Tunas Hijau Gandeng SMPK St. Stanislaus I Buat Lubang Resapan Di Jalur Hijau Kenjeran
SURABAYA – Sedikitnya 20 orang siswa berpakaian pramuka lengkap berbondong-bondong menuju jalur hijau Jalan Raya Kenjeran. Bukan untuk apel pagi, tergabung dalam kader lingkungan SMPK St. Stanislaus I, mereka turut berpartisipasi dalam gerakan sejuta lubang biopori yang digagas Tunas Hijau meneruskan gerakan lubang resapan sehari sebelumnya ditempat yang sama, Jumat (26/07).
Secara berkelanjutan, Tunas Hijau akan terus mengajak partisipasi sekolah-sekolah untuk membuat daerah tangkapan air hujan di jalur hijau di Surabaya. Seperti yang diungkapkan oleh Ali Felyndra, aktivis Tunas Hijau bahwa gerakan ini akan terus berlanjut dengan melibatkan siswa di sekolah.
Dalam kegiatan lubang resapan biopori ini, Tunas Hijau mengajak kader lingkungan SMPK St. Stanislaus I ini meneruskan gerakan lubang resapan sebelumnya yang dibuat oleh SMKK Mater Amabilis kemarin.
“Teman-teman, pagi ini kita akan meneruskan gerakan lubang resapan biopori yang kemarin sudah dibuat oleh kakak-kakak kalian di SMKK Mater Amabilis. Target kita pagi ini adalah 50 lubang biopori, jadi jika ditotal dengan sebelumnya menjadi 110 lubang resapan,” ujar Ali Felyndra. Tidak ingin menyia-nyiakan waktu, mereka pun lantas mengambil bor biopori satu persatu.
Gerakan lubang resapan yang bertujuan menambah daerah tangkapan air hujan inipun mengundang berbagai respon dari peserta. Salah satunya seperti yang disampaikan oleh Tommy Lee, siswa kelas 11 bahwa kegiatan lingkungan seperti ini membawa banyak manfaat untuk diri sendiri maupun untuk kota Surabaya sendiri.
“Manfaat untuk diri sendiri adalah kita berpartisipasi dalam menyelamatkan dunia dari ancaman pemanasan global, sedangkan untuk manfaat bagi Surabaya, kita menjadi bagian yang ikut andil menyelamatkan Surabaya dari banjir dan naiknya air laut kedalam lapaisan tanah,” Ujar Tommy Lee.
Tanggapan lainnya disampaikan oleh Samuel Ari Setiawan, siswa kelas 7 yang baru pertama kali mengikuti kegiatan lingkungan membuat lubang resapan biopori. “Ini adalah kegiatan lingkungan pertama saya, meskipun melelahkan namun saya bangga bisa terlibat dalam upaya konservasi air untuk Surabaya ini. Saya jadi kepingin membuat lubang resapan biopori lagi di rumah dengan mengajak keluarga tentunya,” ucap Samuel Ari Setiawan.
Lebih lanjut, tanpa mengenal lelah, mereka pun terus membuat lubang resapan hingga menghasilkan sedikitnya 50 lubang resapan berisi sampah organik penuh. Sementara itu menurut Dwi Herdianto, guru pendamping dalam kegiatan tersebut menyebutkan bahwa kegiatan lubang resapan biopori ini sangat mengesankan, meskipun dikelilingi asap kendaraan bermotor namun kami masih tetap semangat membuat tangkapan air hujan ini.
“Lagipula anak-anak lebih suka diajak kegiatan informal atau diluar sekolah seperti ini, karena mereka bisa menambah pengalaman dan pengetahuan tentang lingkungan juga,” tutur Dwi Herdianto. Lebih lanjut, dalam kegiatan tersebut Tunas Hijau juga mengajak mereka untuk mengisi penuh dengan sampah organik lubang resapan biopori yang sebelumnya dibuat SMKK Mater Amabilis. (Ryan)