Aziz Purwanto, Presiden SEVENTEEN GREEN TEENS SMAN 17 Surabaya
Bila diibaratkan satu cerita pada film, julukan “Spartan” pantas diberikan kepada sosok pelajar yang satu ini. Kata Spartan yang berasal dari bahasa Yunani adalah pengistilahan dari kata sifat gagah-berani, tangguh, tak kenal menyerah, yakin dan percaya diri sepenuhnya. Diibaratkan sebagai pejuang, itulah deskriptif dari pelajar bernama Muhammad Aziz Purwanto, ketua tim lingkungan hidup di SMAN 17.
Sepak terjangnya dalam kegiatan lingkungan di sekolah tidak perlu diragukan, memulai kali pertama berkegiatan lingkungan saat dirinya duduk di bangku SMP yakni SMPN 23. Selama 3 tahun berada di sana, begitu memasuki dunia putih abu-abu, dirinya merasa kondisi sekolahnya saat itu kurang mendapatkan perhatian di bidang lingkungan hidup. Mulai dari kurangnya kesadaran warga sekolah, kurangnya dukungan sekolah hingga mangkraknya sarana lingkungan di sekolah.
Sarana lingkungan yang dimaksud adalah tong komposter, keranjang komposter hingga green house, meskipun sebelumnya pernah ada kegiatan lingkungan yang dilakukan oleh kakak kelasnya. Namun gerakan tersebut belum mampu mengubah wajah sekolah lebih baik lagi. Latar belakang inilah yang membuat pemuda kelahiran 19 Mei, 18 tahun yang lalu ini, memantapkan hati memilih lingkungan sebagai passion dan salah satu hal yang dia fokus lakukan.
Di mata kader lingkungan lainnya, siswa kelas 11 yang juga menjadi presiden direktur perusahaan siswa Seventeen Green Teen SMAN 17 Surabaya program wirausaha lingkungan Ecopreneur dikenal sebagai sosok yang ramah, tidak egois dan mengayomi adek kelasnya. Seperti yang disampaikan oleh Mega Gusti Putri, siswa kelas 10 IPA 5, alumni SDN Medokan Ayu 2 ini begitu menginspirasi mereka dalam berkegiatan lingkungan. “Kak Aziz itu setiap hari sepulang sekolah selalu ngolah kompos,” ujarnya.
Tidak hanya mengolah kompos dari media tong komposter, lanjutnya, siswa berambut keriting merawat tanaman di green house. “Yang membuat saya salut adalah meskipun tidak ada teman-teman kader lain, dengan seorang diri, dia tak kenal lelah melakukan rutinitas lingkungannya setiap hari, meskipun dukungan sekolah masih kecil, dia tidak peduli,” imbuh siswa berkaca mata. Hal tersebut dilakukan semata-mata ingin memberikan contoh atau teladan bagi yang lainnya.
Sementara, Aziz Purwanto sendiri mengungkapkan keinginannya untuk mengajak sebanyak mungkin warga sekolah untuk peduli lingkungan dan meniru apa yang dilakukannya. Hal sederhana adalah saat dirinya bisa mengukur sedikitnya 80 % kader lingkungan sudah mulai menirunya untuk komitmen dalam lingkungan. “Ya saya mulai dengan mengajak adik-adik saya dulu. Setelah semuanya bisa berkelanjutan dan berhasil baru saya mengajak warga sekolah lainnya,” tuturnya.
Sesekali pernah terbersit rasa lelah dalam menjalani kegiatan lingkungan seorang diri, karena saat menjalani kegiatan seorang diri, siswa kelahiran tahun 1999 ini memilih untuk mengompos dan mengajak kader lingkungan yang notabene adalah regenerasinya untuk melakukan grebek pasar. “Rasa lelah melakukan pengelolaan lingkungan hidup di sekolah itu sudah pasti ada. Tetapi rasa lelah saya langsung hilang saat bisa melihat mereka tersenyum, saling menyemangati satu dengan yang lainnya dan saling memotivasi,” kata Aziz.
Selama berkegiatan lingkungan di dua sekolah yakni SMPN 23 dulunya dan sekarang di sekolah yang berlokasi di Jalan Rungkut Asri Tengah banyak hal yang sudah didapatkan mulai dari suka dan duka. Dukanya adalah saat kurang mendapat dukungan dari sekolah dan warga sekolah lainnya, sedangkan sukanya adalah dari kader lingkungan ini dirinya menemukan arti sebuah keluarga. “Kader lingkungan mengajarkan saya arti dari keluarga dengan rasa memiliki satu sama lain,” tutur Aziz. (ryn)