Himbau Peserta Workshop Hemat Listrik Melalui Contoh Perilaku Yang Keliru

SURABAYA – Penghematan energi listrik cukup ditunjukkan dengan banyaknya stiker lingkungan hemat listrik yang ada di sekolah. Hal tersebut menjadi salah satu paradigma keliru di masyarakat tentang penggunaan energi listrik. Fakta tersebut disampaikan oleh Satuman, aktivis Tunas Hijau dalam workshop lingkungan penghematan energi, design kreatif dan readers blog yang diselenggarakan Tunas Hijau bersama Mongabay Indonesia, Sabtu (25/01).

Jessica, salah seorang kader lingkungan SMAN 9 menanyakan tentang sumber energi listrik yang ada di indoneia dalam workshop penghematan energi, design kreatif dan readers blog yang digelar Tunas Hijau bersama Mongabay Indonesia
Jessica, salah seorang kader lingkungan SMAN 9 menanyakan tentang sumber energi listrik yang ada di indoneia dalam workshop penghematan energi, design kreatif dan readers blog yang digelar Tunas Hijau bersama Mongabay Indonesia

Bertempat di ruang pola gedung BAPPEKO  (Badan Perencanaan Pembangunan Kota) Surabaya. Dalam workshop penghematan energi ini, Satuman meluruskan paradigma yang keliru tersebut bahwa sebenarnya upaya penghematan energi listrik tidak cukup hanya dengan memperbanyak stiker penghematan listrik saja.

“Untuk bisa hemat listrik butuh tindakan nyata penghematan energi seperti mematikan lampu yang tidak dipakai, mematikan peralatan listrik yang tidak dipakai dan menggantikan lampu pijar dengan lampu LED,” ujar Satuman. Satuman juga membeberkan beberapa fenomena pemahaman yang keliru di masyarakat.

ALi Felyndra, aktivis Tunas Hijau, menunjukkan cara kerja display atau alat-alat panel surya kepada peserta workshop penghematan energi, design kreatif dan readers blog diselenggarakan oleh Tunas Hijau dan Mongabay Indonesia
ALi Felyndra, aktivis Tunas Hijau, menunjukkan cara kerja display atau alat-alat panel surya kepada peserta workshop penghematan energi, design kreatif dan readers blog diselenggarakan oleh Tunas Hijau dan Mongabay Indonesia

Menurut Satuman, beberapa pemahaman yang keliru di masyarakat tersebut diantaranya adalah membiarkan peralatan listrik dalam keadaan standy. “Membiarkan peralatan listrik yang ada di sekolah maupun dalam keadaan standy sama saja membiarkan pemborosan energi listrik, karena meskipun dalam keadaan standby, energi listrik masih tetap mengalir ke dalam peralatan listrik tersebut,” terang Satuman.

Dalam workshop penghematan energi ini, beberapa pertanyaan disampaikan oleh salah satunya disampaikan oleh Riski Amirulloh, siswa SMKN 1 yang menanyakan apakah sumber energi listrik bisa habis di bumi. “Kak, apakah sumber energi listrik bisa habis, lalu apakah ada sumber energi yang terbarukan atau tidak habis?” tanya Riski Amirulloh.

Pertanyaan ini langsung dijawab oleh Satuman, aktivis Tunas Hijau berperawakan tinggi ini bahwa sumber energi listrik yang ada di Indonesia bisa habis, karena berasal dari sumber daya alam seperti batu bara, gas bumi dan minyak bumi yang terus dieksplorasi.

Ali Felyndra, aktivis Tunas Hijau, menunjukkan cara kerja bola lampu, dengan menggunalkann opn sina
Ali Felyndra, aktivis Tunas Hijau, menunjukkan cara kerja alat pengukur daya atau watt yang digunakan untuk mengukur  daya lampu LED selama pemakaian 1 jam saja,” bola lampu, dengan menggunalkann opn sina

“Sementara saat ini ada sumber energi listrik yang terbarukan dengan memanfaatkan sumber alami seperti solar panel yang memanfaatkan sinar matahari, sumber energi listrik yang memanfaatkan air sungai. Namun, untuk penggunaan atau pemanfaatan masih belum merata,” terang Satuman.

Satuman menambahkan bahwa untuk memperbaiki paradigma keliru tersebut, yang pertama dilakukan adalah memperbaiki pola pikir dengan menerapkan penghematan energi dimulai dari diri sendiri baik di sekolah maupun di rumah. “Kalianlah yang harus memberikan contoh untuk perilaku ramah lingkungan hemat listrik, karena kalian kader lingkungan pilihan,” ujar Satuman.(ryn)