Sudarmawan, Dibalik Kesuksesan SDN Sambikerep II Menjadi Penghasil Kompos 2,5 Ton
Ibaratnya orang yang terlanjur jatuh cinta, maka apapun akan dilakukannya demi yang tercinta. Penggalan kalimat tersebut menggambarkan Sudarmawan, guru pendidikan jasmani kesehatan SDN Sambikerep II Surabaya, yang sampai saat ini terus mengabdikan diri untuk mewujudkan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan hidup.
Melalui program wirausaha lingkungan hidup sekolah-sekolah atau Ecopreneur 2017 yang diselenggarakan oleh Tunas Hijau bersama Pemerintah Kota Surabaya, serta didukung oleh PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur dan Hotel Mercure Grand Mirama Surabaya, dirinya terus menggelorakan aksi nyata lingkungan hidup. Baginya berkegiatan lingkungan hidup bisa jadi salah satu ladang amal.
Sudarmawan, pembina lingkungan hidup yang akrab disapa “Pak Dar”, sudah berkiprah di lingkungan hidup sejak tahun 2009. 7 tahun telah berlalu, SDN Sambikerep II sudah banyak perubahan dengan aksi nyata berkelanjutannya. Diantaranya grebek pasar, penghijauan, dan konservasi air.

Bahkan sekolah yang berada di Jalan Jelindro Surabaya ini, menjadi Sekolah Dasar dengan sampah organik terbanyak yang diolah menjadi kompos. Atau SDN Sambikerep II menjadi Sekolah Dasar penghasil kompos terbanyak. Tercatat, lebih daroi 2 ton kompos dihasilkan oleh Pak Dar bersama tim Ecopreneur SDN Sambikerep II pada 2016.
Sambil menanam bibit cabai, Sudarmawan menceritakan kiat-kiatnya menjalankan program Ecopreneur di sekolah. Diantaranya kenali potensi lingkungan sekitar, dan temukan maskot lingkungan hidup untuk sekolah. “Langkah selanjutnya adalah ciptakan produk sesuai dengan potensi sekolah,” kata Sudarmawan.
Lebih lanjut, menurut Sudarmawan, berikan wawasan kepedulian lingkungan hidup. “Berikan motivasi juga kepada siswa anggota tim Ecopreneur sekolah agar mempunyai bekal berwirausaha lingkungan hidup,” tutur Sudarmawan. Berdasarkan fakta, SDN Sambikerep II mengikuti program Ecopreneur dari awal Tunas Hijau menyelenggarakannya sampai saat ini tanpa mengenal putus asa.
Guru PENJASKES ini termasuk setiap hari meluangkan waktu untuk mengurusi kader dan kegiatan lingkungan hidup di sekolah. Masih teringat jelas, pernah mengalami banyak hal yang tidak menyenangkan.
“Pernah ada yang bilang saya ini orangnya cari muka dan sering bikin repot orang lain dengan nambah-nambahi pekerjaan seperti mengurus program Adiwiyata, Surabaya Eco School, Ecopreneur dan Pangeran Puteri Lingkungan Hidup,” ujar Sudarmawan.
Disisi lain, senyuman siswa-siswi SDN Sambikerep II banyak membasuh keringat dan lelah dari guru lulusan Universitas Negeri Surabaya Jurusan Fakultas Ilmu Keolahragaan. Baginya, senyum kecil dari anak didiknya membantu mengurangi beban pekerjaan dan memotivasi dirinya saat bosan dan tersudutkan oleh keegoisan.
“Semangatnya mereka seakan-akan menular pada saya secara diam-diam tanpa sepengetahuan saya. Akhirnya saya bisa memulai bangkit kembali mengolah kompos dan membina mereka,” ungkap Sudarmawan.
Demi memperjuangkan impian anak didiknya, khususnya kader lingkungan agar berprestasi, Sudarmawan bekerja keras dan rela mengeluarkan dana pribadi demi memenuhi kebutuhannya. Diantaranya mengikutsertakan Tarisa Ramadhanti, siswa kelas 4A, pada program Penganugerahan Pangeran dan Puteri Lingkungan Hidup 2017.
Tarisa, nama panggilannya menuturkan kalau pembinanya itu orangnya ramah, baik dan peduli lingkungan hidup. “Saya sangat senang karena Pak Dar mengajarkan kepedulian terhadap lingkungan hidup dan mengikutkan saya lomba Pangput (Pangeran Putri Lingkungan Hidup) tahun ini,” ujar Tarisa.
Sedangkan bagi Junaedi, penjaga sekolah, Sudarmawan merupakan sosok yang paling giat bekerja dan membela kebenaran. “Maksud saya, arti dari membela kebenaran itu jika ada kegiatan di sekolah sedangkan ada guru yang tidak mendukung, maka Pak Dar akan mengajak dan menghimbau agar ikut berpartisipasi,” terang penjaga sekolah yang kerap disapa Pak Jun ini.
“Tidak ada yang percuma dalam dari hidup ini. Kita bisa mengembangkan dari potensi yang ada agar bisa menjadi unggulan. Sebagai salah satu pembina lingkungan hidup di Kota Surabaya, saya harusstay on the track untuk mewujudkan sekolah yang peduli lingkungan hidup,” ungkap Sudarmawan. (one)