Workshop 3R Green Technology And Innovation Expo 2014 Inspirasi Sekolah Olah Sampah

SURABAYAWaste is Gold atau sampah sama dengan emas, merupakan 3 kata yang diucapkan oleh Augustine Koh Jani Chan menjadi daya tarik tersendiri bagi sedikitnya 86 orang perwakilan guru dari SD, SMP dan SMA/SMK Surabaya dan Sidoarjo. Fakta tersebut tersaji dalam pameran Green Technology and Innovation 2014 yang digelar UCLG (United Cities And Local Cities) bekerja sama dengan Tunas Hijau di hotel Shangrila, Rabu (26/02).

Narasumber Dari malaysia, Augustine Koh Jani Chan menerangkan tentang sampah yang bisa didaur ulang dan bernilai jual lebih
Narasumber Dari malaysia, Augustine Koh Jani Chan menerangkan tentang sampah yang bisa didaur ulang dan bernilai jual lebih

“Semua jenis sampah adalah bernilai jual, mulai dari sampah plastik, sampah kertas bahkan sampah kalengpun bernilai jual,” ucap Augustine Koh, Narasumber dari Mayasia ini membeberkan bahwa dibeberapa negara seperti Thailand, semua jenis sampah dapat didaur ulang atau bernilai jual. “Di Negara Thailand, semua jenis sampah bernilai jual tinggi, beberapa sampah di Indonesia yang tidak bernilai jual seperti stereofoam, di Thailand menjadi sangat bernilai bagi perusahaan daur ulangnya,” ucap Augustine Koh.

Tidak hanya itu, Koh Chan, sapaan akrab narasumber ini menambahkan bahwa sampah botol plastik jika dikembalikan ke pabriknya, mereka akan mendapatkan 10 % dari nilai jualnya. Dalam workshop mengenai 3R ini, Augustine Koh mengungkapkan bahwa dampak dari sampah yang tidak terolah terdiri dari penurunan kualitas air, udara dan tanah.

Salah seorang peserta workshop tanya tentang metode pengolahan sampah yang diterapkan di negara Jepang dan Indonesia
Salah seorang peserta workshop tanya tentang metode pengolahan sampah yang diterapkan di negara Jepang dan Indonesia

Tidak hanya itu, Koh Jani menyebutkan bahwa botol plastik yang biasanya hanya dijual saja dii Surabaya, di Thailand, botol plastik tersebut diubah menjadi beberapa benda seperti tas belanja, baju dan handuk. “Ini adalah baju yang terbuat dari serat plastik yang terdapat di dalam botol plastik. Tidak hanya baju saja, berbagai kreativitas lainnya pun terbuat dari serat botol plastik,” ucap Koh Jani Chan.

Sementara itu, canggihnya pengelolaan lingkungan dibeberapa kota di Thailand menjadi inspirasi bagi beberapa peserta workshop. Salah satunya seperti yang ditanyakan oleh Tri Maryati, guru pembina lingkungan SMPN 5, tentang metode pengomposan yang dilakukan di Negara Thailand. “Sebagian besar paparan tadi didominasi oleh sampah nonorganik, bagaimana dengan pengolahan sampah organik disana?” tanya Tri Maryati, guru SMPN 5.

Augustinie Koh Jani Chan mengungkapkan bahwa sampah botol plastikpun bisa diubah menjadi barang bernilai jual lebih yakni baju dari serat plastik
Augustinie Koh Jani Chan mengungkapkan bahwa sampah botol plastikpun bisa diubah menjadi barang bernilai jual lebih yakni baju dari serat plastik

Pertanyaan tersebut, langsung dijawab dengan menunjukkan beberapa aktivitas pengolahan sampah organik dengan menggunakan bis-bisan untuk mengolah sampah dapur. “Pengolahan sampah organik yang ada di Thailand, mereka terbiasa menggunakan metode pengomposan cacing atau warm fertilizer. Mereka memanfaatkan tong besar sebagai medianya, sampah dapur diolah bersama dengan pupuk kompos yang sudah jadi. Sehingga, bisa panen dua hal yaitu kompos dan cacing,” terang Koh Jani Chan.

Selain itu, di sektor industri, sampah dapur atau sampah organik diproses dengan bantuan mesin dan teknologi. “Kalau pengolahan sampah organik di tingkat industri atau pabrik, hanya butuh beberapa jam saja untuk membuat kompos, dengan bantuan mesin dan teknologi,” terang Koh Jani Chan. Informasi ini mampu membuat peserta termotivasi untuk terus mengolah sampah organik di sekolah. (ryn)