Tunas Hijau Menengok Konservasi Mangrove Di Muara Wonorejo
Momen liburan sekolah menjadi momen masyarakat Surabaya untuk menghabiskan waktu bersama keluarga mengunjungi obyek wisata. Sebagian besar lebih memilih mengunjungi obyek wisata yang mengarah pada pembelajaran lingkungan, seperti ekowisata mangrove di bosem Wonorejo. Tidak ketinggalan, Tunas Hijau yang melakukan upaya konservasi tanaman mangrove sembari menikmati momen liburan.
Hal tersebut disampaikan oleh Satuman, aktivis Tunas Hijau yang ikut dalam kegiatan konservasi mangrove ini, Rabu, (01/01). Menurut Satuman, upaya konservasi yang dilakukan Tunas Hijau adalah dengan mengamati kondisi air, sampah non organik sampai keanekaragaman hayatinya.
Keindahan alam dan pesona bosem Wonorejo mampu menarik perhatian pengunjung untuk menghabiskan waktu liburan di bosem tersebut. Tidak hanya itu, keindahan alam bosem Wonorejo juga diimbangi dengan kekayaan keanekaragaman hayati yang ada di area bosem Wonorejo. Khususnya jenis burung.
Hal ini terlihat dari adanya papan informasi berukuran besar yang didalamnya berisi nama dan jenis burung yang ada di Wonorejo. “Selain tempat ekowisata, tempat liburan ini bisa untuk pembelajaran bagi anak-anak untuk belajar keanekaragaman hayati yang ada di Wonorejo,” ujar Satuman.
Sementara itu, dalam upaya konservasi mangrove ini, Tunas Hijau menemukan bahwa masih ada sampah nonorganik yang terletak di bawah jogging track menuju pos pantau. Menurut penuturan Satuman, aktivis Tunas Hijau bahwa sampah nonorganik tersebut berasal dari daratan yang terbawa sampai ke Wonorejo.
“Hanya sebagian kecil saja sampah nonroganik yang dihasilkan oleh pengunjung. Karena di beberapa titik jogging track terdapat tempat sampah termasuk di pos pantau,” ucap Satuman. Satuman menambahkan bahwa hal tersebut membuktikan jika sampah plastik tersebut tidak mudah diuraikan oleh tanah maupun air.
Tidak hanya permasalahan sampah saja, dengan menggunakan alat teropong atau binocullar, Faizah Hanun, putri aktivis senior Tunas Hijau, Mochamad Zamroni terlihat mengamati keanekaragaman hayati yang ada di Wonorejo, khususnya yang ada di atas pepohonan. “Ayo Nak, coba dilihat di atas pohon itu ada hewan atau burung atau tidak,” ajak Mochamad Zamroni kepada Faizah Hanun.
Dengan cermat Faizah Hanun mengamati aktivitas keanerakaragaman hayati yang ada di atas pohon. “Ayah, itu ada burung berwarna putih yang naik di atas pohon,” ucap Faizah Hanun. Zamroni menambahkan bahwa keanekaragaman hayati di wisata mangrove sangat banyak sekali mulai burung, ikan sampai jenis kepiting.
Dalam konservasi ini, Tunas Hijau juga menemukan banyak pohon-pohon yang tumbang didekat bibir pantai. Menurut Satuman, aktivis Tunas Hijau pepohonan tersebut tumbang dikarenakan air laut yang kadar garamnya terlalu tinggi. “Saking ganasnya air laut tersebut, membuat pepohonan tersebut menjadi tumbang karena terkikis air laut,” ucap Satuman.
Satuman berharap dengan adanya temuan tersebut, masyarakat Surabaya mau jeli menjaga kebersihan dan keindahan ekowisata Wonorejo. “Kalau bukan kita yang menjaga kelestarian dan kebersihannya, lalu siapa lagi?” ucap Satuman. Perlunya upaya pelestarian keanekaragaman hayati, pembibitan mangrove, menjaga kebersihan sampah menanam mangrove menjadi solusi dari permasalahan tersebut. (ryn)