SDN Sambikerep II Surabaya Panen 2,6 Ton Kompos

Banyak sekolah, kantor, kampung dan rumah bisa memiliki komposter berupa tong aerob, lubang resapan biopori atau keranjang takakura. Banyak juga yang memiliki mesin pencacah sampah organik untuk membantu mempercepat proses pembusukan sampah organik menjadi kompos.

Tapi, belum banyak sekolah, kantor, kampung dan rumah yang terbukti berhasil mengolah sampah organik menjadi kompos. Terlebih kompos yang dipanen dalam jumlah sangat banyak. SDN Sambikerep II Surabaya terbukti berhasil dalam beberapa tahun ini.

Pada pelaksanaan program wirausaha lingkungan hidup Ecopreneur 2015 yang diselenggarakan oleh Tunas Hijau bersama Pemerintah Kota Surabaya, tim lingkungan hidup SDN Sambikerep II Surabaya yang dibina oleh Sudarmawan ini berhasil panen kompos sebanyak 1,2 ton atau 1200 kg kompos. Berarti sampah organik yang telah diolah sekitar 2,4 ton.

Kerennya lagi, pada pelaksanaan program wirausaha lingkungan hidup Ecopreneur 2016 yang juga diselenggarakan oleh Tunas Hijau bersama Pemerintah Kota Surabaya, SDN Sambikerep II berhasil panen kompos dalam jumlah yang lebih banyak. Total kompos yang
dipanen sebanyak 2,6 ton. Ini berarti sampah organik yang diolah sekitar 5,2 ton.

Sudarmawan, guru pembina LH SDN Sambikerep II Surabaya mengaku bahagia melihat keceriaan anak-anak SDN Sambikerep II ketika Humas Konjen Amerika Serikat di Surabaya Christine Getzler-Vaughan berkenan berkunjung ke sekolah kami untuk panen kompos bersama, Jumat (2/9/2016). Hadir juga kepala UPTD BPS Surabaya 4, camat Sambikerep, Koramil Sambikerep, Polsek Sambikerep serta utusan beberapa sekolah sekitar.

Mengenai sampah organik yang diolah menjadi kompos, Sudarmawan menjelaskan bahwa tidak semuanya berasal dari sekolah. “Di sekolah memang banyak sampah dedaunan karena banyak pepohonan besar. Tapi kami juga mengolah sampah organik pasar tradisional dekat sekolah. Pengolahannya tidak menggunakan mesin pencacah seperti tahun lalu,” ujar Sudarmawan.

Sampah organik yang diolah Sudarmawan dan anak didiknya menggunakan beberapa model alat pengomposan. Ada keranjang takakura, tong aerob, lubang resapan biopori dan kotak kompos. “Gak ada perlakuan khusus. Hanya semangat tinggi untuk mengolah sampah organik menjadi kompos,” kata Sudarmawan. (ron)

Keterangan foto: Panen kompos bersama warga SDN Sambikerep II bersama Humas Konjen Amerika Serikat 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *