Goyang "Caesar" Di Babat Jerawat Dan Toga Di Sambi Arum

SURABAYA – Goyang keep smile “Caesar” hebohkan penjurian Surabaya Green & Clean 2013, Rabu (4/9). Goyangan tersebut diiringi dengan yel-yel lingkungan dan diikuti oleh 30 orang kader lingkungan RW XII Kelurahan Babat Jerawat, Kecamatan Pakal. Menurut Susilowati, kader lingkungan yang sudah paruh baya ini, untuk membuat tarian dan menyamakan yel-yel kader lingkungan membutuhkan latihan selama satu minggu.

“Latihan dimulai pukul 19.00 malam sampai pukul 21.00,” ujar Susilowati. Selama dua jam itu tidak hanya latihan tari dan yel-yel saja,  namun juga ada kerja bakti warga untuk persiapan penjurian 100 besar lomba Surabaya Green and Clean tingkat kota Surabaya.

Kerja bakti tersebut meliputi pengecatan pot, penambahan tanaman urban farming atau tanaman perkotaan, pemantauan jentik-jentik hingga membuat inovasi lingkungan. Penambahan tanaman urban farming dilakukan warga dengan melakukan pembibitan tanaman sawi dan kangkung di lahan kosong milik warga. Selain itu, urban farming juga ditempatkan pada polibag dan memanfaatkan sampah gelas plastik sebagai media tanamnya.

Sayangnya, selama perawatan tanaman urban farming ini, warga RW XII ini belum merasakan panen sekalipun karena beberapa kendala. “Kendala utama yang ada di kampung adalah hadirnya tikus yang suka merusak bahkan memakan tanaman sawi yang masih kecil,” ucap Susilowati.

Secara fisik, RW XII, Kelurahan Babat Jerawat, Kecamatan Pakal ini terlihat rindang. Namun,hal tersebut tidak dibarengi dengan meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan kampung tersebut. Hal ini terlihat saat penjurian terdapat jentik pada salah satu rumah warga di RT 01. Menurut Aulia Majid, juri Surabaya Green and Clean dari Tunas Hijau, jentik nyamuk demam berdarah ditemukan di gentong penampungan air.

“Ada sekitar 10 jentik yang ditemukan dalam satu konten,” ujar Aulia. Temuan ini mendapat tanggapan dari kader lingkungan lainnya bahwa sempat terjadi kelalaian pengecekan jentik. Hal tersebut diakui oleh pemilik rumah. ”Sebab, kami hanya mengecek jentik nyamuk di daerah bak mandi, tempat penampungan, dispenser dan belakang kulkas. Bila masih ditemukan akan menjadi pekerjaan rumah bagi kader Bumantik,” ujar  Susilowati, ketua kader lingkungan kampung ini.

Selain itu, penjurian juga dilakukan di kampung Sambi Arum. Kampung yang menjadi juara pengolahan lingkungan terbaik tingkat kota Surabaya di lomba MDS (Merdeka Dari Sampah) ini mengutamakan penghijauan. Banyak tanaman berbunga berjajar rapi  mulai dari gapura, depan rumah sampai di sepanjang jalan kampung.

Bunga yang paling banyak di temukan dan menjadi ikon kampung adalah bogenfil dan tanaman Toga.  Menurut Sadikin, ketua RW Sambi Arum, dirinya telah menurunkan Surat Keputusan (SK) agar setiap warga menanam tanaman Toga dan bogenfil di depan rumah. Minimal satu rumah terdapat 4 bogenfil dan 3 macam tanaman toga. “Untuk warga yang tidak patuh akan dikenakan hukuman berupa mengisi kas RW sebesar Rp. 500.000,” ujar Sadikin.

Sementara itu, IPAL (instalasi pengolahan air limbah) juga menjadi salah satu inovasi yang dilakukan warga untuk bersaing dengan kampung pemula lainnya. Menurut Hamdia, salah seorang kader lingkungan, IPAL di kampungnya sudah dibuat selama 4 bulan dengan dana swadaya warga. Awalnya IPAL yang dibuat hanya menggunakan pipa dengan 4 penyaringan.

“Namun sekarang ditambah lagi satu tong besar untuk penampungan dan treatment. Sayangnya, pemanfaatan  IPAL tersebut belum maksimal dikarenakan kran air hasil penyaringan hanya ada satu yang diletakan di bawah gapura sehingga warga dekat gapura saja yang bisa memanfaatkannya,”  Ucap Hamdia.

Lebih lanjut, Hamdia menambahkan rencana mereka untuk memasang paralon sepanjang kampung agar hasil pengolahan air limbahnya bisa dimanfaatkan semua warga untuk menyiram tanaman,” ujar Hamdia, kader lingkungan. (suud/ry/ro)