SDN Perak Barat Kawasan Siap Kembangkan Hidroponik Bersama Eco Mobile PJB
Hidroponik menjadi metode pertanian yang kian di gemari sekolah-sekolah di Surabaya untuk diterapkan, tidak terkecuali bagi SDN Perak Barat Kawasan. Sekolah yang berada di daerah Tanjung Torawitan ini mempunyai hidroponik dengan sistem DFT (Deep Film Technique). Hal tersebut ditunjukkan kepada Tunas Hijau saat menggelar kunjungan sekaligus pembinaan lingungan dengan menggunakan mobil edukasi lingkungan hidup keliling atau Eco Mobile PJB, Selasa (08/05).
Sistem hidroponik yang memanfaatkan pipa paralon sebagai instalasinya ini tidak hanya digunakan sebagai pembelajaran bagi kader lingkungan saja, melainkan media pembelajaran bagi seluruh warga sekolah, terutama bagi siswa kelas 3, 4 dan 5. Disampaikan oleh Lina, guru pembina lingkungan, mengatakan sistem DFT mulai menjadi media pembelajaran di setiap kelasnya, tetapi sebelumnya tim kader lingkungan sudah menyiapkan bibit sayuran di dalamnya.
“Biasanya akan bergantian dalam satu minggu, misal kelas 4, maka pembelajarannya adalah mengenal jenis tanaman dan manfaatnya, lalu mengapa harus menggunakan hidroponik dan pastinya mereka diajak untuk praktek dengan sistem sumbu,” ujar Lina. Tidak hanya sistem DFT saja, guru pengajar kelas 3 ini juga memperkenalkan sistem sumbu kepada puluhan siswa yang tergabung dalam kader lingkungan. Sistem sumbu yang diperkenalkan ada dua yakni dengan menggunakan bak atau baskom dan memanfaatkan botol air mineral.
Nur Intan Hikmah, salah seorang siswa kelas 5, mengaku dirinya sangat tertarik dengan belajar hidroponik sistem sumbu karena menurutnya paling mudah dilakukan. “Saya suka praktek hidroponik yang memanfaatkan gelas air mineral besar untuk dijadikan medianya dengan memanfaatkan kain flanel bekas sebagai sumbunya. Tanaman sawi saya yang sudah berumur lebih dari 10 hari ini sudah tumbuh daun sejatinya kak,” ujar Intan.
Tidak hanya intan saja, Nafriza Firnanda, salah seorang siswa kelas 5, malah tertarik dengan metode bak atau baskom yang memanfaatkan netpot dan stereofoam sebagai penahannya. Bersama dengan temannya, Nafriza membuat lubang pada stereofoam untuk tempat netpotnya. “Bedanya, kalau dengan sistem bak ini saya harus menyemai dulu kak, itu tanaman sawi semaian saya sudah mulai tumbuh, makanya saya menyiapkan wadahnya ini,” ujar Nafriza. Dirinya bersama teman-teman yang lainpun mulai belajar untuk memberi nutrisi pada bibit tanaman sayurnya.
Tidak hanya program hidroponik saja, sekolah yang juga merupakan sekolah adiwiyata mandiri ini mengajak Tunas Hijau untuk mengecek pengomposannya. Bambang Soerdjodari, aktivis Tunas Hijau yang sekaligus operator Eco Mobile PJB, menyarankan agar pengomposan tongnya sering-sering diisi dengan sampah organik, diberi air leri atau cucian beras agar cepat jadi kompos. “Kalau sampah organik di dalamnya kering, kasih aja tambahan air atau beri air leri biar bakteri dari air cucian beras itu akan mempercepat proses pengomposannya,” ujarnya. (ryn)
Keterangan Foto : Guru pembina lingkungan SDN Perak Barat Kawasan bersama dengan kader lingkungan melakukan perawatan tanaman hidroponik dengan sistem DFT, menambahkan nutrisi AB Mix untuk asupan makanan tanaman sawi yang ada di hidroponiknya saat kunjungan dan pembinaan Eco Mobile PJB, Selasa (08/05)
Sejauh manakah keefektipan media hidroponik dengan polibag atau pot. Mohon penjelasan, mungkin ada kelebihan dan kekurangan masing-masing .
bagus kegiatan ini, semakin membudayakan hijau di sekolah. sekalipun kondisi surabaya panas, namun tetap kita hijaukan surabaya agar asri dan sejuk
Program hidroponik diterapkan bahkan dilombakan di tingkat SD. Berarti yang merawat, memantau, adalah adik-adik SD. Kalau adik-adik SD bisa, masa’ kakak-kakak yang SMP tidak mampu? ☺?☺ Ayoo, kapan diadakan untuk tingkat SMP? Siap, kan untuk teman-teman SMP? ?