Tunas Hijau Ajak Siswa SDN Sumur Welut I Berburu Sampah
SURABAYA – Permaianan ular tangga benar-benar menarik minat sedikitnya 50 orang siswa SDN Sumur Welut I. Pasalnya mereka tidak pernah melihat dan memainkan permainan tradisional tersebut sebelumnya. Alhasil, mereka pun saling berebut untuk bisa memainkan permainan ular tangga lingkungan bertemakan air ini.
Fakta tersebut tersaji dalam pembinaan lingkungan yang digelar Tunas Hijau bersama mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mahasiswa Universitas Airlangga, Rabu (17/07). Menurut Anggriyan, aktivis Tunas Hijau permaianan ular tangga tersebut hanya merupakan ssebuah alat untuk mengajak mereka aktif bisa peduli lingkungan.
“Ular tangga ini alat untuk menyampaikan pesan-pesan lingkungan kepada mereka. Karena didalam ular tangga ini terdapat banyak pesan-pesan lingkungan bertemakan air. Sehingga peraturan permaianan ular tangga ini hanya membaca pesan lingkungan yang ada di setiap kotaknya,” ujar Anggriyan.
Muhammad Saiful Ajiz, Akbar Yudha Anggara dan beberapa siswa lainnya pun tampak keasyikan sendiri memainkan ular tangga berukuran 6 x 6 meter ini. Akbar Yudha Anggara pun telihat membaca salah satu pesan lingkungan yang ada didalam salah satu kotaknya. “Membuang sampah di sungai dapat menimbulkan banjir,” ucap Akbar Yudha Anggara, siswa kelas 4.
Menurut Akbar Yudha, perilaku membuang sampah di sungai tersebut tidak ramah lingkungan, karena seharusnya membuang sampah itu di tempat sampah. “Kan sungai itu tempat mengalirnya air kak, bukan tempat sampah raksasa,” imbuh Akbar Yudha. Uniknya dalam permaianan ini, sebelumnya mereka diminta untuk menyetorkan sampah yang berserakan di sekolah sebagai karcis masuk memainkan ular tangga ini.
“Dengan cara penarikan karcis sampah ini, mereka bisa belajar untuk tidak membuang sampah sembarangan,” ucap Anggriyan. Dalam kegiatan lingkungan ini, Tunas Hijau mengajak mereka untuk menggelar aksi serbu sampah di sekolah. “Ayo siapa yang mau ikut kakak, serbu sampah, kita cari sampah yang berserakan di sekolah kemudian dibuang ditempat sampah lagi, kakak beri stiker lingkungan,” tutur Anggriyan.
Ajakan ini ternyata mampu menarik minat antusias mereka, dengan membawa 2 tempat sampah, mereka pun bergegas untuk mencari sampah yang berserakan di sekolahnya. Tidak hanya sekedar mencari sampah, Tunas Hijau juga mengajarkan mereka pemilahan sampah. “Kak, kalau sampah plastik yang basah ini termasuk sampah apa kak?” tanya Vila Nurafida Aprilianti, siswa kelas 3. Sambil tersenyum,
Anggriyan pun menjelaskan bahwa plastik es yang basah termasuk sampah kering. “Meskipun dariluar terlihat plastiknya basah, belum tentu termasuk sampah basah, karena sampah basah itu sampah yang bisa diurai tanah, sedangkan plastik tidak bisa terurai dan termasuk sampah kering,” terang Anggriyan.
Tanpa mengenal lelah, ditengah terik matahari ditambah dengan menjalankan ibadah puasa, mereka berlarian adu cepat mengumpulkan sampah yang berserakan di sekolah demi stiker lingkungan. “Hore aku dapat stiker lingkungan, bagus kak ada pesannya ayo tanam pohonnya,” ucap Muhammad Ajiz. (ryan)