Boneka Tangan Jadi Motivasi Anak IPH School PG_KG East Saat Menanam Dan Pilah Sampah

Salah seorang anak-anak playgroup IPH School menanyakan cara menanam kepada kedua tokoh binatang dalam panggung boneka yang diperankan oleh aktivis Tunas Hijau
Salah seorang anak-anak playgroup IPH School menanyakan cara menanam kepada kedua tokoh binatang dalam panggung boneka yang diperankan oleh aktivis Tunas Hijau

SURABAYA – Mengajak anak usia balita untuk bisa membuang sampah ditempatnya dan menanam menjadi tantangan tersendiri bagi Tunas Hijau. Alasannya, dengan usia yang masih belum menginjak 5 tahun, anak-anak balita tersebut tidak cukup diberikan penjelasan melalui tulisan, lisan maupun gambar. Fakta tersebut yang didapati dalam kegiatan Planting Days yang diselenggarakan IPH School PG-KG East bersama Tunas Hijau di sekolahnya, Rabu (29/01).

Pembiasaan berperilaku amah lingkungan dikenalkan melalui beberapa media, salah satunya pentas panggung boneka. Dengan membawakan cerita yang diperankan oleh tokoh binatang kelinci dan sapi, Ali Felyndra menjelaskan cara menanam tanaman sayur yang benar. “Kalau mau menanam tanaman sayur nanti, pertama lubangi tanahnya, lalu telakkan bibit tanamannya kemudian tutup dengan tanah,” ujar Ali pemeran tokoh sapi.

Aktivis Tunas Hijau memandu anak-anak playgroup untuk menanam tanaman sayur dengan mengunakan boneka tangan
Aktivis Tunas Hijau memandu anak-anak playgroup untuk menanam tanaman sayur dengan mengunakan boneka tangan

Tidak hanya cukup melalui panggung boneka saja, Tunas Hijau mengajak 120 orang anak-anak balita ini untuk praktek menanam tanaman sayur. Uniknya, selama proses penanaman sayur mereka ditemani oleh kedua tokoh hewan yang bernama Mou dan Piko. “Anak-anak lebih mengerti cara menanam saat mereka bersama Mou dan Piko. Karena butuh dorongan motivasi untuk mengajak mereka berkotor-kotoran,” pungkas Irma, guru pendamping kelas.

Dua orang anak akan menanam satu tanaman dalam satu polibag, tanaman tersebut harus dirawat setiap hari. “Jangan lupa ya, cara merawatnya cukup dengan disiram setiap hari, pasti tanaman kalian akan cepat tumbuhnya,” ucap Anggriyan Permana, aktivis Tunas Hijau. Sementara itu, bibit tanaman yang ada pada polibag berukuran 10 – 15 liter ini dibawa pulang sebagai reward atau hadiahnya.

Aktivis Tunas Hijau mengajak anak-anak playgroup IPH School untuk memilah sampah dengan menggunakan dua buah trashbag besar
Aktivis Tunas Hijau mengajak anak-anak playgroup IPH School untuk memilah sampah dengan menggunakan dua buah trashbag besar

Tidak hanya diajak untuk menanam tanaman sayur seperti tomat dan terong saja, Tunas Hijau juga mengajak mereka melakukan pemilahan sampah. Dengan menggunakan tokoh binatang Piko dan Mou, Purbo Sari, aktivis Tunas Hijau menjelaskan bahwa sampah itu ada dua jenisnya sampah yang bisa busuk dan sampah yang tidak bisa busuk.

“Kalau sampah busuk itu contohnya daun kering, sisa roti dibuangnya ditempat sampah warna biru yang berarti basah, sedangkan sampah yang tidak bisa busuk itu contohnya plastik, bungkus makanan, botol itu dibuangnya ditempat sampah warna kuning yang berarti sampah kering,” ujar Purbo Sari, sebagai narator panggung boneka.

Antusias tinggi, anak-anak playgroup IPH School tidak takut kotor untuk menanam tanaman sayur terong dan tomat di halaman sekolah mereka
Antusias tinggi, anak-anak playgroup IPH School tidak takut kotor untuk menanam tanaman sayur terong dan tomat di halaman sekolah mereka

Menggunakan dua buah trashbag besar yang bertanda biru dan kuning, disertai dengan tulisan basah dan kering. Anak-anak playgroup ini antusias untuk mengambil sampah yang berserakan. Merekapun berebut mengambil sampah daun, plastik sampai bungkus makanan untuk dibuang ditempat sampah sesuai warnanya. “Wah ini ada daun, harus dibuang ditempat sampah warna biru,” ucap Heiden, salah satu anak berusia 3 tahun.

Uniknya, dalam setiap aktivitas lingkungan yang mereka lakukan, selalu dipandu oleh tokoh binatang pada gelaran panggung boneka, seperti Mou, Piko dan Catty. “Mereka semakin bersemangat untuk memilah sampah dan menanam tanaman sayuran tadi, jadi hadirnya tokoh-tokoh binatang tersebut menjadi motivasi sendiri, mereka terlihat begitu ekspresif dengan boneka tangan tersebut,” ucap Irma, guru pendamping kelas. (ryn)