M. Djunaidi, Kepala “Pro Lingkungan Hidup” SMPN 37 Surabaya
Jangan kaget bagi yang sudah beberapa bulan tidak berkunjung ke SMPN 37 Surabaya. Ada banyak perubahan fisik yang terjadi di sekolah ini. Bukan sekolahnya yang bergeser lokasi. Bukan juga bertambah luasnya lahan sekolah. Perubahan itu bukan dengan tambah luasnya. Tetapi, penampakan sekolah yang lebih berwawasan lingkungan hidup.
“Sudah tidak mungkin kami membangun SMPN 37 Surabaya ke samping, karena memang sudah tidak ada lahan. Alhamdulillah ada bangunan lama di belakang sekolah yang dirobohkan dan kami ubah peruntukan lahannya untuk taman sekolah,” ujar Kepala SMPN 37 Surabaya Mohamad Djunaidi.
Dinding di taman baru sekolah itu bahkan dimanfaatkan Djunaidi untuk media promosi peduli lingkungan hidup melalui mural. “Mural lingkungan hidup ini dibuat oleh masing-masing kelas pada peringatan Hari Kartini dan Hari Bumi 2017. Dinding yang di-mural bahkan mulai dari depan sekolah,” terang kepala sekolah yang lahir pada 5 Agustus 1960 ini.
Taman baru di belakang sekolah itu juga dilengkapi dengan rumput. “Jadi, tidak semua lahan di SMPN 37 Surabaya permukaannya semen atau paving. Ada juga yang rumput dengan luas yang cukup untuk sekolah yang lahannya sangat terbatas di jantun kota Surabaya ini,” tutur Djunaidi.
Banyak perubahan lingkungan hidup lainnya yang diwujudkan Djunaidi di sekolah yang berlokasi di Jalan Kalianyar Surabaya ini. Sampah plastik yang sebelumnya sangat banyak dihasilkan warga sekolah setiap harinya, kini sudah sangat minim.
“Kantin SMPN 37 dilarang memakai bahan 5P makanan. Kantin juga kami larang menggunakan kemasan plastik sekali pakai,” lanjut kepala sekolah yang tinggal di Jalan Tambak Deres I/15 Surabaya ini.
Taman depan kelas, tempat penampungan air bekas wudhu, green house hidroponik, kolam belakang dan vertical garden di taman belakang adalah fasilitas lingkungan hidup baru yang diwujudkan Djunaidi di SMPN 37 Surabaya.
Ada juga kantin terbuka, bank sampah, pengomposan takakura, tong aerob, taman belakang pos satpam, vertical garden di tiap kelas, taman refleksi kaki, dan tabulampot. SMPN 37 juga sudah memiliki ikon jambu biji yang diolah untuk jus dan dijual kepada warga sekolah.

Tanaman green house lama yg semula hanya anggrek, sekarang ditambah tanaman toga dan tanaman hias. Di SMPN 37 juga ada radio Sepegatu yang menyiarkan pesan peduli lingkungan hidup setiap harinya. Penambahan tanaman baru juga terus dilakukan. Mulai tanaman gantung, tanaman sayur, tanaman buah dan palawija.
Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMPN 37 Surabaya Risky Maulana menilai bahwa kepala sekolahnya adalah sosok yang sangat peduli lingkungan. “Pak Jun tidak segan memungut sampah yang tidak pada tempatnya dan memindahkannya ke tempat sampah,” kata Risky Maulana.
Risky juga mengaku bahwa dirinya pernah diminta kepala SMPN 37 Surabaya itu untuk memungut sampah yang tergeletak di sekitar tempatnya berada. “Sekolah kami juga semakin bersih dan lestari lingkungan hidupnya karena Pak Jun selalu mengajak warga SMPN 37 untuk merawatnya,” ujar Risky.
Anik Wismiarti, guru pembina lingkungan hidup SMPN 37 Surabaya, menilai kepala sekolahnya sangat mendukung program lingkungan hidup. “Beliau tidak pelit dana. Beliau sangat antusias untuk program lingkungan hidup,” ujar Anis Wismiarti mengenai kepedulian lingkungan hidup kepala SMPN 37 Surabaya.

Bahkan dalam rangka HUT Kota Surabaya, menurut Anik, Djunaidi menginginkan kami membuat gebrakan dalam hal kegiatan lingkungan. “Cuma saya bingung. Akhirnya, setelah berembuk, kami mengagendakan menanam mangrove, sebar benih kepiting hutan mangrove, bersih-bersih hutan mangrove,” terang Anik Wismiarti.
SMPN 37 Surabaya juga mengagendakan panen kunir di sekolah, pembuatan jamu kunir asem, pelatihan kompos di hotel, dan kunjungan ke Kampung Gundih. “Pelatihan di hotel, maksudnya, kami mau melatih karyawan Hotel Batu Penjuru di Jl Kenjeran untuk mengolah sampah organik dapurnya,” jelas Anik. (ron)