Peduli Lingkungan Sudah Dimulai di Pesantren Darul Muttaqien
SURABAYA – Kebersihan adalah sebagian dari iman. Motto inilah yang dipegang teguh oleh santri Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Pondok pesantren yang berada di Jalan Manukan Tama 201-203 ini terlihat teduh dan rimbun dengan pepohonan yang tumbuh hijau.

Santri Pondok Darul Muttaqien sudah menerapkan kebiasaan ramah lingkungan. Namun masih belum ada pengelolaan yang lebih lanjut. Terlihat dari suasana bersih dan nyaman sejak pertama kali masuk di pondok pesantren ini. Sebanyak 30 santri yang ada di pondok tak serta merta hanya belajar, tetapi juga memperhatikan kebersihan lingkungan.
Menurut ustadz Imam, semua santri dibagi dalam piket untuk membersihkan lingkungan pondok. “Santri disini sudah dibentuk piket untuk membersihkan lingkungan. Senin sampai Sabtu kebersihan pondok adalah tanggung jawab santri,” terang ustadz Imam kepada Tunas Hijau saat pembinaan Eco Pesantren, Selasa (3/6). Ya, setiap harinya ada 3-4 orang santri di masing-masing asrama pondok yang piket untuk membersihkan lingkungan.

Membersihkan kamar mandi, merapikan dan merawat tanaman, adalah tugas keseharian petugas piket. Namun, setelah piket, sampah langsung dibuang ke tempat sampah dan air wudhu mengalir bebas ke selokan. Tindak lanjut dari kegiatan tersebut selama ini belum ada.
“Kami libur setiap hari Minggu. Di hari itu biasanya anak-anak diajak untuk kerja bakti, terutama jika ada kegiatan besar,” terang Imam. Pendidikan non formal yang telah berdiri sejak tahun 2001 ini memang membentuk karakter santri yang lebih peduli, tidak hanya peduli kepada lingkungan sosial, tetapi juga lingkungan hidup.
Diawali dengan kegiatan-kegiatan yang kecil, pengurus pondok pesantren, selalu berusaha untuk mengajak santrinya peduli terhadap lingkungan. Dengan piket, santri diajak untuk peduli terhadap lingkungan.

Beberapa himbauan untuk selalu menjaga dan merawat lingkungan juga terpampang di beberapa sudut lingkungan. Di hari-hari besar tertentu, seluruh pondok juga mengajak warga sekitar untuk kerja bakti. “Kami hanya mengajak, perkara mereka mau atau tidak, itu urusan belakang,” ujar Imam. Sayangnya kebiasaan ramah lingkungan yang telah dilakukan oleh kader belum diikuti dengan pemilahan sampah, penghematan air dan penghematan listrik. (sar)