Young Eco People Ajak Warga Kranggan Margorejo Peduli Lingkungan Melalui Pementasan Boneka Tangan

SURABAYA – Kampung Kranggan Margorejo tiba-tiba digemparkan dengan datangnya pemuda yang tergabung dalam Young Eco People (Jaringan pelajar SMA/SMK Peduli lingkungan) Tunas Hijau, Rabu (03/07). Kedatangan mereka ke kampung Kranggan Margorejo kali ini adalah bagian dari program Road To Kampung yang mereka prakarsai sendiri.

Uniknya, kegiatan Road To Kampung ini  hanya menggunakan media panggung boneka  sebagai media penyampai pesan lingkungan dengan cara bercerita. Hebatnya, anggota Young Eco People tidak menggunakan panggung boneka yang biasanya dipakai dalam setiap pertunjukan panggung boneka bersama Tunas Hijau. Mereka hanya menggunakan 2 buah meja dan poster sebagai media penutup panggung boneka.

“Meskipun panggung boneka kali ini terlihat sangat sederhana, tapi tujuan utamanya adalah agar pesan lingkungan yang disampaikan melalui panggung boneka bisa ditangkap oleh anak kecil yang menjadi tujuan utama kegiatan Road To Kampung ini,” ujar Rizki Amirulloh, salah satu anggota Young Eco People yang menjadi narator dalam panggung boneka.

Menggunakan media panggung boneka sederhana. Young Eco People mengajak anak-anak kampung Kranggan Margorejo peduli lingkungan
Menggunakan media panggung boneka sederhana. Young Eco People mengajak anak-anak kampung Kranggan Margorejo peduli lingkungan

Turunnya hujanpun tidak membuat semangat dan antusias anak-anak usia SD ini hilang, hebatnya mereka terlihat bersemangat menyimak cerita panggung boneka ini. Sedikitnya 20 anak berusia rata-rata 7 tahun yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Turut berpartisipasi juga adalah orang tua mereka.

Berbagai pertanyaan pun diungkapkan oleh anak-anak kecil tersebut setelah melihat pentas panggung boneka. Salah satunya seperti yang ditanyakan Bagas Aditya. “Kak, bedanya sampah organik dan anorganik apa kak?” tanya Bagas Aditya, anak kecil berusia 8 tahun.

Pesan lingkungan dismpaikan Young Eco People melalui sebuah cerita bertemakan sampah. Tidak hanya itu media ular tanggapun turut memberikan edukasi kepada anak-anak tentang peduli lingkungan
Pesan lingkungan dismpaikan Young Eco People melalui sebuah cerita bertemakan sampah. Tidak hanya itu media ular tanggapun turut memberikan edukasi kepada anak-anak tentang peduli lingkungan

Sambil tersenyum, Risky Ari Wibowo, anggota Young Eco People lainnya menceritakan bahwa bedanya adalah sampah organik itu bisa diurai tanah, kalau sampah anorganik tidak bisa diurai tanah. “Contohnya kalau organik adalah sampah sisa makanan dan sayur, sedangkan contoh anorganik adalah plastik, mika, sedotan dan stereofoam,” tutur Risky Ari Wibowo, siswa SMAN 20.

Berbagai respon pun diungkapkan oleh salah satu warga Kranggan Margorejo, salah satunya adalah Indah Kurniawati, menurut Indah kegiatan tersebut sangat bersemangat karena dijalankan oleh anak muda.

“Saya baru pertama kali menemukan kegiatan ke kampung seperti ini, apalagi ada ular tangganya. Semoga tidak hanya sekali kunjungan saja, melainkan berkelanjutan sampai ada aksi lingkungannya,” ucap Indah Kurniawati, ibu rumah tangga. (Risky/Kimpul)