Ajak Siswa SDN Pekuncen Jadi Auditor Lingkungan

Siswa SDN Pekuncen Pasuruan sedang mengaudit jenis sampah yang dihasilkan warga sekolah
Siswa SDN Pekuncen Pasuruan sedang mengaudit jenis sampah yang dihasilkan warga sekolah

PASURUAN – Sedikitnya 40 orang siswa SDN Pekuncen belajar menjadi auditor lingkungan cilik dengan cara menghitung jumlah sampah yang ada di sekolah. Fakta tersebut diberikan Tunas Hijau saat lawatan untuk pembinaan lingkungan di sekolahnya, Senin (16/09). Dibagi menjadi 3 tim kerja, mereka tampak antusias sekali mengorek-ngorek 3 tempat sampah terpilah. 

Menurut Bram Azzaino, aktivis senior Tunas Hijau, perilaku warga sekolah terhadap sampah bisa diketahui melalui jenis sampah yang dihasilkan. “Nah, Kakak akan mengajak kalian untuk menghitung dan mendata berapa banyak jumlah sampah yang ada di sekolah kalian setiap harinya,” ucap Bram Azzaino.

Pengomposan sampah organik dengan tong komposter aerob
Pengomposan sampah organik dengan tong komposter aerob

Dengan mengambil sampel 6 set tempat sampah terpilah, Tunas Hijau mengajak mereka menghitung jumlah sampah yang ada di setiap tempat sampah. “Silahkan kalian hitung di satu tempat sampah ada sampah jenis apa saja, kemudian kalian hitung dan setelah itu baru kalian pilah berdasarkan jenisnya,” jelas Bram Azzaino.

Infus tanaman yang diterapkan untuk memudahkan perawatan
Infus tanaman yang diterapkan untuk memudahkan perawatan

Tanpa rasa jijik, mereka mengeluarkan isi tempat sampah tersebut bahkan tidak segan menumpahkannya. Seperti yang disampaikan Muhammad Fatikh, salah satu kader lingkungan, yang menyebutkan hasil temuan bersama kelompoknya. “Kak, di tempat sampah kelas 2A, jumlah sampah plastiknya ada 58, kertasnya ada 30 lembar dan sedotannya ada 30,” terang Fatikh, siswa kelas 5. Lebih lanjut, Fatikh juga menjelaskan kalau semua temuannya itu ditemukan di tempat sampah warna merah dan hijau.

Berbeda dengan yang diungkapkan oleh Khansa Putri. Siswa kelas 6 ini menjelaskan bahwa sampah gelas plastik dan sampah sisa makanan yang paling banyak ditemukan di tempat sampah kuning. “Kak, kalau sisa makanan begini, bagaimana cara mengolahnya?” tanya Khansa Putri kepada Tunas Hijau.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Anggriyan, aktivis senior Tunas Hijau, menjelaskan bahwa sampah sisa makanan seharusnya diolah dengan keranjang komposter menjadi kompos. Tidak adanya keranjang komposter di sekolah, membuat Anggriyan mengajak mereka mengolah sampah sisa makanan dengan cara dimasukkan ke dalam lubang resapan biopori. “Salah satu caranya adalah dengan dimasukkan ke dalam lubang resapan biopori. Tetapi untuk mengurangi baunya segera ditambahkan kompos di atasnya,” terang Anggriyan.

Tidak hanya sekedar menghitung jumlah sampah, sampah sisa hasil temuan kader lingkungan ini akan diolah kembali. Salah satu contohnya adalah banyaknya sampah daun yang ditemukan kader lingkungan di tempat sampah membuat mereka bertindak cepat, dengan sigap mereka membawa sampah daun-daunan untuk dimasukan ke dalam tong komposter.

Dengan jumlah 8 tong komposter,  mereka bisa menghasilkan puluhan kemasan kompos sendiri setiap kali panen. Uniknya, mereka juga melakukan inovasi lingkungan tentang penghematan air. Salah satu inovasinya adalah membuat infus tanaman vertikultur. Menurut Afidah, kepala SDN Pekuncen, bahwa infus tanaman ini manfaatnya adalah membantu memudahkan kerja kader lingkungan saat menyiram tanaman vertikulturnya.

Pengomposan sampah organik makanan sisa dengan memanfaatkan lubang resapan biopori
Pengomposan sampah organik makanan sisa dengan memanfaatkan lubang resapan biopori

“Infus pohon ini terbuat dari pemanfaatan sampah botol plastik dan suntikan bekas. Botol plastik digunakan untuk menampung air yang digunakan untuk menyiram tanaman, sementara selang suntikannya digunakan untuk mengalirkan airnya,” jelas Afidah. Kepala sekolah yang berada di daerah Jalan Pahlawan Pasuruan ini berencana untuk mengajak warga sekolah untuk mengurangi penggunaan sampah plastik.

“Kami berencana untuk menggalakkan gerakan membawa tempat makan dan minum sendiri dari rumah. Selain itu, khususnya pengolahan sampah sisa makanan, saya ingin membuat tempat pengolahan sampah sisa makanan dengan memanfaatkan tong sampah bekas menjadi tempatnya,” terang Afidah. (ryan/ro)