Pembelajaran Siswa SDKr Anak Panah di Kebun Organik Tunas Hijau

SURABAYA Belajar tidak hanya harus berada di dalam kelas, karena bisa juga dilakukan di luar kelas atau outdoor activity. Melalui pembelajaran di luar ruangan yang dikemas dengan menyenangkan, tentu materi yang dipelajari dapat dengan mudah diserap. Hal ini diterapkan oleh SD Kristen Anak Panah yang melakukan kunjungan ke markas Tunas Hijau untuk pembelajaran tentang bagian-bagian tumbuhan sesuai dengan tema pelajaran science bagi 35 siswa kelas 2, Kamis (21/11). 

Proses fotosintesis tumbuhan diperagakan melalui tanaman air
Proses fotosintesis tumbuhan diperagakan melalui tanaman air

Dalam pembelajaran ini, siswa dikenalkan bagian-bagian tumbuhan serta pesan peduli lingkungan hidup melalui pementasan teater boneka tangan. Menggunakan tokoh Doraemon, Timy dan Tomy yang menjelaskan bagian tanaman cabai, menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa. Materi pembelajaran pun dapat dipahami dengan mudah. Terbukti dari antusiasnya mereka ketika diminta untuk menceritakan kembali bagian-bagian tumbuhan di akhir pementasan.

“Bonekanya lucu-lucu. Sekarang saya jadi tahu kalau tentang akar tumbuhan serta jenisnya. Selain itu tumbuhan juga mempunyai batang, daun, bunga dan akhirnya berbuah,” terang Albertus Tri Sasongko, salah satu siswa kelas 2-A, dengan semangat menyimpulkan pemantasan boneka tangan yang baru dia saksikan.

Selanjutnya para siswa melihat secara langsung bagian-bagian tumbuhan di kebun organik Tunas Hijau yang letaknya di depan Masjid Baitul Jabbar, Semolowaru. Dipandu oleh para aktivis Tunas Hijau, mereka turut dijelaskan fungsi penting bagian-bagian tumbuhan yang bermanfaat bagi kehidupan dan kelestarian lingkungan hidup.

Bagian tumbuhan dijelaskan dengan tanaman urban farming di kebun organik Tunas Hijau
Bagian tumbuhan dijelaskan dengan tanaman urban farming di kebun organik Tunas Hijau

“Akar mempunyai fungsi menyerap air untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu akar dapat mengikat tanah supaya tidak mudah mengalami erosi ketika hujan tiba. Kita bisa lihat dari 2 jenis tanah yang kakak aliri air seperti ini,” kata Purbo SariRetno Ningsih, aktivis Tunas HIjau sambil menyirami tanah.

Dari percobaan sederhana tersebut terlihat bagaimana tanah yang tidak ditumbuhi tanaman apapun dengan mudah terbawa aliran air. “Kita lihat bagaimana tanahnya makin habis terbawa air jika tidak ada tanamannya. Karena itu tumbuhan sangat penting untuk mencegah bencana tanah longsor,” imbuh Sari kembali.

Manfaat lain tumbuhan bagi manusia juga turut dikenalkan melalui percobaan sederhana. Dengan media tumbuhan ganggang, ditunjukkan manfaat hasil fotosintesis tanaman berupa oksigen yang dibutuhkan manusia. ”Kita bisa lihat dari daunnya muncul gelembung-gelembung. Ini yang dinamakan oksigen. Semua makhluk hidup membutuhkannya untuk bernafas,” terang Aulia Majid, aktivis Tunas Hijau, kepada para siswa yang sedang mengamati tanaman ganggang.

Siswa SDKr Anak Panah juga dikenalkan cara mengolah sampah organik menjadi kompos
Siswa SDKr Anak Panah juga dikenalkan cara mengolah sampah organik menjadi kompos

Pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos juga ditunjukkan kepada para siswa. Tak sekedar ditunjukkan, mereka diajak juga mengumpulkan sampah dedaunan untuk dikomposkan. Setelah itu tiap anak diajarkan tentang pembibitan tanaman cabai di polibag.

“Dari sampah daun tadi nantinya akan menjadi pupuk kompos atau tanah seperti ini. Kompos ini nantinya akan dipakai untuk menanam sayuran di polibag. Ayo saat ini kita bersama-sama menanam tanaman cabai,” ajak Bambang Soerjodari, aktivis Tunas Hijau.

Saat istirahat, para siswa juga bisa bermain sekaligus belajar lingkungan hidup melalui permainan ular tangga lingkungan hidup raksasa dan aneka permainan tradisional seperti egrang serta hulahop.

Beragam aktifitas yang menarik membuat para siswa dapat belajar dengan gembira. Seperti yang disampaikan Aditya Adi Syaputra, siswa kelas 2, bahwa kegiatannya sangat mengasyikkan karena bisa melihat serta mempraktekkan secara langsung. “Asyik sekali disini karena saya bisa belajar dari banyak tanaman yang ada disini. Apalagi bisa bermain permainan ular tangga lingkungan hidup juga,” ungkap Aditya. (MD/ro)