Kegiatan Tengah Semester SMP Trisila di Markas Tunas Hijau
SURABAYA – Markas Tunas Hijau yang terletak di dalam komplek perumahan Semolowaru Indah I kembali ramai dikunjungi para siswa sekolah, Jumat (29/11). Kali ini 85 siswa kelas VII SMP TRISILA Surabaya yang berkunjung untuk belajar gaya hidup ramah lingkungan yang telah Tunas Hijau terapkan di markasnya.
Dijelaskan oleh guru kordinator lapangan Rafi Haziza bahwa kunjungan ini merupakan kegiatan tengah semester yang bertemakan lingkungan hidup dengan fokus pada urban farming, pengomposan serta konservasi air, yang merupakan tema Surabaya Eco School 2013. “Harapannya setelah mendapat banyak wawasan tentang lingkungan hidup dari Tunas Hijau, para siswa dapat menerapkannya di lingkungan sekolah,” kata Rafi Haziza.
Terbagi dalam 3 kelompok, para siswa mendapat materi yang berbeda. Untuk konservasi air peserta diajak oleh Aktivis Senior Tunas Hijau Bram Azzaino untuk melakukan penyaringan air kotor. “Selain menyaring air supaya bisa digunakan lagi, kita bisa juga menampung air hujan atau air bekas wudhu untuk dimanfaatkan kembali. Tunas Hijau sendiri tiap harinya menyiram tanaman dengan menggunakan air buangan wudhu Masjid Baitul Jabbar yang ada di depan,” kata Bram, panggilan akrab alumnus ITS ini.
Untuk pemanfaatan sampah organik menjadi kompos dijelaskan oleh Bambang Soerjodari, aktivis dan penanggung jawab kebun organik Tunas Hijau, bahwa sampah daun di halaman masjid dimanfaatkan menjadi kompos. “Selain sampah daun ditumpuk seperti ini, kita bisa juga mengomposkan sampah daun melalui lubang resapan biopori seperti ini,” ujar Bambang sambil menunjukkan cara pembuatan lubang resapan biopori.
Di kelompok lainnya Aktiivis Senior Tunas Hijau Dony Kristiawan menjelaskan tentang ratusan tanaman urban farming Tunas Hijau serta penyiramannya yang menggunakan prinsip hemat air maupun energi. “Setiap harinya untuk menyiram tanaman ini menggunakan air sisa wudhu. Untuk listrik pompa airnya menggunakan energy solar panel¸jadi hemat listrik juga,” jelas Dony kepada para siswa.
Menariknya di setiap materi para siswa diberi kesempatan untuk mencoba secara langsung, sehingga mereka dapat memahami dengan baik. Saat istirahat para siswa juga bisa bermain sekaligus belajar lingkungan hidup melalui permainan ular tangga lingkungan hidup raksasa dan aneka permainan tradisional seperti egrang, bakiak serta hulahop.
Setelah mendapatkan penjelasan materi dari Tunas Hijau, tiap kelompok mempresentasikan apa yang telah mereka pelajari dihadapan kelompok lainnya. Melalui cara ini semua siswa akan dapat saling bertukar ilmu yang diberikan selama berlangsungnya kegiatan.
“Tadi kelompok kami belajar tentang konservasi air, dimana kita awalnya diajak untuk menyaring air kotor. Turut pula kami dijelaskan tentang konservasi air yang Tunas Hijau terapkan dengan memanfaatkan air wudhu untuk menyiram ratusan tanaman urban farming-nya. Tercatat tiap harinya 1600 liter air dapat dimanfaatkan kembali,” cerita Renata Widowati saat mewakili kelompoknya untuk presentasi. (MD/ro)