Sukarti, Komisaris Utama Sekeco Student Company
Sosok peraih penghargaan Eco Headmaster (Elementary) Surabaya Eco School 2017 ini pernah terpilih mengikuti pelatihan kepala sekolah di Dong Eui University, Kota Busan, Korea Selatan. Selama 1 bulan mengikuti pelatihan tersebut pada tahun 2014, dirinya dibuat sangat takjub mengenai pengelolaan lingkungan hidup di negeri ginseng itu.
Infrastruktur kota yang sudah sangat maju tentu sudah banyak dikenal mengenai Kota Busan. Hal sederhana yang membuat kagum Sukarti adalah budaya masyarakatnya. Termasuk dalam etika makan.
“Saat di Korea Selatan tahun 2014, kami diajak menerapkan budaya masyarakat setempat. Diantaranya, setiap peserta pelatihan selesai makan harus meletakkan semua alat makan seperti sendok, gelas dan piring, serta sisa makanan sesuai tempat masing-masing,” kata Sukarti.
Budaya meminimalkan penggunaan wadah minum/makan kemasan plastik sekali pakai juga dialami Sukarti selama di Korea. “Tempat minum tidak menggunakan wadah plastik sekali pakai tapi menggunakan kertas tebal sekali minum,” terang Sukarti.
Saat ini, Sukarti mengaku memiliki pekerjaan rumah untuk segera merealisasikan kantin sekolah zero waste. Yaitu kantin sekolah tanpa kemasan makanan minuman sekali pakai. “Semoga kantin zero waste SDN Kedung Cowek I Surabaya segera bisa direalisasikan begitu sekolah pindah ke lokasi yang baru,” harapnya.
![](https://tunashijau.id/wp-content/uploads/2018/05/20180521sukarti.jpg)
Sementara itu, beragam ide cemerlang kerap dimunculkan Sukarti selama pelaksanaan program wirausaha lingkungan hidup Ecopreneur 2018 di SDN Kedung Cowek I-253. Produk unggulan minuman sirup belimbing wuluh, atau yang lebih dikenal dengan “sibeluh”, merupakan salah satu ide dari Sukarti.
“Melihat banyak belimbing wuluh yang jatuh di halaman SDN Kedung Cowek I, saya ingin memanfaatkannya menjadi produk unggulan sekolah yang bisa diminati banyak orang,” kata Sukarti. Sebelumnya dia juga mencoba mengolah belimbing wuluh menjadi manisan.
Produk minuman sirup belimbing wuluh “sibeluh” menjadi produk wirausaha siswa SDN Kedung Cowek I-253 yang cukup dikenal di kecamatan Bulak. Produk minuman ini juga menjadi produk yang banyak diminati ketika pameran sekolah prestasi di Ciputra World Mall.
Semangat Sukarti untuk mengembangkan kegiatan hidroponik di sekolah juga sangat luar biasa. Kebijakan sekolah yang dibuatnya sangat mendukung program hidroponik. Dia juga tidak segan turun langsung mendampingi kader lingkungan menjual tanaman hidroponik kepada walimurid dan masyarakat sekitar.
Semua tantangan Ecopreneur 2018 juga tidak pernah luput dari pantauannya. Tidak terkecuali realisasi tantangan berupa adopsi taman di kelurahan Kedung Cowek I-253 sekitar sekolahnya. (*)
Penulis: Mochamad Zamroni
Bu karti menurut saya sbg kepala sekolah beliau jg aktif sebagai penggerak lingkungan hidup di sekolah yg beliau bina sebagai pimpinan pasti menjadi teladan bagi anak buahnya dan warga sekolahnya sungguh kepala sekolah yg luar biasa apalagi bu karti dpt membuktikan dirinya jg bs menjadi kepala sekolah terbaik unt ecopreneur 2017 ditambah lagi punya segudang pengalaman ketika beliau di busan korea sungguh luar biasa tidak semua kepala sekolah spt bu karti. Selamat dan sukses buat kepala sekolah sdn kedung cowek satu dan guru2 pembina LH nya mudah2an prestsi beliau bs ditularkan ke SD2 lain yang ada di surabaya sehingga prestasinya menjadi inspirasi bg ks dan pembina LH seperti saya, aamiin
Sebuah loncatan baru, bu Karti yang merupakan pendatang baru dalam ajang kegiatan yang di gagas Tunas Hijau Indonesia langsung menyabet Kepala Sekolah trebaik Eco School dan sekolah SDN Kedung Cowek I langsung menjadi juara pertama. ini sungguh luar biasa. Capaian ini tidak akan tercapai tanpa peran serta Kepal Sekolah yang handal, Bu Karti inilah orangnya. Sungguh luar biasa semoga dapat dipertahankan.
Bu Sukarti benar-benar figur kepala sekolah yang sangat mengagumkan. Mewujudkan program-program yang terkait lingkungan dg tuntas. Tunas Hijau pun memberikan apresiasi yg sangat tinggi. Sayangnya tiap jenjang sekolah hanya diambil satu kepala sekolah. Andaikan diambil 3 atau 5 (The Big Five Eco Headmaster) tentu makin seru, makin menyemangati para pemimpin pendidikan. Untuk selalu peduli terhadap program lingkungan.
Sosok yang bersahabat, itu kesan pertama yang saya dapatkan ketika pertama kali bekerjasama menyelasaikan tiap tantangan selama Surabaya Eco School tahun lalu. Pantang menyerah menjadi kunci kesuksesan beliau selama Surabaya Eco School 2017. Satu pesan yang saya ingat dari beliau adalah, “kita sudah diberikan amanah menjadi guru, maka kontribusi apa yang bisa kita berikan untuk sekolah. Totalitas berkarya dibidang yang kita ampu, karena itu akan menjadi ladang amal bagi kita”.