Daniar Meiliana Rahayu, Guru “Lokomotif” LH SDN Dukuh Menanggal I Surabaya

Berawal dari 4 sekolah yang dijadikan satu alias merger pada 2015, yakni SDN Dukuh Menanggal I Surabaya, membuat sosok ini mulai diberikan kepercayaan untuk mengelola lingkungan hidup di sekolah.

Awalnya hanya menjadi bagian dari program pengelolaan lingkungan di beberapa kegiatan lingkungan, hingga pada akhir tahun 2015, dirinya diberikan kepercayaan penuh sebagai “Lokomotif” program lingkungan di sekolah. Sosok guru muda SDN Dukuh Menanggal I yang energik, tegas dan mempunyai jiwa pemimpin ini bernama Daniar Meiliana Rahayu.

Tangan dinginnya memimpin tim lingkungan di sekolah dimulai dengan menjalankan berbagai macam program lingkungan di sekolah. Diantaranya pengomposan keranjang takakura, pemilahan sampah, pengolahan sampah menjadi kerajinan hingga pengelolaan green house sekolah.

Bagi guru muda kelahiran Sidoarjo, pemilahan sampah dan pengolahan sampah menjadi kerajinan menjadi program lingkungan favoritnya. Alasannya, pengolahan sampah menjadi kerajinan mampu membuat warga sekolah mengerahkan ide untuk membuatnya.

Daniar (tengah) bersama dua orang siswa kader lingkungan hidup SDN Dukuh Menanggal I Surabaya

Menurutnya, melihat anak-anak menyuarakan idenya untuk mengolah sampah yang diubah menjadi berbagai jenis kerajinan merupakan keasyikan tersendiri. “Saya merasa senang saat melihat anak-anak menanyakan ide yang mereka punya untuk membuat kerajinan. Mereka pun memaksa untuk dibuatkan jadwal kegiatan khusus pembuatan kerajinan tangan dari sampah non organik yang ada di sekolah,” ucap Daniar.

Suka duka pun dirasakan oleh guru lulusan UNESA ini saat menjadi pembina lingkungan hidup di sekolah. Menurutnya, sukanya adalah saat melihat antusias anak-anak terhadap kegiatan lingkungan itu sendiri. Contohnya pemilahan sampah, pengomposan dan penambahan tanaman di sekolah. Semangat yang dimiliki oleh mereka menjadi salah satu motivasi baginya untuk terus berkiprah dalam lingkungan.

“Dukanya ya pasti ada beberapa waktu yang harus dikorbankan untuk kegiatan lingkungan, seperti durasi berkumpul dengan keluarga menjadi berkurang. Namun, masih tetap bisa berkumpul dengan mereka,” ucap guru lulusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Pembiasaan lingkungan di sekolah seperti pemilahan sampah terbawa hingga di rumah. Ditambahkan oleh Daniar, bahwa saat ini dirinya sudah mengajak keluarganya untuk memilah sampah dan menyediakan dua tempat sampah yakni organik dan non organik.

Daniar (tengah) saat menjadi bagian dari tim yel-yel lingkungan hidup SDN Dukuh Menanggal I Surabaya

Sementara itu, kondisi rekan-rekan guru di sekolahnya yang mayoritas sudah senior tidak membuatnya segan untuk mengajak mereka berkontribusi terhadap pengelolaan lingkungan di sekolah.

“Pada awalnya, respon rekan guru kaget dengan adanya program lingkungan di sekolah, karena mereka masih belum mengetahui secara detail tentang pengelolaan lingkungan. Namun, saat mereka melihat dampak dari kegiatan lingkungan pada warga sekolah, nama sekolah juga lebih sering masuk di beberapa website dan surat kabar. Akhirnya membuat mereka mau berkontribusi,” tutur Daniar.

Dalam pengembangan kegiatan lingkungan di sekolahnya, guru kelahiran 21 Mei 1991 mengatakan bahwa dibutuhkan figur guru sebagai guru (digugu dan ditiru) yang sebenarnya. Konsistensi guru dalam memberikan panutan terhadap kegiatan lingkungan menjadi hal penting yang harus dilakukan oleh setiap guru pembina lingkungan agar bisa membuat kegiatan lingkungan di sekolah terus berkelanjutan.

“Ya kalau dalam kegiatan lingkungan seorang guru tidak bisa memberikan teladan bagi murid-muridnya, hanya memerintah saja, maka dipastikan bahwa kegiatan lingkungan hidup tersebut hanya akan berlangsung sementara,” ucapnya.

Guru yang tinggal di Perumahan Wage Asri ini memberikan tips kepada sekolah-sekolah yang ingin menjaga keutuhan jumlah dan keaktifan dari kader lingkungan di sekolah. Menurutnya, kunci paling utama adalah kaderisasi pada subyek kegiatan.

“Kuncinya itu kaderisasi. Baik itu kaderisasi siswa maupun kaderisasi guru. Maka dari itu, saya menyiapkan tim lingkungan mulai dari kelas 3, 4 dan 5. Jadi kalau kelas 5 naik ke kelas 6, siswa kelas 4 sebelumnya bisa membimbing adik-adiknya kelas 3, begitu pula dengan guru-guru,” ujar lulusan tahun 2013.

Menurut Dewi Sireweni, salah seorang siswa didiknya di tim Ecopreneur, Daniar adalah sosok yang menginspirasi dirinya dan tim lingkungan SDN Dukuh Menanggal I. Dia Dikenal sebagai sosok yang tegas dan mau memberikan solusi ketika tim lingkungannya menemukan masalah.

“Guru yang cantik, tegas berjiwa pemimpin, kreatif dalam melakukan sesuatu. Sebagai sosok pemberi solusi saat tim ecopreneur mendapat masalah,” ujar Dewi, siswa kelas 5.  Daniar Memiliki proyek kecil di kelas, dengan mengajak anak-anak kelasnya untuk menambah jumlah tanaman di sekolah setiap satu bulan sekali. (Anggriyan Permana/ron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *