Tunas Hijau Ajak Siswa SDN Ngagel 1 Teliti Kualitas Air Sungai Kalimas
SURABAYA – Sebanyak 37 siswa SDN Ngagel 1 diajak Tunas Hijau menjadi peneliti cilik dengan mengamati kualitas air sungai Kalimas yang ada di depan sekolahnya, Sabtu (20/07). Berada di Taman Jasa Tirta ini, mereka diajak mengamati kualitas air dengan menggunakan beberapa cara yaitu kimia dan biologi.
Ajakan Tunas Hijau ini membuat mereka sangat antusias melihat cara kerjanya. Disampaikan oleh Hanissa Nurliana, mahasiswa simpatisan lingkungan hidup dari jurusan Hubungan Internasional Universitas Brawijaya Malang, bahwa siswa SD kelas 4 ini diajak untuk meneliti kandungan oksigen sampai kondisi biota airnya.
“Kita nanti akan teliti dengan menggunakan tabung ini ya, Adik-Adik. Kita akan mengamati banyaknya oksigen yang ada di dalam air, kekeruhan airnya dan berapa banyak satwa liar yang kamu jumpai nanti dicatat ya,” ujar Hanissa. Beragam pertanyaan muncul saat mereka baru saja tiba di bantaran sungai Kalimas tersebut.
Seperti yang disampaikan oleh Dimas Kusuma, siswa kelas 4 ini menanyakan alasan sungai Kalimas airnya bisa keruh. “Kak, kenapa air sungai Kalimas kok warnanya keruh enggak bisa jernih,” ucap Dimas Kusuma kepada Tunas Hijau.
Dengan senyuman Satuman, aktivis Tunas Hijau menjawab pertanyaan siswa bertubuh gendut ini. “Kenapa sungai Kalimas bisa keruh airnya karena sungai Kalimas ini sudah banyak tercemar oleh aktivitas manusia seperti membuang sampah di sungai, mandi sampai cuci pakaianpun di sungai. Ini yang membuat adanya pencemaran air sungai,” terang Satuman.
Jawaban tersebut membuat mereka tampak antusias meneliti lebih detail lagi tentang kondisi air sungai Kalimas. Uniknya, disela-sela pembelajaran, mereka tertawa sambil menunjuk adanya aktivitas mandi yang dilakukan oleh sebagian orang.
Berbekal tabung water monitoring kit, Tunas Hijau mengajak mereka untuk meneliti kondisi oksigen yang ada di sungai Kalimas. “Cara mengukurnya, kalian harus penuhi tabung kecil ini harus tanpa ada oksigen udara yang masuk kedalam tabung, setelah itu baru dicampur dengan diberi 2 tablet indikatorntya,” jelas Satuman.
Hasil pengamatan langsung diungkapkan oleh Fajar Febrianto, siswa kelas 4. “Kak ini kak, hasil kandungan oksigennya adalah 4 ppm kak. Itu artinya bahwa kondisi air sungai sudah tercemar karena adanya sampah di sungai salah satu penyebabnya,” ujar Fajar Febrianto
Guru pembina lingkungan pun terlihat sangat antusias. Menurut Siti Maisyaroh, guru pendamping bahwa kegiatan pengenalan lingkungan ini sangat bermanfaat bagi kami terutama siswa kami. “Karena kalau sejak dini diajak melihat dan mencari fakta, melalui pembelajaran ini kami bisa mengetahui bahwa kandungan oksigen air sungai ini berkurang,” ucap Siti Maisyaroh mendampingi siswanya melakukan pengamatan air.
Gita Cintya, siswa kelas 4 menambahkan bahwa kegiatan pembelajaran kualitas air ini menyenangkan, tidak hanya dengan cara kimiawi saja, tetapi dengan menggunakan mata, kita pun bisa menilai sungai tersebut tercemar atau tidak. “Kalau sungai yang tidak tercemar oleh sampah maupun bahan kimia adalah sungai yang banyak terdapat ikan, capung air dan kupu-kupu disekitarnya,” imbuh Gita Cintya. (Hanissa/ryan/ro)