Ajak Warganya Kurangi Plastik, SDN Kandangan II Benahi Alat Pengomposan

SURABAYA – Mewujudkan sekolah yang bebas sampah plastik menjadi impian dari Siti Maisaroh, kepala SDN Kandangan II. Alasannya, plastik merupakan bahan yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. “Semakin banyak sampah plastiknya, maka kondisi sekolah tersebut akan semakin kotor,” ucap Siti Maisaroh. Fakta tersebut didapati oleh Tunas Hijau saat menggelar pembinaan lingkungan dalam rangka adiwiyata di sekolahnya, Rabu (30/04). Pembinaan lingkungan ini adalah salah satu upaya untuk mengajak anak-anak tidak menggunakan plastik sekali pakai lagi.

Kader lingkungan SDN Kandangan II menunjukkan botol air sendiri sebagai bagian pengurangan sampah plastik sekali pakai
Kader lingkungan SDN Kandangan II menunjukkan botol air sendiri sebagai bagian pengurangan sampah plastik sekali pakai

Upaya lain yang dilakukan oleh sekolah adalah menghimbau warga sekolahnya untuk membawa botol minuman sendiri dari rumah. “Saya sudah menghimbau anak-anak untuk membawa tempat makan dan minum sendiri dari rumah, tetapi tampaknya sebagian besar siswa sudah melakukannya,” ucap Siti Maisaroh. Permasalahan lingkungan ini membuat Tunas Hijau menunjukkan bahaya penggunaan plastik sekali pakai.

“Tahukah kalian, plastik sekali pakai seperti plastik es, sedotan, bungkus makanan adalah plastik yang tidak bisa hancur dalam waktu lebih dari 100 tahun, selain itu, plastik memiliki kandungan kimia, Kalau plastik terkena panas, maka bahan kimia tadi akan terlepas,” jelas Anggriyan Permana, aktivis Tunas Hijau. Aktivis lingkungan ini mengajak kader lingkungan untuk melakukan operasi sampah plastik, dikumpulkan lalu dipisahkan antara sampah plastik yang bisa diolah dan yang tidak bisa diolah.

Kader lingkungan SDN Kandangan II menata sampah plastik yang bisa diolah dengan cara dijual, lalu hasil jualnya akan kami gunakan untuk lingkungan
Kader lingkungan SDN Kandangan II menata sampah plastik yang bisa diolah dengan cara dijual, lalu hasil jualnya akan kami gunakan untuk lingkungan

Sementara itu, Siti Maisaroh juga akan menindak lanjuti kebijakan membawa kantong plastik untuk wadah sampah yang dihasilkan oleh warga sekolah.”Kami mempunyai kebijakan kalau setiap siswa wajib membawa kantong plastik, yang digunakan untuk tempat sampah sementara mereka khusus sampah plastik. Jadi kalau warga sekolah ada yang menggunakan plastik, kantong plastik tersebut jadi tempat sampahnya dan harus dibawa pulang, bukan dibuang di sekolah,” ucap Siti Maisaroh.

Kebijakan tersebut digunakan untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, namun saat ini pengawasan terhadap kebijakan tersebut mulai longgar, akibatnya semakin banyak sampah plastik yang dihasilkan. “Saya coba mengganti kebijakan tersebut dengan membawa kantong yang bisa digunakan berkali-kali, agar tidak ada lagi kantong plastik, sedotan es, plastik es dan bungkus plastik,” ucap Siti Maisaroh.

Sementara itu, permasalahan lingkungan lainnya adalah, mangkraknya pengolahan sampah organik yang dimiliki sekolah adiwiyata ini. Sedikitnya 4 keranjang komposter dibiarkan tidak terawat dan tidak difungsikan dengan baik. “Banyak keranjang dan tong komposter yang mangkrak, kalau keranjang komposternya tidak difungsikan, sebagian bahkan ada yang difungsikan sebagai tempat sampah, sedangkan tong komposternya, 6 tong komposter belum diisi penuh dengan sampah dedaunan yang ada di sekolah,” terang Anggriyan.

Kader lingkungan SDN Kandangan II secara perlahan mengisi sampah organik ke dalam tong komposter
Kader lingkungan SDN Kandangan II secara perlahan mengisi sampah organik ke dalam tong komposter

Melihat permasalahan tersebut, Siti Maisaroh bersama dengan Tunas Hijau menantang anak-anak kader lingkungan untuk memenuhi tong komposter yang berjumlah 8 tong. “Tantangan buat anak-anak ibu adalah mengisi dan mengaktifkan lagi alat pengomposan yang ada di sekolah. Kalau mau mengisi tong ini dengan sampah daun kering sebanyak-banyaknya dalam waktu satu minggu ya,” tawar Siti Maisaroh. (ryn)