Biogas di RW IV Jagir, Ikon Bugenvil di Karangrejo Sawah

SURABAYA – Penjurian tingkat kota program Surabaya Bersinar Green & Clean 2013 tahap 100 Besar telah dimulai Selasa (3/9). Banyak kampung yang menunjukan kelebihan lingkungan masing-masing. Penjurian dibagi menjadi 3 kategori maju, berkembang dan pemula. Tunas Hijau menjadi salah satu anggota tim juri program ini. 

Untuk menjadi pemenang, setiap kampung memunculkan inovasi unik. Tak terkecuali RT 02 dan RT 03, RW IV kelurahan Jagir, kecamatan Wonokromo. Meskipun hanya sebatas pemula atau kampung yang baru mengikuti Surabaya Green & Clean, inovasi lingkungan tidak diragukan lagi di kampung ini. Kampung yang dulunya kumuh dengan warga musiman yang sulit diajak berkerjasama sekarang memiliki inovasi biogas.

Menurut ketua RW kampung ini, mereka mulai berbenah sejak 3 tahun lalu. Awal mulanya warga musiman diikutsertakan dalam bentuk kegiatan kampung sehingga warga aktif dalam kegiatan kampung. Untuk pembinaan lingkungan dilakukan oleh fasilitator lingkungan kelurahan.

Setelah mendapat pendampingan dengan monitoring dari fasilitator, warga melakukan kegiatan rutin di kampung. “Namun kampung kami masih harus banyak berbenah, sebab masih banyak yang harus diperbaiki dalam segi penghijauan atau dari segi inovasi,” ujar ketua RW IV kelurahan Jagir ini.

Biogas adalah salah satu inovasi yang sudah dilaksanakan oleh warga. Awal mula tercetusnya ide pembuatan biogas ini saat salah seorang warga  melihat internet. Tanpa menunngu lama hanya bermodal 4 tong biru dengan harga Rp. 150.000, dan pipa serta gas kontrol. Warga bergotong royong membuat biogas tersebut selama 4 hari.

Untuk biogas sendiri diisi dengan sampah organik berupa sampah kubis dari Pasar Mangga Dua yang letaknya tak jauh dari kampung. Mereka mengaku menggunakan biogas itu sejak satu bulan lalu. Untuk starter-nya kami menggunakan cairan EM4 untuk bioaktivator. “Selama satu bulan, gasnya sudah bisa dimanfaatkan walau hanya sedikit,” ujar ketua RW yang sudah dua periode menjabat.

Menurut Sumarno, salah satu kader lingkungan setempat, pemanfaatan biogas hanya bisa dilakukan di satu rumah saja. Sebab skala yang kami buat hanya dalam sekala kecil. Contohnya waktu kerja bakti untuk membuat minmuan kopi kami memasak air menggunakan biogas, dan kami juga memasak cemilan dengan menggunakan biogas. Ini semua dapat dibuktikan dengan foto yang ada di mading kegiatan RW di sepanjang jalan.

Menurut Aulia Majid UdiaHuda, aktivis Tunas Hijau yang menjadi juri SGC 2013 dari Tunas Hijau, inovasi ini baru ditemukan di kampung pemula. Biasanya kampung pemula hanya menonjolkan masalah penghijauan saja. “Kedepanya kampung pemula diharapkan bisa meneruskan inovasi lingkungannya,” ujar Aulia Majid.

Sementara itu, penjurian kampung pemula juga dilakukan di kampung Karang Rejo Sawah. Kampung yang memfokuskan pada tanaman berbunga ini memiliki ambisi untuk menjadi jawara Surabaya Green and Clean 2013. Tanaman yang menjadi ikon kampung ini adalah bugenfil.

Menurut Nanik Sri Hestuti, juri SGC 2013 dari Dinas Pertanian, selain bugenfil, kampung ini memiliki inovasi menanam tanaman rambat dengan menggunakan bambu. Inovasi seperti ini patut untuk ditiru, karena kondisi kampung yang semakin lama tidak memiliki lahan penghijauan. “Dengan cara ini memungkinkan lahan yang sempit bisa dihijaukan,” ujar Nanik Sri Hestuti. (suud/ro)