Agnes Warsiati, Penggagas Ikon Hidroponik SD Negeri se Surabaya
Satu tahun sudah sosok perempuan ini mengemban tugas sebagai kepala bidang Sekolah Dasar di Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Dia tidak hanya puas duduk di meja dan memberikan fungsi pengawasan kepada sekolah dasar se Surabaya saja. Tangan dingin dan berbekal pengalamannya sebagai kepala sekolah dasar sebelumnya, sosok Agnes Warsiati ini menghidupkan dinamika kompetitif Sekolah Dasar melalui lomba hidroponik.
Mengenai program hidroponik sekolah yang sudah direncanakan mulai tahun lalu, mantan kepala SDN Ngagel Rejo II Surabaya ini ingin menjadikan sekolah nyaman, bersih, hijau meskipun tidak memiliki lahan luas. Dirinya lantas mempraktekkan sendiri di rumahnya hingga berhasil panen tanaman sayuran sawi. Hasil ini yang pun mampu menarik hati Walikota Surabaya Tri Rismaharini.
“Waktu itu saya pamerkan kepada Bu Risma manfaat dan keuntungan hidroponik. Tanpa basa basi langsung menganjurkan sekolah-sekolah untuk membuat hidroponik di sekolahnya masing-masing,” ujar Agnes. Sosialisasi hidroponik dilakukan kepada seluruh sekolah dasar sampai penganggaran pembuatan hidroponik pada rencana anggaran sekolah tahun 2018. Penganggaran dana ini meliputi biaya pembuatan instalasi hingga perawatannya.
Menurut perempuan yang lahir di Jakarta, 29 Desember 1960 ini, faktor keberhasilan pengelolaan lingkungan di sekolah tidak hanya ditentukan oeh tim lingkungan saja, tetapi peran kepala sekolah berperan penting sebagai aktor manajerial.
“Kepala sekolah jangan hanya duduk saja di ruangannya, karena sebagai manajer harus berkeliling sekolah, memeriksa apakah ada sarana lingkungan atau masalah lingkungan yang harus diselesaikan. Lebih utamanya, kepala sekolah harus memberikan teladan,” ujarnya.
Pada jabatannya yang baru, pembiasaan untuk tidak berkeliling susah dihilangkan. Seperti setiap Jumat, lulusan S2 Administrasi Publik Universitas Wijaya Putra ini melakukan sidak ke sekolah-sekolah secara acak. “Yang saya periksa pertama adalah toiletnya, karena ada program ngosek bareng. Lalu saya cek hidroponiknya apakah dijalankan atau tidak. Kalau tidak dijalankan ya langsung saya tegur atau saya dokumentasikan,” ucap Agnes.
Hasil sidak kemudian ditunjukkan kepada seluruh kepala sekolah di wilayah Surabaya 1, 2 dan 5 pada pertemuan rutin setiap Selasa kedua. “Setiap saya sidak, saya selalu dokumentasikan kekurangan dan kelebihan di sekolah-sekolah untuk saya tunjukkan kepada kepala sekolah saat agenda rutin pembinaan,” ujar Agnes, yang juga mantan kepala SDN Gayungan I ini.
Pada pelaksanaan lomba hidroponik nantinya, harus melibatkan pesuruh dan satpam sekolah tidak hanya siswa dan guru. Beberapa tips diberikan untuk mengajak pesuruh dan satpam sekolah terlibat dalam proses pembuatan hidroponik. Mulai dari proses penyemaian, pemindahan bibit ke instalasi hingga perawatan.
“Kalau mengandalkan siswa dan guru saja, hidroponik tidak berpindah sehingga setelah sore jam pulang sekolah, kalau tidak mengandalkan pesuruh dan satpam sekolah ya mati. Makanya itu mereka ditugaskan merawat mulai sore hingga pagi harinya,” celetuk Agnes.
Pada program hidroponik sekolah dasar tersebut, apresiasi terhadap sekolah, individu seperti guru, siswa akan diberikan. “Khusus untuk piagam penghargaan untuk guru, akan kami koordinasikan dengan GTK terkait dengan poin penilaian kinerja guru. Kami masih tanyakan hitung-hitungan poinnya. Selain itu juga penghargaan untuk individu terbaik,” imbuh perempuan yang sebelumnya pernah menjadi kepala SDN Airlangga I ini.
Agnes tidak hanya akan membuat terobosan program hirdoponik saja. Bidang sekolah dasar yang dia pimpin juga akan membuat program untuk kantin sehat sekolah dan pojok melukis. Terkait dengan kantin, perempuan yang supel dan tegas ini menginginkan kantin sekolah dasar harus bebas kemasan plastik sekali pakai, bebas makanan yang mengandung 5P dan harus dikelola secara profesional. (ryan/ro)
Kepala Bidang yg sangat pro lingkungan, tadinya sekolah kami kesulitan untuk merealisasikan hidroponik di sekolah, setelah bu agnes memprogram kan hidroponik di sekolah, dan juga ada pelatihan hidroponik bersama tunas hijau, semakin mmbuat kita semangat untuk mghijaukan sekolah
#bravo tunas hijau
Siip, betul sekali bu, kepsek harus memberikan teladan, seperti ibu dan kepsek kami
Semoga ide ide inovatif Bu Agnes menjadi inspirasi baru bagi kita warga sekolah
Semoga cita-cita dah harapannya tak terhalang oleh biaya.
Pengawas yang sangat care terhadap perkembangan program LH di sekolah-sekolah khususnya jenjang SD. Jika pengawasnya peduli tentu para kepala sekolah pun agar tergerak maju dan berkomitmen. Kalau jenjang SD punya gebrakkan baru tentang hidroponik. Lalu kapan untuk jenjang SMP? Jd ngiri.
Inilah fungsi struktural memberikan sentuhan kepada kebijakan yang pro lingkungan. Berkat gagasan dan ide dari beliau dan mendapat dukungan semua fihat maka kegiatan hidroponik di sekolah jenjang SD dapat terlaksana melalui Workshop yang diadakan secara berjenjang. Suatu kebijakan yang dikeluarkan dari jenjang lebih atas oleh dinas pendidikan secara formal maka mau tak mau akan disambut dengan tangan terbuka. Semoga kegiatan ini jiga berlaku untuk sekolah swasta.
semoga Bu Agnes terus memberikan ide ide yang cemerlang lainnya agar Surabaya lebih maju
Lingkungan hijau berpengaruh positif untuk peserta didik terimakasih Bu Agnes