Capaian Target Perusahaan Siswa SMPN 26 Dalam Ecopreneur 2018
Dalam program wirasusaha lingkungan hidup atau Ecopreneur, sekolah-sekolah mempunyai ikon produknya masing-masing, Seperti halnya SMPN 26 Surabaya, bukan lagi menyebutkan kantin apung ramah lingkungan sebagai ikonnya, melainkan kolam ikan dan es krim olahan buah mangga yang kini menjadi ikon produk dari sekolah Adiwiyata Mandiri ini. Informasi tersebut yang disampaikan kepada Tunas Hijau saat melakukan evaluasi program Ecopreneur di sekolahnya, Kamis (24/05).
Setiap harinya, perusahaan siswa Ecopreneur yang bernama Pacomar Crew melakukan penjualan es krim olahan mangga dengan berbagai macam varian rasa. Ikon ini menjadi produk Ecopreneur yang paling diburu oleh warga sekolah dan menyumbang sebagian besar pendapatan mereka. Tidak hanya itu saja, berbagai macam capaian target dari Ecopreneur yang sudah dijalankan selama lebih kurang 10 minggu disampaikan langsung oleh Asta Syankara, direktur ecopreneur kelas 8.
Menurutnya, capaian target yang sudah diraih oleh timnya selama pelaksanaan program wirausaha lingkungan hidup ini diantaranya adalah sudah melakukan bazar penjualan produk sebanyak 8 kali baik di dalam maupun di luar sekolah. “Dari delapan kali bazar itu kak, 7 kali bazar dilakukan di dalam sekolah pada momen-momen tertentu dan hanya satu kali menggelar bazar di luar sekolah yakni di taman Cahaya atau yang dulu kerap disebut taman Pakal,” ujarnya
Dari rutinitas penjualan produk es krim ditambah dengan banyaknya jumlah penjualan produk dengan sistem bazar, tidak heran bila setelah tantangan final minggu ini mereka mengatakan bahwa keuntungan mereka sebesar 8 juta, sedangkan untuk seluruh penjualan. Pendapatan yang mereka perlolah sebesar 12 juta rupiah. “Dari banyaknya jumlah keuntungan yang kami dapatkan, kami juga mempunyai modal yang besar yakni 4 juta, dimana setiap kali bazar digelar, modal kami sebesar 500.oo ribu rupiah,” ucap Asta, siswa kelas 8.
Capaian- capaian lain yang sudah direalisasikan oleh tim Ecopreneur yang bermarkas di Jalan Raya Banjarsugihan Nomor 21 adalah panen kompos organik sudah mencapai angka 1 ton bahkan sekarang sudah melebihi satu ton. Menurut Aisya Dwi Agung Putri, siswa kelas 8, yang juga menjadi anggota tim Ecopreneur, selain panen kompos 1 ton, mereka juga sudah merealisasikan capaian untuk mengolah sampah organik sebanyak 2 ton.
“Untuk bisa merealisasikan target pengomposan itu, kami semuanya sudah berusaha optimal untuk mengadakan grebek pasar, mengumpulkan sampah organik yang banyak dihasilkan oleh pepohonan di sekolah. Sedangkan sampah anorganiknya, kami sudah hampir mencapai target, dimana target kami untuk sampah kertas adalah 1 ton, sekarang ini sudah lebih dari 600 kg,” ujar Aisya. Dari realsiasi kedua target itu, pengolahan sampah organik menjadi yang paling menguras energi mereka karena tidak hanya mengumpulkan tetapi juga mengolahnya.
Sementara itu, pada target capaian yang sudah direncanakan diawal workshop, penambahan jumlah tanaman selama program Ecopreneur sebanyak 1000 tanaman baru tampaknya akan terlampaui. Pasalnya, tanaman baru itu didapatkan dari hasil kebijakan sekolah yang mengatur bila nilai ujian tengah semester tidak sesuai dengan standart harus membawa 1 tanaman untuk 1 mata pelajaran. “Kemarin saja kak, pas PTS (Penilaian Tengah Semester) sudah ada 600 tanaman terkumpul dari warga sekolah, apalagi nanti setelah PAS selesai pasti lebih dari 1000 tanaman kak,” ujar Aisya.
Sekolah yang berada di dekat tempat wisata Food Junction ini memiliki 3 sekolah dan 2 kampun adopsi selama gelaran Ecopreneur. Dari kelima tempat adopsi tersebut, mereka getol untuk melakukan sosialisasi, memperkenalkan produk unggulan sekolah hingga melakukan penjualan produk unggulan berupa es krim mangga. “Selain mempromosikan produk, kami juga melakukan pembuatan lubang biopori dan penanaman tanaman baru yang merupakan hasil remedi siswa pasca pelaksanaan ujian,” ucap Morla Sacharissa, siswa kelas 8 yang juga tim Ecopreneur.
Melalui program Ecopreneur ini, lebih dari capaian hasil yang dapat direalisasikan oleh perusahaan siswa, capaian yang lebih besar adalah rasa kekeluargaan yang tercipta begitu kuat. Momen kebersamaan saat proses menyiapkan bazar mulai dari memasak, mencari bahan baku, membuat media promosinya dilakukan di salah satu rumah tim ecopreneur. “Rasanya seru banget kak, sampai saat proses penjualan produkpun kami lakukan bersama-sama. Saya merasa seperti memiliki keluarga kedua disini,” ujar Morla, mantan siswa SDN Bubutan IV. (ryn)
Keterangan Foto : Tim perusahaan siswa Pacomar Crew SMPN 26 Surabaya melakukan kampanye lingkungan pengurangan kemasan plastik sekali pakai kepada pedagang-pedagang yang ada di depan sekolah mereka
SMPN 26 yang merupakan salah satu sekolah adiwiyata mandiri betul-betul menerapkan apa yang menjadi tujuan adiwiyata yaitu sekolah yang berwawasan lingkungan sehingga dapat memfaatkan kondisi lingkungan sekolah lebih berdaya guna. Icon yang dihasilkanpun sangat menjanjikan.
Sekolah yang terkenal dengan kantin apungnya, merupakan sekolah Adiwiyata Mandiri yang tetap eksis beraktivitas lingkungan. ‘Pacomar Crew’ yang aktif merealisasikan program-programnya, tak kenal lelah untuk beraksi nyata lingkungan di dalam dan di luar sekolah. Top banget deh! Semangat selalu, yaa!
Sekolah dengan icon mangga dan kantin apung tetap eksis menjalankan program lingkungan. Di bawah komando Bapak Suharto yang juga menghantarkan SMPN 11 menjadi sekolah Adiwiyata dengan kantin sehat bebas plastik kami yakin SMPN 26 akan semakin hebat .
Sekolah dengan icon mangga dan kantin apung tetap eksis menjalankan program lingkungan. Di bawah komando Bapak Suharto yang juga menghantarkan SMPN 11 menjadi sekolah Adiwiyata dengan kantin sehat bebas plastik kami yakin SMPN 26 akan semakin hebat .Tetap semangat buat tim lingkungan SMPN 26 Surabaya
Komentar saya untuk smpn 26 adalah hebat, hebat dlm prestasi akademiknya dan hebat dlm pengelolaan LH nya, banyak tim kadernya sbg green super hero, pertahankan!
senangnya jika nanti di sekolahku juga ada kantin apung seperti SMPN 26