5 Ton Kompos dan Capaian Target Lain SMPN 11 Dalam Ecopreneur 2018

Aksi lingkungan hidup sudah menjadi pembiasaan baik bagi tim lingkungan hidup, begitu juga bagi warga sekolah SMPN 11 Surabaya. Hampir disetiap aktivitas pembelajaran selalu dikaitkan dengan nilai peduli lingkungan. Hal itu yang melatar belakangi penerapan program wirausaha liingkungan di sekolahnya hingga membawa hasil maksimal. Salah satu hasilnya adalah kompos yang sudah dipanen mencapai angka 5 ton atau 5000 kg.

Angka tersebut menunjukkan bahwa pengolahan sampah organik tidak hanya sekedar dijalankan akan tetapi juga sudah menjadi produsen. Disampaikan oleh Rizaldy Achmad, direktur perusahaan siswa green Sewelas ini bahwa dengan 5 ton kompos yang berhasil dipanen, berarti sampah organik yang juga berhasil diolah adalah sebanyak 8 ton atau 8000 kg. “Hasil kompos kami bisa sebesar itu karena sekolah kami memiliki sarana pengomposan yang memadai. Ditambah dengan volume sampah organik yang melimpah,” ujar Rizaldy.

Tidak hanya pengomposan saja, beberapa rencana target yang sudah dituliskan sebelumnya saat workshop awal ternyata sudah melampaui target. Beberapa  kegiatan tersebut adalah aksi grebek pasar yang hingga sekarang ini mencapai 13 kali pelaksanaan dari rencana awal yang hanya 12 kali grebek pasar dan penambahan jumlah tanaman baru di sekolah yang awalnya direncanakan sebanyak 1000 tanaman ternyata mampu melebihi target menjadi sebanyak 1454 tanaman.

Pengomposan menjadi produk ikon unggulan milik SMPN 11 Surabaya yang sekaligus menjadikannya sekolah produsen kompos. Setiap harinya, perusahaan siswa mengumpulkan sampah organik kemudian mengolahnya, hingga saat panen kompos mereka mendapatkan sebanyak hampir 5 ton atau hampur 5000 kg kompos

Dijelaskan oleh Syamsul Arifin, pada saat realisasi grebek pasar ini, setiap kali grebek pasar minimal mereka bisa membawa 5 karung sampah organik. Dari tiga belas kali grebek pasar, paling banyak dilakukan di pasar Pegirian yang berada di dekat sekolah. “Hasil dari grebek pasar sebagian langsung dimasukkan ke dalam rumah kompos sebagai bahan campuran sampah dedaunan. Sisanya digunakan untuk mengisi lubang resapan biopori baru,” ujar Syamsul, siswa kelas 8.

Hingga tantangan final program wirausaha lingkungan yang diselenggarakan Tunas Hijau bersama Pemerintah Kota Surabaya disampaikan, sudah terdapat 163 lubang resapan biopori baru yang sudah dibuat. 98 lubang biopori di dalam sekolah dan 65 lubang resapan biopori di luar sekolah. Tidak hanya itu saja, penjualan produk ecopreneur sekolah yang berada di Jalan Sawah Pulo Nomor 1 ini juga menggelar 3 kali bazar penjualan yakni dua kali bazar di dalam sekolah dan sekali bazar di luar sekolah.

Beragam produk yang dimiliki oleh tim Ecopreneur ini diantaranya adalah es sinom, beragam olahan makanan berbahan baku gingseng seperti rempeyek gingseng, tahu isi gingseng dan produk makanan lainnya. Selain produk olahan makanan, produk kerajinan tangan yang terbuat dari kertas daur ulangpun dijual kepada warga sekolah. “Dari penjualan produk ecopreneur ini kami mendapatkan keuntungan sebesar 9.620.500 rupiah dengan pendapatan kotor sebesar 12.125.500 rupiah,” ujar Suminah, guru pembina lingkungan SMPN 11 Surabaya.

Pendapatan tersebut diraih tentunya dengan perjuangan yang tidak sebentar, mulai dari menggelar penjualan produk setiap harinya di sekolah,hingga membuat poster promosi untuk produk ecopreneur, menggelar bazar dengan melibatkan 18 stan dari kelas 7 dan 8 hingga pada waktu menggelar 13 kali kampanye lingkungan dibarengi dengan penjualan produk Ecopreneur yang langsung mampu menarik perhatian warga sekitar saat kampanye lingkungan untuk membeli produk mereka.

Momen yang tidak bisa mereka lupakan adalah saat kebersamaan mewujudkan target panen kompos sebanyak 5 ton dari yang perkiraan target hanya 3 ton kompos saja. “Agar bisa mendapatkan total kompos sebanyak 5 ton kompos, setiap hari aktivitas kami adalah melakukan pengomposan. Mulai dari mengumpulkan sampah organik yang banyak di sekolah, kemudian dimasukkan ke dalam kotak kompos lalu diaduk sambil diberi air leri agar proses pengomposannya berjalan cepat. Belum lagi setiap dua atau tiga hari sekali kami menggelar grebek pasar dan panen setiap dua minggu sekali,” ujar Rizaldy yang juga ketua kader lingkungan. (ryn)

Keterangan Foto : Perusahaan siswa SMPN 11 Surabaya yang akrab dikenal sebagai Green Sewelas foto bersama sebelum melakukankampanye lingkungan di warga sekitar sekolah untuk mengajak warga sekitar melestarikan keanekaragaman hayati

4 thoughts on “5 Ton Kompos dan Capaian Target Lain SMPN 11 Dalam Ecopreneur 2018

  • Mei 25, 2018 pada 12:25
    Permalink

    Inilah sekolah yang betul-betul peduli lingkungan, setelah menjadi sekolah adiwiyata mandiri kiprahnya di bidang lingkungan semakin maju dan berkembang sehingga dapat mengolah sampah sebanyak itu menjadi kompos yang sangat bermanfaat. SMPN 11 memang luar biasa

    Balas
  • Mei 25, 2018 pada 16:15
    Permalink

    Mantap banget “Green Sewelas” dengan programnya yang luar biasa. Aktivisnya pun juga luar biasa, begitu pun dengan Bu Suminah sebagai pembinanya. Mampu menghasilkan 5.000 kg. kompos bukanlah hal yang biasa. Apalagi dilakukan oleh seseorang yang punya tugas utama sebagai pendidik dan peserta didik, dengan tanggung jawabnya yang tidak sedikit.

    Balas
    • Mei 25, 2018 pada 20:24
      Permalink

      Matut nuwun Pak Janny M srmoga sekoah panjengan bertsmbah semangat dan sukses baik akademik maupun lingkunganya.7

      Buat Bunda Andayani semoga tetap semangat mendampingi tim lingkungan sekolanya yang juga hebat.

      Balas
  • Mei 25, 2018 pada 22:04
    Permalink

    Tidak diragukan lagi komentar saya lagi2 untuk smpn 11 adalah kalian smp yg luar biasa, pertahankan sbg kiblat sekolah ecopreneur dan eco school sejati dan tentunya adiwiyata mandiri dong…untuk sekolah smp2 lain di sby

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *