Workshop Biopori Di SMAN 3 Bangkalan Hingga Kenalkan Panel Surya Eco Mobile PJB

SMAN 3 Bangkalan menjadi salah satu sekolah produsen atau penghasil sampah daun terbanyak yang ada di wilayah Bangkalan. Hal ini membuat mereka berupaya untuk mengurangi volume sampah daun yang dihasilkan melalui beragam kegiatan lingkungan, salah satunya adalah pembuatan lubang resapan biopori. Bersama dengan Tunas Hijau dan Eco Mobile PJB serta didukung oleh Pramuka Kwartir Daerah Jawa Timur.

Sekolah bertitel Adiwiyata Mandiri ini menggelar workshop biopori kepada perwakilan siswa SMP yang ada di sekitar sekolah. Sekolah binaan tersebut diantaranya adalah SMPN 1, SMPN 3, SMPN 4, SMPN 5, SMPN 6, SMPN 7, SMPN 1 Socah, SMPN 1 Kamal, SMPN 2 Kamal, SMPN 3 Kamal dan MTs Negeri Bangkalan, Sabtu (05/05). Memanfaatkan Mini Theatre, Tunas Hijau menjelaskan teknis pembuatan biopori yang dilanjutkan dengan pembagian kelompok untuk aksinya.

Peserta workshop Biopori di SMAN 3 Bangkalan mempraktekan pembuatan biopori di halaman sekolah bertitel Adiwiyata Mandiri ini bersama Eco Mobile PJB

Mochamad Zamroni, aktivis senior sekaligus Presiden Tunas Hijau, menjelaskan tiga manfaat membuat lubang resapan biopori di sekolah. Pertama adalah untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah, mencegah banjir dan menambah jumlah atau volume air di dalam permukaan tanah. “Saat musim kemarau, lubang biopori yang kalian buat akan menjadi media pengomposan karena yang kalian isikan di dalam lubang adalah sampah organik, jadi saat satu atau dua bulan kedepan bisa kalian panen komposnya,” ujar Zamroni.

Teknis pengeboran biopori juga disampaikan oleh Anggriyan Permana, aktivis Tunas Hijau sekaligus operator Eco Mobile PJB, kedalaman lubang biopori maksimal 100 cm. Idealnya dibuat di saluran air, bukan di taman maupun di tengah lapangan. “Setiap kali membuat lubang biopori jangan lupa jaraknya diatur minimal antara lubang satu dengan lainnya adalah 100 cm juga, kemudian tanah yang sudah diambil dari dalam jangan dibiarkan saja, nanti malah kotor sehingga merusak estetika,” ujarnya.

Pasca pembuatan biopori, panel surya pada Eco Mobile PJB menjadi daya tarik peserta untuk mengetahui proses pengolahan cahaya matahari menjadi energi listrik bagi kelistrikan di mobil

Terbagi menjadi kelompok-kelompok kecil beranggotakan 3 orang, mereka langsung mempraktekkan membuat lubang biopori di sekeliling halaman sekolah yang terletak di Jalan RE Martadinata Nomor 54. Tujuan lain adalah untuk memproses sampah daun atau organik yang banyak dihasilkan setiap harinya. Disampaikan oleh Alif Riski Budikusuma, ketua panitia bahwa kurang dari 3 jam, mereka sudah berhasil membuat lebih dari 25 lubang biopori baru dan mengolah lebih dari 20 kg sampah organik.

Pasca pembuatan biopori, puluhan orang siswa SMP diperkenalkan mobil edukasi lingkungan hidup keliling atau kerap disebut Eco Mobile PJB. Mulai dari sudut baca di perpustakaan lingkungan di bagian belakang, mini theatre yang sudah digunakan hingga 4 blok panel surya yang ada di atas. Merekapun begitu tertarik dengan cara kerja panel surya sebagai penghasil energi listrik untuk mobil. Hingga, beberapa perwakilan peserta memutuskan untuk naik ke atas mobil melihat secara langsung. (ryn)

Keterangan foto utama: Foto bersama peserta Workshop Biopori yang diikuti oleh siswa SMP di sekitar SMAN 3 Bangkalan, Panitia yang merupakan kader LH sekolah, Tunas Hijau dan alumni sekolah yang mendirikan komunitas lingkungan dengan latar belakang mobil edukasi lingkungan hidup keliling atau Eco Mobile PJB

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *