian lingkungan hidup ini melalui workshop kajian lingkungan yang diselenggarakan Sabtu (20/7) di Ruang Pola Bappeko Surabaya.
Kegiatan kali ini hanya diikuti oleh perwakilan guru dari 37 sekolah dasar. Kegiatan ini juga mendapat apresiasi dari perwakilan calon sekolah Adiwiyata yang hadir. Salah satunya dari Alif, perwakilan dari SDN Kemayoran, yang melontarkan pertanyaan mengenai analisa Strength atau kekuatan, Weakness atau kelemahan, Opportunity atau peluang, dan Threat atau ancaman (SWOT) yang dijelaskan oleh Bram Azzaino, aktivis senior Tunas Hijau.
Menurutnya, perlu ada contoh yang tentang masing-masing tema sesuai dengan kajian lingkungan. “Saya kira perlu ada contoh masing-masing tema yang akan dituliskan di kajian lingkungan, karena setiap sekolah memiliki S.W.O.T sendiri-sendiri,” tutur Alif. Alif juga menambahkan dengan memberikan contoh masing-masing tema akan membatu mereka untuk penyusunan kajian lingkungan mereka.
“Kalau sudah ada contohnya, kami bisa membuat kajian lingkungan sendiri sesuai dengan keadaan sekolah kami,” lanjutnya. Lebih lanjut, bahwa itu akan jauh lebih efektif dari pada hanya diberi teori tanpa ada panduan seperti sebelumya.
Pernyataan tersebut tentu saja mendapatkan respon positif dari Bram Azzaino, aktivis Tunas Hijau yang memberikan arahan tentang S.W.O.T. “Itu tujuan kami mengadakan workshop agar sekolah bisa belajar membuat kajian lingkungannya sendiri,” sahut Bram. Menurutnya, kebiasaan sekolah selama ini hanya mencontoh kajian lingkungan yang ada.
“Kalau saya contohkan pasti nanti akan sama seperti yang saya buat. Jadi saya hanya mengarahkan saja untuk pembuatan kajian lingkungan kali ini,” jelas Bram. Selain itu, Bram juga menjelaskan mengapa kajian lingkungan tersebut dibuat oleh sekolah. Menurutnya, kajian lingkungan tersebut adalah dasar dari pembuatan dokumen yang dibutuhkan oleh sekolah.
“Dengan kajian yang dibuat masing sekolah tersebut maka nilai atau poin dokumen sekolah tersebut akan bertambah,” lanjutnya. Dia juga menambahkan bahwa kajian lingkungan tersebut diharapakan bisa mewakili kondisi sekolah calon Adiwiyata. “Karena penilaian dokumen tersebut adalah perwakilan dari kondisi sekolah maka saya harap setelah ini bapak dan ibu bisa menyusun kajian lingkungan sesuai kondisi sekolah bukan mencontoh dokumen sekolah lain,” ungkap Bram.(Avitia/ro)