Antusias Guru Dalam Workshop Panduan Menyusun Dokumen Adiwiyata
SURABAYA – Waktu pengumpulan portofolio berkas untuk menuju sekolah Adiwiyata sudah semakin dekat. Sekolah-sekolah calon Adiwiyata mulai mempersiapkan diri untuk menyusun kelengkapan dokumen-dokumen mereka. Hal ini dimanfaatkan oleh Tunas Hijau untuk menggelar workshop adiwiyata tentang penyusunan dokumen I dan II, Rabu (21/8).
Peserta workshop yang terdiri dari guru penanggung jawab adiwiyata ini tampak antusias mengikuti arahan Dony Kristiawan, aktivis Tunas Hijau yang memandu kelengkapan dokumen visi dan misi serta tentang kurikulum ini . Berbagai tanggapan disampaikan oleh guru-guru penanggung jawab adiwiyata yang sedikit kebingungan.
Seperti yang diungkapkan oleh Kun Mariyati, selaku ketua Adiwiyata SMP Negeri 23. Menurutnya, tim Adiwiyata sekolah merasa kebingungan untuk menyusun dokumen. “Kalau bisa dipandunya setiap pointnya agar kami mengerti harus memulai dari mana menyusun dokumen,” tutur Kun Mariyati.
Guru penanggung jawab lingkungan ini juga menambahkan bila ada panduan dan pendampingan rutin untuk menyusun dokumen maka sekolah tidak akan kesulitan. “Dengan adanya buku panduan atau kiat-kiat khusus tahapan untuk menyusun dokumen akan lebih mudah. Sehingga saat dokumen diserahkan sudah berdasarkan panduan yang sudah dibuat,” lanjut Kun Mariyati yang juga sebagai Kepala perpusatakaan sekolah.
Setali tiga uang dengan Kun Mariyati, Mochammad Mahmud, guru penanggung jawab lingkungan SMPN 38 juga menuturkan hal yang sama. Guru pengajar mata pelajaran IPA ini meminta untuk penjelasan tentang dokumen dilakukan lebih detail. “Kalau bisa perlahan satu demi satu, karena kami belum mengetahui detail penyusunan dokumen ini,” tutur Mahmud.
Menurutnya, Sebagian besar sekolah tidak terlalu jelas memahami cara menyusun dokumen seperti pada panduan yang biasa diberikan. “Kami tidak terlalu paham untuk penyusunan dokumen ini, jadi lebih dijelaskan setiap lembarannya secara perlahan dan kalau bisa disertakan contohnya,” lanjut Mahmud.
Kondisi berbeda terjadi dalam pembahasan dokumen pada sekolah dasar. Sebagian besar dari mereka masih belum mengerti tentang penyusunan dokumen. Tanpa ingin membuang waktu, Dony Kristiawan aktivis Tunas Hijau mengajak guru-guru peserta workshop untuk melakukan pengecekan dokumen milik salah satu peserta.
“Bu,kalau boleh saya mau melihat sekaligus ngecek bagaimana penyusunan dokumen adiwiyata di sekolah Ibu,” pinta Dony Kristiawan. Satu persatu dokumen adiwiyata mulai dicek untuk mengetahui tingkat kesalahan pada saat penyusunan dokumen Adiwiyata ini.
Sementara itu, menurut Lilik Mas Ulah, guru pembina lingkungan SDN Kendangari IV ini menyatakan bahwa dengan dicek dokumen mereka, hal tersebut akan membantu melengkapi dokumen adiwiyata. “Kami berencana untuk mensosialisasikan lagi kepada dewan guru di sekolah terkait dengan panduan penyusunan dokumen Adiwiyata,” jelas Lilik Mas Ulah.
Tidak hanya itu saja, dirinya juga mengharapkan agar workshop panduan penyusunan dokumen adiwiyata ini tidak hanya dilakukan sekali saja. “Saya berharap workshop seperti ini akan setiap tahunnya digelar workshop yang tujuannya mempersiapkan sekolah-sekolah di Surabaya menjadi sekolah adiwiyata baik kota, provinsi, nasional maupun mandiri. (ali/ryan)