Siti Indayati, Guru Penggiat Lingkungan Hidup SDN Kedung Cowek I Surabaya
Label sekolah adwiyata menjadi impian yang ingin diraihnya di sekolah tempatnya mengajar sejak tahun 2011, SDN Kedung Cowek I Surabaya. Kali pertama berkenalan dengan Tunas Hijau tahun 2012 melalui program Surabaya Eco School, membuatnya masih bingung dinamika kegiatan lingkungan itu berjalan seperti apa di sekolahnya.
Dialah Siti Indayati, guru koordinator pembina lingkungan hidup SDN Kedung Cowek I/253 yang juga merupakan guru kelas 2. Selama 5 tahun menangani program lingkungan hidup di sekolah, lewat tangan dinginnya beragam prestasi diraih sekolah maupun anak didiknya di bidang lingkungan.
Diantaranya adalah menjadi 15 sekolah terbaik pada program Surabaya Eco School 2012, tahun berikutnya dalam gelaran program Ecopreneur 2013 berhasil menjadi sekolah terbaik ketiga. Tidak hanya prestasi untuk sekolah, prestasi yang diraih anak didiknya seperti menjadi juara 3 (tiga) lomba video lingkungan bertema “Konservasi Air” dalam program Surabaya Eco School 2014, menjadi finalis Pangeran dan Puteri Lingkungan Hidup 2015 dan yang terbaru adalah menjadi juara pertama lomba pementasan boneka tangan 2017 yang digelar sebulan lalu.
Sosok Inspiratif yang dikenal sebagai pribadi yang ulet, gigih dan sabar dalam membina anak-anak ini mempunyai kiat tersendiri dalam mengajak anak didiknya untuk menerapkan perilaku ramah lingkungan. Kiatnya adalah dengan menjadikan diri sendiri sebagai suri teladan atau percontohan di hadapan anak-anak.
“Ya kalau dilihat dari latar belakangnya, mayoritas anak-anak ini merupakan warga sekitar sekolah, jadi ya untuk bisa mengajak mereka peduli lingkungan harus saya contohkan dulu, dimulai dari saya,” ujar perempuan kelahiran Tuban ini.
Dalam upaya merealisasikan impiannya, beragam kegiatan lingkungan telah dilakukan bersama dengan warga sekolah yang berada di sekitar Jembatan Suramadu ini. Diantaranya mengajak warga sekolah untuk mengurangi penggunaan plastik dengan membawa tempat makan dan minum sendiri, mengajak mereka mengolah sampah yaitu sampah plastik dijadikan kerajinan, sampah kertas didaur ulang menjadi kertas lagi dan sampah organik diolah menjadi kompos. Sosok kelahiran 30 September 1986 ini juga mengajak anak-anak untuk menambah jumlah tanaman atau pohon untuk penghijauan sekolah.
Motivasi perempuan lulusan S1 PGSD Universitas Terbuka menjadi guru sekaligus pembina lingkungan adalah semata-mata ingin menjadikan sekolah sebagai rumah yang nyaman untuk siswa sekaligus menanamkan sikap peduli dengan lingkungan sekitar.
“Saya ingin anak-anak bisa belajar penerapan perilaku ramah lingkungan di sekolah. Saya ingin mereka bisa nyaman belajar di sekolah dengan tidak hanya urusan akademik, melainkan juga non akademik. Kalau lingkungan itu kan bisa jadi celengan ibadah,” ujar Siti Indayati.
Suka duka pun dirasakan guru berkacamata yang tinggal di jalan Tambak Wedi Lebar Blok K-5 dalam membina anak-anak dan menangani lingkungan hidup . Salah satunya adalah sukanya ketika melihat anak-anak antusias menjalankan program-program lingkungan, belajar dan berproses dengan pengalaman-pengalaman baru.
“Saya senang sekali kalau melihat mereka berprestasi di bidang lingkungan, karena notabene mereka adalah anak-anak pinggiran Kota Surabaya dan mampu bersaing dengan anak-anak yang ada di tengah kota,” ucap Siti Andayati.
Dukanya adalah saat program lingkungan yang sudah direncanakan mendapatkan respon berbeda dan dilihat dengan kaca mata atau sudut pandang yang berbeda pula. “Tantangan saya adalah untuk bisa menyamakan persepsi dari seluruh stakeholders agar bisa meraih impian menjadi sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan,” imbuhnya. (ryn)