Pramudhityo Dewantoro, Pangeran Lingkungan Hidup 2002
Bicaranya masih sama setelah sekitar 15 tahun berselang, saat dia masih kelas 5 SD. Nada bicara yang bersemangat dan penuh optimisme. Dialah pangeran lingkungan hidup pertama di Indonesia. Ya, dialah Pangeran Lingkungan Hidup 2002 Pramudhityo Dewantoro, yang akrab dengan panggilan Thori.
Masih kuat dalam memorinya ketika dia harus mengikuti karantina dan pelatihan lingkungan hidup 3 hari bagi finalis pangeran dan puteri lingkungan hidup 2002 di kawasan hutan, di Trawas, Mojokerto. Thori saat itu termasuk anak yang sangat menikmati dengan yang dia lakukan. Dia juga tidak merasakan kerinduan rumah (home sick).
“Karantina tiga hari di luar kota tanpa orang tua itu adalah yang kali pertama saya lakukan. Keren karena tempatnya yang sangat ramah lingkungan, di dalam hutan dengan sungai yang mengalir deras dan jauh dari kebisingan. Jauh berbeda dengan kondisi Surabaya saat itu,” kata Thori yang lahir di Surabaya, 23 Juni 1991.
Penganugerahan Pangeran dan Puteri Lingkungan Hidup 2002 bagi Thori berarti berkompetisi dengan peserta yang lebih tua. Sebab, peserta penganugerahan kali pertama itu adalah siswa SD dan SMP tanpa ada pembedaan kategori. Proyeknya saat itu adalah penyuluhan hidup bersih dan sehat kepada masyarakat di kampung nelayan Kenjeran.
“Banyak peserta lain pada Pangput 2002 itu yang lebih tua, yang sudah SMP. Tapi saya tidak merasa terintimidasi sama sekali. Saya merasa percaya diri dengan apa yang saya punya dan saya lakukan,” kata lulusan S1 Singapore Institute of Management dan S2 Brunel University London ini.
Jangan pernah urusi orang lain selalu menjadi prinsip hidupnya. “Lakukan apa yang menjadi tugasmu. 100 % melakukan yang terbaik. Believe in what you’re doing, and do it well (Yakinlah dengan apa yang sedang kamu lakukan, dan lakukanlah dengan sangat baik),” pesan penghobi back packing dan kolektor action figure sejak masih anak-anak ini.
Bagi Thori, menjadi pangeran lingkungan hidup pertama dan mewakili Indonesia mengikuti Konferensi Lingkungan Hidup Internasional di Australia pada 2002 adalah kebanggaan yang luar biasa.
“Konferensi lingkungan hidup anak-anak di Australia saat itu diikuti beberapa negara. Sebelumnya saya hanya mewakili sekolah dalam beberapa lomba. Pengalaman conference itu memacu saya travel more around the world untuk hobi dan pendidikan saya,” kata Pramudhityo Dewantoro.
Peresmian hutan kota oleh Menteri Lingkungan Hidup Nabiel Makarim pada awal 2002 adalah sesuatu yang sangat istimewa. Hutan kota itu digagas dan direalisasikan bersama anak-anak Paguyuban Pangeran dan Puteri Lingkungan Hidup 2002.
“Menteri Lingkungan Hidup Pak Nabiel Makarim meresmikan hutan kota pertama kami di luar skedul yang sudah disusun sebelumnya. Beliau menepati janjinya yang akan mampir menengok pohon matoa pemberiannya saat kunjungan ke Surabaya. Lokasi hutan kota pertama itu (kini) di seberang Grand City Mall,” terang Direktur Hutan Kota Tunas Hijau 2002-2003 ini.
Bagi Thori, yang juga alumni SMAK St Louis 1 Surabaya, Penganugerahan Pangeran dan Puteri Lingkungan Hidup 2002 adalah program revolusioner dengan reward yang sangat prestis.
“Setelah menang, saya dan kedua orang tua saya waktu itu sangat kaget kalau ternyata ini berbeda dengan lomba yang lainnya. Kami tidak tahu kalau hadiahnya ke Australia. Kami juga diajak terlibat aktif mengembangkan program lingkungan hidup hingga setahun kemudian,” kata alumni SMPK Santa Maria Surabaya ini.
Saat menghadiri Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Monas bersama Presiden Megawati Juni 2003 adalah pengalaman yang sangat berharga bagi Thory. “Saya menunjukkan bahwa anak-anak dengan aksi nyatanya yang telah dilakukan layak dihargai. Saya menembus barikade pengamanan presiden untuk menceritakan pengalaman merealisasikan hutan kota tiga hutan kota di Surabaya yang saya menjadi direkturnya,” kata kakak Lintang Dewantari ini.
Saat itu, Presiden Megawati menanam pohon matoa di Monas Jakarta, jenis pohon sama yang kami tanam di hutan kota pertama di Surabaya. “Saya memberi Bu Megawati pin lingkungan hidup dan mengenalkan Tunas Hijau dengan penggiatnya yang anak-anak dan generasi muda. Bu Megawati sangat welcome dengan kami. Dan setelah itu kami mendampingi Bu Megawati untuk serangkaian acara lingkungan hidup lainnya di Monas,” tutur Thori.
Undangan khusus dari Presiden Megawati untuk menghadiri Peringatan Hari Cinta Puspa Satwa Nasional November 2003 di Istana Negara adalah pengalaman berharga lain yang dirasakan Thory. “Berbeda dengan undangan yang hadir lainnya, kami mempunyai momen berdialog dengan Presiden Megawati dan Menteri Lingkungan Hidup Pak Nabiel Makarim seusai acara formal,” ujar Thory yang menekuni industri kreatif di Tokyo, Jepang.
Thori berpesan kepada setiap anak Indonesia agar bisa menjadi generasi the first dalam hal yang fenomenal dan prestasi. “Setiap generasi harus menjadi generasi the first. Menjadi the first tidak harus dengan aksi yang besar. Bisa dengan aksi sederhana dengan keseriusan yang pasti akan menjadi besar,” pesan Thori. (ron)