Tunas Hijau Hadirkan Fakta Pohon Dalam Masa Orientasi Siswa SMK Kesehatan Nurul Ummah

BABAT – Fakta lingkungan tentang kerusakan hutan di Kalimantan yang ditebang setiap menitnya membuat sedikitnya 60 orang peserta Masa Orientasi Siswa SMK Kesehatan Nurul Ummah terkejut. Pasalnya, mereka baru mengetahui besarnya tingkat penebangan pohon yang terjadi di Kalimantan. Dalam pembinaan lingkungan hidup yang digelar di sekolah yang baru berdiri selama 3 tahun ini, Rabu (03/07).

Ali Felyndra, aktivis Tunas Hijau menyebutkan bahwa setiap menitnya Indonesia kehilangan hutan seluas 33 kali luas lapangan sepak bola. “Proses penebangan hutan tersebut sebagian besar digunakan untuk keperluan mebel seperti meja, kursi dan pembuatan kertas. Sayangnya, Hal tersebut kurang diimbangi dengan gerakan reboisasi,” ucap Ali Felyndra.

TUGAS :Peserta Didik baru ini diberi tugas untuk membawa tanaman dari rumah, hal ini dilakukan untuk pembiasaan cinta terhadap lingkungan
TUGAS: Peserta Didik baru ini diberi tugas untuk membawa tanaman dari rumah, hal ini dilakukan untuk pembiasaan cinta terhadap lingkungan

Penjelasan Ali Felyndra dipertegas lagi melalui permainan yang mengambil makna tentang pohon. Menggunakan kacang sebagai medianya, setiap peserta diberi 5 butir kacang untuk dihabiskan dalam jangka waktu 5 detik. “Silahkan sebijaksana mungkin kalian makan kacang ini, boleh dimakan semua,” ucap Ali Felyndra.

Tawaran tersebut tidak disia-siakan oleh peserta MOS yang berasal dari SMP-SMP sekitar ini langsung melahap habis kacang tersebut. Sambil tersenyum, Anggriyan, aktivis Tunas Hijau menjelaskan bahwa permainan kacang tersebut adalah tentang konsumsi berkelanjutan.

“Jika satu kacang ini saya ibaratkan satu pohon, maka pertanyaannya adalah siapa yang sudah menghabiskan kacangnya, berarti sama juga menebang pohonnya,” ujar Anggriyan, aktivis Tunas Hjau. Lebih lanjut, Anggriyan menegaskan bahwa semakin banyak kacang yang di makan, semakin banyak pula menebang pohon,” imbuhnya.

Aktivis Tunas Hijau menjelaskan kepada peserta didik baru tentang bagaimana perkembang biakan dan fungsi tanaman eforbia
Aktivis Tunas Hijau menjelaskan kepada peserta didik baru tentang bagaimana perkembang biakan dan fungsi tanaman eforbia

Uniknya dalam Masa Orientasi Siswa ini, Peserta diberi tugas untuk membawa satu tanaman dari rumah sebagai tiket untuk masuk sekolah. Menurut penuturan Robbi Nugroho, guru kesiswaan ini menyatakan bahwa dengan adanya tugas membawa tanaman, kami ingin mereka lebih mengenali dan peduli terhadap lingkungan.

“Tanaman yang mereka bawa sendiri akan didata oleh anak-anak OSIS, kemudian setiap harinya akan mereka rawat sendiri,” ucap Robbi. Lebih lanjut, kondisi sekolah yang masih dalam taraf pembangunan ini meSmbuat peserta MOS (Masa Orientasi Siswa) kesulitan untuk melakukan gerakan penghijauan.

Rencana jangka panjang pun segera dibuat oleh Robbi Nugroho yang segera akan menggelar aksi penanaman tanaman menggunakan media polibag. Tidak hanya itu saja pengolahan sampah dengan cara melakukan pemilahan sampahpun menjadi rencana yang harus segera direalisasikan.

Menurut Ali Felyndra, aktivis Tunas Hijau masih banyak lahan kosong yang belum dimanfaatkan, namun karena sekolah dalam tahap pembangunan, jadi kalian pasti kesulitan untuk berkegiatan lingkungan, “Hal kecil yang bisa kalian lakukan saat ini praktis hanya pengolahan sampah, dimana kalian ajak semua siswa untuk memilah sampahnya, antara organik dan anorganik,” ucap Ali Felyndra. (ryan)