SMAN 20 Tanam 100 Bibit Pohon Bersama Kompas Dan BRI
SURABAYA – Pentingnya peranan pohon bahwa pohon sebagai satu-satunya makhluk hidup yang bisa menghasilkan oksigen. Ternyata disikapi oleh sedikitnya 80 orang siswa SMAN 20 yang tergabung dalam anggota kader lingkungan. Bersama dengan Kompas dan Bank BRI yang turut mengundang Tunas Hijau merealisasikan hutan sekolah dengan menanam sedikitnya 100 bibit pohon di area sekolah yang terletak di daerah Medokan Semampir ini, Selasa (08/10).
Menurut Agnes Swetyapanda, Kepala Biro Kompas, kegiatan tanam pohon ini dimaksudkan dalam rangka mengajak warga sekolah lebih peduli terhadap lingkungan, khususnya tentang pohon. “Kami ingin mengajak anak muda untuk lebih peduli lingkungan dengan menanam pohon di sekolah, merealisasikan program hutan sekolah.
Tidak hanya itu saja, melalui kegiatan ini kami mengajak mereka untuk menjaga pohon yang sudah ditanamnya,” ucap Agnes Swetyapanda kepada Tunas Hijau. Berbagai jenis bibit pohon di tanam di lingkungan sekolah, diantaranya terbagi menjadi dua jenis yaitu pohon produktif dan pohon teduh. Banyaknya jenis bibit pohon yang akan ditanam dijelaskan kembali oleh Dany Anastasia, koordinator Kompas Muda, bahwa pemilihan bibit pohon berdasarkan umur dan manfaatnya.
“Sebanyak 100 bibit pohon yang terdiri dari pohon produktif dan pohon teduh diantaranya pohon mangga, pohon jambu, pohon kelengkeng, pohon sawo, pohon mahoni dan pohon trembesi. Kami ingin agar bibit pohon yang ditanam bisa bermanfaat kedepannya bagi siswa,” terang Dany Anastasia.
Dalam penanaman pohon ini, kondisi lahan yang tidak memiliki cukup lahan kosong membuat sekolah melakukan kebijakan melepas beberapa petak paving untuk ditanami pohon. Menurut penuturan Muhammad Nawir, Waka sarana prasarana, lahan sekolahnya sudah dipenuhi oleh pepohonan, jadi yang bisa adalah membongkar paving.
“Kami ingin memberikan pembelajaran kepada siswa tentang pentingnya pohon, jadi meskipun itu harus membongkar paving untuk tanam pohon pagi ini,” ucap Nawir kepada Tunas Hijau. Mendukung pernyataan yang disampaikan oleh guru sarana prasarana ini, Evan Tandyoko Mangolo, siswa kelas 11 ini mengungkapkan merupakan satu tantangan baru, karena sebelumnya, 80 orang gabungan kader lingkungan dan OSIS ini belum pernah menanam pohon di bekas paving.
“Lebih susah menanam di paving yang sudah di buka, karena didalamnya adalah pasir bukan tanah, jadi pasti membutuhkan perawatan ekstra, seperti penyiraman dan pemupukan,” ujar Evan Tandyoko. Pembekalan materi tentang pentingnya pohon disampaikan oleh Anggriyan, aktivis Tunas Hijau melalui permaianan kacang kulit.
Permainan yang bermakna pola konsumsi berkelanjutan ini mengajak tim kader lingkungan untuk memilih menyikapi kacang kulit. “Silahkan pilih kacang kulitnya mau dimakan atau disimpan. Hal ini sama dengan satu kacang kulit sama dengan satu pohon, artinya kalau kalian memakan habis kacang kulitnya, berarti kalian sudah menebang banyak pohon, kalau menyimpan kacang kulitnya berarti kalian menyimpan pohonnya,” jelas Anggriyan. (ryan)