Taman Toga Menyegarkan Suasana Pesantren Darul Ulum

SURABAYA – Pondok Pesantren Darul Ulum berada di Jalan Wonokusumo Tengah nomor 36 Surabaya utara. Di tengah padatnya penduduk, pondok ini terlihat sepi biasa saja. Pondok kecil ini tak sekecil bangunan yang terlihat. Berdiri sejak tahun 1991 dan telah berusia 23 tahun, lamanya bangunan pondok ini didirikan membuat penampilan pondok terlihat kusam. Terlebih, pondok pesantren ini bersebelahan dengan pasar tradisional. 

Taman kecil di depan pondok pesantren, bersebelahan dengan tong sampah yang tercampur
Taman kecil di depan pondok pesantren, bersebelahan dengan tong sampah yang tercampur

Tak banyak aktivitas dari santri pondok pesantren yang terlihat, ditenggelamkan oleh ramainya suasana pasar tradisional. Yang membuat pondok pesantren ini berbeda dari bangunan lainnya adalah plakat kecil di depan pondok pesantren. Ada sekitar 60 santri dan santriwati yang ada di dalam pondok pesantren ini. 20 santri tinggal di dalam pondok.

Selain kegiatan keagaman, di dalam pondok juga ada sekolah Madrasah Ibtidaiyah (setingkat Sekolah Dasar) Darul Ulum. Semua kegiatan santri dan santriwati selalu dilakukan di dalam lingkungan pondok. Berada di dalam lingkungan yang padat penduduk, sepintas membuat wajah pondok terlihat kumuh.

Hanya saja ada taman kecil di depan pondok yang penuh dengan TOGA (tanaman obat keluarga). Tanaman ini selalu dirawat dengan baik sehingga terlihat segar. Taman kecil ini adalah bagian dari kegiatan santri untuk menjaga lingkungan. Banyak warga sekitar yang memanfaatkan tanaman tersebut sebagai obat tradisional.

Binahong, pepaya, suruh merah adalah beberapa tanaman favorit bagi warga sekitar. “Tanaman ini dirawat setiap hari oleh santri. Baru sekitar setahun ini ada tanamn ini. Sebelumnya tidak ada,” ujar Habibur Rohman, pengurus pondok pesantren ini.

Sayangnya kegiatan santri untuk menciptakan lingkunyan yang nyaman baru sebatas merawat taman saja. Hal ini terlihat dari tong sampah yang ada di setiap ruangan. Semua sampah masih bercampur menjadi satu. Tak jauh beda dengan tong sampah, lampu yang ada di dalam toilet juga masih menyala, walaupun jam sudah menunjukkan pukul 11.00.

Lampu di kamar mandi santri tetap meyala meski hari sudah siang
Lampu di kamar mandi santri tetap meyala meski hari sudah siang

Menurut Rohman, yang terpenting santri mau membuang sampah pada tempatnya. “Memang belum ada pemilahan sampah. Yang penting mereka menjaga lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya. Kami juga sudah menyiapkan tong sampah di setiap sudut,” ujar Rohman. Kesadaran akan pentingnya mengolah sampah, belum pernah ditrima oleh santri Darul Ulum.

Penghematan penggunaan energi juga belum banyak dilakukan oleh santri. Hal ini terlihat dari lampu kamar mandi yang menyala dengan terangnya di siang hari. Sebanyak 3 kamar mandi terlihat terang dari cahaya lampu, apa lagi yang digunakan adalah lampu pijar.

Begitu pula dengan penghematan air. Setiap air yang digunakan akan mengalir di dalam selokan dan terbuang sia-sia. Belum ada upaya nyata yang lebih dari pondok pesantren untuk memberikan pendidikan lingkungan kepada para santri.

Piket kebersihan yang dilakukan oleh santri selama ini hanya memasak dan bersih-bersih ruangan saja. Termasuk menyiram tanaman yang ada di depan pondok pesantren. Belum ada kegiatan lainnya yang berkaitan dengan kepedulian lingkungan. (sari/ro)