Peserta Kemah Hijau Jatim 2014 Belajar Pengolahan Sampah Di Depo Sutorejo

SURABAYA – Dibangun pada 8 Maret 2013,Depo Sutorejo menjadi jujukan peserta Kemah Hijau Jawa Timur yang melibatkan 400 orang perwakilan siswa dan guru SD, SMP dan SMA/SMK se Jawa Timur untuk melakukan pembelajaran lingkungan di depo yang terletak di Jalan Sutorejo ini. Bekerja sama dengan negara Jepang, Depo yang dulunya kotor ini disulap menjadi tempat pembuangan dengan memanfaatkan teknologi dalam pengolahannya. Mesin berteknologi tinggi berperan sebagai penggerak dan manusia sebagai pemilahnya.

Pengolahan sampah seperti yang terjadi di Depo Sutorejo : Mengajak Sampah plastik yang sudah dipilah, selanjutnya dimasukkan ke dalam keranjang atau sangkar ini untuk di press atau dipadatkan
Pengolahan sampah seperti yang terjadi di Depo Sutorejo : Mengajak Sampah plastik yang sudah dipilah, selanjutnya dimasukkan ke dalam keranjang atau sangkar ini untuk di press atau dipadatkan

Fakta tersebut didapatkan peserta Kemah Hijau Jawa Timur saat belajar pengolahan sampah skala besar di Depo Sutorejo. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Jawa Timur bersama Tunas Hijau, Senin (23/06). Menurut penuturan Risky Amirulloh, salah satu simpatisan Tunas Hijau, mengungkapkan bahwa Depo Sutorejo ini mengajak warga sekitar untuk bekerja di Depo Sutorejo sebagai pemilah sampahnya. “Baru setelah dipisahkan, sampah tersebut akan dihancurkan atau di press dengan sebuah alat,” terang Rizky Amirulloh, siswa SMKN 1.

“Ketika sampah dari gerobak sampah masuk, mesin akan menjalankan sampah tersebut, dimana beberapa petugas siap untuk memilahnya. Setelah dipisahkan, sampah plastik seperti kresek, bungkus makanan maupun sedotan semua dipress atau ditempa dengan mesin hingga menjadi kubus sampah,” ucap Risky Amirulloh, siswa SMKN 1. Koordinator pemandu peserta Kemah Hijau Jawa Timur ini menambahkan bahwa beda lagi dengan pengolahan sampah organik yang langsung dicacah menggunakan mesin pencacah.

Sutiyo, pengawas Super Depo Sutorejo menerangkan kepada beberapa peserta tentang pengolahan sampah di Super Depo yang menerangkan tentang  aturan dan bebebrapa pengolahan sampah di Sutorejo
Sutiyo, pengawas Super Depo Sutorejo menerangkan kepada beberapa peserta tentang pengolahan sampah di Super Depo yang menerangkan tentang aturan dan bebebrapa pengolahan sampah di Sutorejo

“Kalau sampah organik langsung dimasukkan ke dalam mesin pencacah ini, hasilnya sampah organik yang sudah dicacah dibawa ke rumah kompos, sedangkan batang-batang pohon dibawa ke rumah kompos khusus batang,” imbuh Rizki Kimpul.  Penjelasan mengenai sistem kerja Depo Sutorejo, serta hebatnya pengolahan sampah didalamnya membuat beberapa orang peserta ingin mengupas lebih dalam dengan bertanya kepada petugas yang ada di Depo Sutorejo. Salah satunya adalah Eko Hadidari, perwakilan siswa SMAN 1 Giri Banyuawangi.

“Pak, saya mau bertanya, apa alasannya semua plastik tersebut di press atau di tekan sampai menjadi kubus sampah?” tanya Eko Hadidari, siswa kelas 10 kepada Latif Pambudi. Menurut Latif, alasannya semua plastik harus di press atau ditekan lagi, karena setiap harinya Depo Sutorejo menerima pengiraman sampah sampai 6 kelurahan di sekitar Depo.

Dengan memanfaatkan warga sekitar Sutorejo, sebagai karyawan untuk membantu pemilahan sampahnya, Salah seorang simpatisan Tunas Hijau terlihat sedang mewawancarai salah seorang karyawan Depo Sutorejo
Dengan memanfaatkan warga sekitar Sutorejo, sebagai karyawan untuk membantu pemilahan sampahnya, Salah seorang simpatisan Tunas Hijau terlihat sedang mewawancarai salah seorang karyawan Depo Sutorejo

“Jadi untuk mengatasi tidak adanya penumpukan sampah, sampah plastik yang datang langsung di press atau di cetak. Tidak hanya itu, kalau sudah dalam bentuk kubus sampah, harga jual sampahnya lebih tinggi daripada sampah yang sekedar dicuci saja,” imbuh Latif. Informasi mengenai Depo Sutorejo ini membuat peserta kagum dan terpesona dengan kemandirian pengolahan sampah yang ada di Sutorejo. Salah satunya adalah Salsa Ramdhinii, salah seorang perwakilan siswa dari Bondowoso.

“Saya benar-benar kagum bisa belajar tentang lingkungan di Surabaya, selain belajar pengolahan sampahnya, saya juga belajar bagaimana unit pembuangan sampah mengolah sampahnya,” ujar Salsa Ramdhini, siswa kelas 11.Tidak hanya Salsa Ramdhini saja, kekaguman lainnya disampaikan oleh beberapa siswa lainnya yang mengagumi alat pencetak sampah plastik yang dijadikan kubus sampah. (mellisa/ryn)