Gelar Bazar Tiap Minggu, Minggu Pertama Keuntungan Bazar SDN Kandangan III Digunakan Untuk Infaq
Beragam cara digunakan untuk menggalakkan kegiatan lingkungan di sekolah, mulai dari membuat kebijakan lingkungan hingga menyisipkan ke dalam mata pelajaran. Seperti yang dilakukan oleh SDN Kandangan III Surabaya memanfaatkan momen program wirausaha lingkungan untuk kembali menggerakkan kegiatan lingkungan agar lebih “hidup” lagi. Mulai dengan mengajak warga sekolah membiasakan membawa bekal menggunakan tempat makan dan minun sendiri, hingga mengajak mereka mengumpulkan sampah kertas.
Program pengumpulan sampah kertas itu kemudian dijadikan sebagai ajang pengumpulan modal awal untuk memulai merealisasikan ide produksi produk unggulan sekolah. Dengan antusiasme yang tinggi dari warga sekolah, modal yang besarpun didapatkan untuk memulai memproduksi beragam produk unggulan. Dengan menetapkan belimbing wuluh sebagai ikon produk Ecopreneurnya, Wiji Hastutik, guru pembina lingkungan, mengungkapkan bahwa proses produksi selalu melibatkan siswa.
“Anak-anak sangat senang saat saya ajak untuk membuat produk olahan makanan dan minuman berupa sirup blimbing wuluh, nata de coco dari blimbing wuluh dan jelly blimbing wuluh. Mereka sangat antusias sekali waktu kami ajak untuk membuatnya di kantin sekolah,” ujar Wiji. Tidak hanya saat produksi, bahkan mereka tidak lelah untuk kemudian membuat beragam media promo melalui poster sekaligus langsung menjualnya kepada teman-teman dan wali murid yang ada di sekitar sekolah.
Menariknya, perusahaan siswa sekolah yang berada di Jalan Wisma Tengger XXI Nomor 1 menggelar bazar atau penjualan produknya setiap satu minggu sekali di hari Sabtu. Seperti yang disampaikan oleh Wiji, setiap Sabtu pada jam istirahat, dengan membawa poster dan produk sirup, nata de coco dan jelly blimbing wuluh yang menggunakan kemasan wadah tersendiri, setiap siswa yang membeli diminta untuk membawa tempat makannya sendiri. “Ya kami ingin mengajarkan kepada anak-anak untuk mengurangi kemasan plastik sekali pakai,” imbuhnya.
Lebih jauh lagi ternyata produk olahan yang dijual tidak dipatok harganya, Wiji menambahkan bahwa konsep bazar adalah seperti kantin kejujuran tetapi itu pada minggu pertama. Tim Ecopreneur menyiapkan satu kotak kosong dimana setiap siswa yang membeli produk mereka dibebaskan untuk mengisi sendiri kotak tersebut dengan nilai nominal uang terserah mereka.”Hasil dari penjualan produk akan disumbangkan ke mushlolla Al Ikhlas untuk infaq atau pemeliharaan,” ucap Suharti, kepala SDN Kandangan III Surabaya.
Tidak hanya aksi sosialnya saja, pengolahan sampah organik di sekolah juga dilakukan oleh perusahaan siswa dengan melibatkan tim pengomposan. Adanya rumah kompos dan mesin pencacah sampah daun memudahkan mereka untuk mengolahnya menjadi kompos organik. Mereka menargetkan sebanyak 1000 kg sampah organik akan diolah dan 500 kg kompos akan dipanen di akhir program Ecopreneur.
“Secara bertahap, sampah organik yang diolah sejak awal tahun akan dipanen berkala hingga target 500 kg kompos kami terpenuhi. Nah, kompos yang sudah dipanen juga dijual kepada walimurid, bapak dan ibu guru yang dirumahnya membutuhkan kompos untuk perawatan tanaman,” imbuh Suharti. Dukungan untuk mensukseskan program wirausaha lingkungan di sekolah ini tidak hanya dari warga sekolah saja, walimurid melalui paguyuban mendukung dalam proses penjualan produk mereka.
Adapun beberapa kendala yang disampaikan oleh Wiji, sebagai dewan komisaris perusahaan siswa Kandaga adalah belum terealisasinya kegiatan untuk kampung dan sekolah adopsi. Hal tersebut karena terbatasnya waktu yang dimiliki dan bertabrakan dengan agenda kegiatan sekolah yang lain, sehingga masih belum bisa merealisasikannya,” pungkasnya. (ryn)
Keterangan Foto : Perusahaan siswa SDN Kandangan III Surabaya menggelar bazar setiap minggunya, akan tetapi pada minggu pertama bazar dilakukan dengan konsep sosial, dimana setiap siswa dibebaskan untuk membayar berapapun harga dari produk yang dibeli (seperti kantin kejujuran) yang hasil penjualannya digunakan untuk infaq di Musholla Al Ikhlas
Suatu terobosan dan patut diacungi jempol jadi contoh unt sekolah yg ada di sby sebuah kantin kejujuran untuk wirausaha yg berbasis akhlakul karimah atau berbudi pekerti untuk siswa sdn kandangan 3 ini sungguh luar biasa, mudah2an kantin kejujuran ini tdk berhenti pada event2 ecopreneur tunas hijau saja tp sdh menjadi suatu kebutuhan atau budaya hidup yg tumbuh sehari2 dikalangan siswa yg kelak insya allah kalo sdh dewasa akan memiliki jiwa ecopren sejati yg anti korupsi…selamat buat sdn kandangan 3 mudah2an bs ditiru oleh sekolah lain khusunya sekolah saya SDN BUBUTAN 4 SBY
Inilah potensi ecopreneur yang belum tergali secara maksimal di sekolah-sekolah lain. Padahal bazar sekolah sangat menjadikan sebagai media pembelajaran bagi oara peserta didik secara langsung dan kontekstual, nah peluah ini ternyta dapat dimanfaakan oleh SDN Kandangan III dan yang paling luar biasa adalah hasil keuntungan digunakan untuk infaq, ini adalah perpaduan nilai ekonomis dan sepiritual yang sangat dalam. SDN Kandangan III telah mampu berdagang denga Tuhan Yang Maha Kaya.
Salam Bumi Lestari
#suroboyowani
#suroboyolestari
Program atau kompetisi lingkungan yang diprakarsai dan dimotori oleh Tunas Hijau, tidak melulu masalah melestarikan lingkungan. Banyak benang merah yang dapat ditarik dalam kompetisi SES maupun SEP (Sby Eco Preneur). Contoh: pembentukan karakter peduli, ramah lingkungan, jujur, kreatif, inovatif, PD, bersosialisasi, disiplin waktu. Dan masih banyak perilaku yang secara tidak langsung dibentuk saat beraktivitas LH, begitu dengan menggali life skill..