Awal Komitmen Peduli Lingkungan, SMK Ketintang Buat Lubang Resapan
SURABAYA – 40 persen lahan hijau di kota pahlawan sudah teresapi air laut, hal ini membuat kandungan air didalam tanah menjadi tercampur oleh kandungan air garam pada laut. Informasi ini membuat mata sedikitya 80 orang siswa perwakilan kelas mulai kelas 10 dan 11 terbelalak. Fakta tersebut disampaikan oleh Anggriyan, aktivis Tunas Hijau, dalam gelaran kegiatan workshop lingkungan di sekolahnya, Jumat (07/02).
Dalam workshop lingkungan ini, upaya mewujudkan konservasi air di sekolah ditunjukkan dengan mengajak perwakilan OSIS sekolah yang berada di daerah Jalan Ketintang membuat lubang resapan biopori. “Kegiatan membuat lubang resapan biopori bertujuan untuk meresapkn air hujan ke dalam tanah. Agar sekolah tidak banjir atau terdapat genangan air di sekolah,” ucap Anggriyan, aktivis Tunas Hijau.
Anggriyan menambahkan bahwa lubang resapan ini idealnya dibuat di daerah saluran air ataupun daerah yang dilalui air seperti taman. Pengetahuan lingkungan menjadi pengalaman yang baru bagi puluhan siswa perwakilan kelas di sekolah. Antusiasme sedikitnya 30 orang siswa anggota OSIS begitu besar saat mencoba membuat lubang resapan biopori di sekolah. Lahan penuh paving, bukan menjadi penghalang bagi anggota OSIS untuk meresapkan air ujan ke dalam tanah melalui lubang resapan.
Menurut Hannifa Putri, salah seorang anggota OSIS, mengatakan meskipun saluran air di sekolah sudah diplester, maka pembuatan lubang resapan dilakukan di taman-taman kelas. “Kami akan langsung menerapkan membuat lubang resapan di taman-taman kelas sekolah. Meskipun, tanahnya keras, tetapi lubang resapan tersebut sangat dibutuhkan sekolah untuk meresapkan air hujan,” ucap Haniffa Putri,
Tidak hanya membuat lubang resapan saja, Tunas Hijau mengajak mereka untuk mengurangi permasalahan lingkungan yang ada di sekolah. “Permasalahan lingkungan yang ada di sekolah kami adalah banyaknya sampah plastik seperti plastik es, sedotan dan kresek,” ucap Rengga Indra Bayu, siswa kelas 10.
Dengan menggunakan karung goni bekas, Tunas Hijau mengajak peserta workshop lingkungan untuk melakukan pemilahan sampah. “Tidak adanya tempat sampah terpilah membuat, sampah yang dihasilkan oleh warga sekolah dijadikan satu. Hal ini membuat bau sampah yang menyengat, maka dari itu ayo kita pisahkan sampah botol, sampah plastik es dan sedotan,” ucap Anggriyan Permana, aktivis Tunas Hijau.
Ajakan aktivis Tunas Hijau ini langsung ditindak lanjuti dengan kegiatan sweeping sampah anorganik yang dilakukan oleh anggota OSIS. “Ayo kita kumpulkan sampah botol plastik, sedotan dan plastik es agar volume sampah di sekolah berkurang. Nanti sampah botolnya bisa kita jual,” ajak Niken Dhea Ayu, siswa kelas 10.
Anggota OSIS ini berharap kedepan, kegiatan lingkungan di sekolahnya akan terus berlanjut. “Kami berharap ini akan jadi permulaan kegiatan lingkungan yang baik, pertama-tama kami akan bentuk tim lingkungan,” ucap Niken Dhea Ayu. (ryn)