Yohana Permana, Tularkan Perilaku Ramah Lingkungan Dengan Cara Menyenangkan
Peran serta seorang guru seyogyanya tidak sekedar mendidik generasi muda berwawasan luas, namun juga memiliki kepedulian lingkungan hidup khususnya bahaya sampah. Menurut guru sekaligus pembina lingkungan hidup SDN Bubutan IV Surabaya Yohana Permana, wawasan anak didiknya tentang bahaya sampah plastik selama ini masih kurang.
Kondisi tersebut mendorong Yohana untuk menyadarkan mereka mengenai bahaya sampah plastik. Aksinya diawali dengan selalu membawa tempat makan dan minum yang bisa dipakai berulang kali. Warga sekolah diajak membawa tempat makan dan minum dari rumah untuk mengurangi kemasan plastik sekali pakai.
Dalam kesehariannya di sekolah, Yohana sering memanfaatkan media komunikasi kreatif seperti slogan ajakan untuk penghematan energi, memanfaatkan kardus bekas untuk dijadikan tempat sampah kertas di setiap kelas dan poster lingkungan hidup sebagai media edukasi warga sekolah.
“Jadi guru pembina lingkungan hidup harus sabar dan kreatif. Sebisa mungkin mengajak partisipasi warga sekolah agar peduli lingkungan hidup dengan cara menarik dan keteladanan,” ujar Yohana Permana, yang juga guru kelas II ini.
Tak sekedar mengajak membawa tempat makan dan minum saja, perempuan yang hobi memasak ini juga terus menggiatkan aksi Semut atau sejenak memungut sampah. Maksimal aksinya 10 menit di sekolah.
Pada aksi Semut itu, semua warga sekolah terlibat. Kepala sekolah, guru, petugas kebersihan dan seluruh siswa diajak untuk memungut sampah sejenak. Pelaksanaannya saat istirahat. “Aksi Semut atau sejenak memungut sampah yang kami laksanakan di SDN Bubutan IV ini bertujuan agar semua elemen sekolah bisa berpartisipasi menjaga kebersihan dengan aksi nyata,” kata Yohana.
Tak hanya di sekolah, perempuan yang dikenal aktif di organisasi PKK atau Pembinaan Kesejahteraan Keluarga mengajak anggota PKK di kampungnya untuk mengolah sisa makanan menggunakan keranjang komposter takakura.
Lebih dari 3 keranjang komposter takakura yang telah dibuat oleh kedua tangannya untuk digunakan di kampungnya. Menurutnya di sekitar tempat tinggalnya banyak alat dan bahan yang bisa digunakan untuk membuat keranjang komposter.
“Ada sekam, tempat pakaian kotor atau ember bekas dan kardus bekas di sekitar tempat tinggal saya. Semua itu saya manfaatkan untuk membuat keranjang komposter agar bisa mengajak ibu-ibu PKK untuk lebih peduli terhadap sampah,” imbuh Yohana. Berkat usahanya, banyak diantaranya rekan anggota Pembinaan Kesejahteraan Keluarga yang paham dengan istilah keranjang komposter Takakura.
Menurut Kepala SDN Bubutan IV Sastro kemampuan Yohana Permana sangat mumpuni sebagai pembina kader lingkungan. “Mampu memotivasi anak-anak sehingga kader lingkungan di sekolah memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan hidup. Seperti pengolahan sampah dan merawat tanaman,” terang Sastro, kepala SDN Bubutan IV. (*)
Penulis: Satuman
Penyunting: Zamroni
SDN BUBUTAN 4 YANG ZERO WASTE DAN MENUJU HUTAN SEKOLAH (Kamis, 17 Mei 2018). Perkembangan penduduk yang sangat cepat merupakan salah satu problematika yang tidak dapat dihindari. Dengan cepatnya perkemkembangan tersebut telah mewajibkan pemerintah untuk menyediakan sandang dan papan kepada rakyanya. Sehingga probematika tersebut menyebar kepada beberapa problematika yang lain. Misalnya, penebangan hutan, pencemaran air, PKL berjualan di trotoar tepi jalan dan dipinggir sungai, pembuangan sampah sembarangan dan lain-lain.
SDN BUBUTAN 4 Surabaya dengan segenap warga sekolah dan kader lingkungan, berupaya untuk tetap menjaga bumi sebagai nikmat yang tiada tara. Hal tersebut terimplementasikan dalam beberapa bentuk kegiatan yang dikemas dalam beberapa program kegiatan antara lain, penanaman beberapa pohon buah (pohon jambu, pohon sawo, pohon kelengkeng, pohon belimbing, pohon manga, dan pohon sirsak), perbaikan sarana dan prasarana umum, pembuatan lubang biopori, pembuatan tanaman hidroponik, serta beberapa pelatihan pembibitan dan penyuluhan bertanam teknik hidroponik. Dalam pelaksanaannya SDN BUBUTAN 4 tidak berdiri sendiri. Melainkan menjalin kerjasama dengan LSM Tunas Hijau Indonesia, Komite Sekolah, dan beberapa instansi pemerintahan.
Kegiatan penanaman pohon buah-buahan tersebut didukung oleh Komite Sekolah sebagai paru-paru sekolah (hutan sekolah). Sedangkan dalam kegiatan pembuatan lubang Biopori yang dilaksanakan di halaman sekolah baik sekolah sendiri maupun adopsi sekolah binaan serta adopsi kampong biopori, diharapakan mampu menekan adanya genangan air dan mencegah adanya banjir. Tidak kalah menarik kegiatan pembuatan hidroponik di sekolah sebagai upaya untuk menuju hutan sekolah (paru-paru sekolah) dan mengatasi kurangnya lahan tanam di area perkotaan khususnya kampong warga sekolah yang padat penduduk.
Maka dari itu pentingnya menumbuhkan kesadaran dari seluruh elemen masyarakat untuk menjaga kelestarian linkungan. Misalnya penanaman pohon yang mampu memberikan sumbangsih besar terhadap penyuplian udara bersih atau oksigen. Peran serta masyarakat dan semua warga sekolah bersama dengan pemerintah akan semakin mempermudah upaya pelestarian lingkungan hidup kita.
Ada banyak Usaha yang dapat kita lakukan untuk memelihara dan melestarikan lingkungan hidup diantaranya, Rehabilitasi sumber daya alam berupa hutan, tanah, dan air yang rusak serta saran prasarana umum. Pendayagunaan lahan kosong dengan menanami tanaman yang produktif. Membudidayakan tanaman dan hidup bersih. Menyadur pada adegium bahwa ” Kebersihan adalah sebagian dari iman ” , maka kita sebagai khalifah di muka bumi memiliki kewajiban untuk merawat dan menjaga kelestarian lingkungan hidup Jaga Bhumiku Indonesia (mas Imam Subroto sebagai Pembina dan Pegiat Lingkungan Hidup SDN BUBUTAN 4 Surabaya)
SDN BUBUTAN 4 SBY YANG ZERO WASTE DAN SEBAGAI SEKOLAH RUJUKAN NASIONAL YANG BERKARAKTER DAN RANAH ANAK (Jumat, 18 Mei 2018)
Sebagai manusia modern, rasanya sulit sekali untuk terlepas dari segala sesuatu yang berbahan plastik. Secara sadar ataupun tidak, plastik sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Meskipun akhir-akhir ini banyak cara dilakukan oleh pemerintah maupun LSM Pegiat Lingkungan Hidup demi mengurangi ataupun untuk menghentikan produksi plastik ini, tampaknya hasilnya belum maksimal. Kurangnya aksi nyata dari aparat pemerintah, membuat masyarakat kita yang masih terbiasa menggunakan plastik, cukup kesulitan untuk menggantinya dengan alternatif lain.
Namun hal ini tidak berlaku bagi para siswa-siswi SDN BUBUTAN 4 SURABAYA. Sejak dinobatkan sebagai sekolah Adiwiyata, dan pegiat Lingkungan Hidup bersama Tunas Hijau Indonesia, pihak sekolah mewajibkan para siswa-siswi untuk membawa tepak makan dan botol isi ulang. Tujuannya tentu saja untuk mengurangi konsumsi sampah plastik (zero waste) di lingkungan sekolah, serta memberikan edukasi pada siswa mengenai bahayanya penggunaan plastik.
Selain itu, pihak sekolah juga bekerjasama dengan para penjual di kantin mengenai penggunaan plastik. Mereka meminta para penjual untuk tidak lagi menggunakan bungkusan berbahan plastik dan menggantinya dengan alternatif lain yang ramah lingkungan, seperti daun pisang dan pihak kantin hanya melayani siswa-siswi jika beli nasi harus dengan tepak makanan sendiri termasuk beli minuman dengan botol isi ulangnya sendiri, dengan demikian sekolah dan kantin sudah zero waste. Sejauh ini, hal tersebut berhasil menekan penggunaan plastik di SDN BUBUTAN 4 SURABAYA, bahkan tong sampah yang bisanya setiap hari penuh dengan bungkusan sampah plastik, kini berkurang sepenuhnya hingga yang tersisa hanyalah sampah-sampah organik, seperti dedaunan dan ranting pepohonan.
Program Bank sampah yang sejak dulu diadakan untuk mengurangi sampah-sampah di lingkungan sekolah, biasanya setiap hari selalu mendapatkan kiriman sampah beragam jenis, seperti sampah plastik, dedaunan dan kertas. Kini, setelah program pengurangan sampah plastik digalakkan, jumlah kiriman sampah plastik pada Bank sampah adalah nol. Hal ini menunjukkan betapa suksesnya gerakan sekolah tanpa plastik ini serta tingginya kesadaran siswa akan bahaya yang ditimbulkan oleh plastik ini. Selain itu ada pembiasaan sekolah kami yang lain adalah pembentukan karakter siswa baik melalui kegiatan kader lingkungan hidup (polisi lingkungan,
grebeg pasar, pengelolaan pupuk kompos, operasi semut dan penghematan terhadap air serta pengelolaan limbah air di antaranya pemanfaatan air ac untuk hidroponik dan menyiram tanaman lain yang ada di pot-pot. Pembiasaan sebelum masuk siswa-siswi berantrian salam dan salim dengan guru yang sudah siap di halaman sekolah sebelum masuk ke kelas dan ini dilakukan rutin setiap hari mulai pukul 06.00 hingga bel berbunyi 5 menit sebelum jam masuk sekolah pukul 06.30 wib. Ngosek wc dan senam setiap jumat seminggu sekali. Di samping itu sekolah kami, lagi mengembangkan permainan tradisional anak-anak di saat jam-jam istirahat dan pada waktu olah raga serta kegiatan kepramukaan seperti egrang, gobag sodor, dakon, engkle dan lain-lain. (Mas Imam Subroto Pembina dan Pegiat Lingkungan Hidup serta Pembina Gudep sby 03.033 SDN BUBUTAN 4 SURABAYA)
Super sabar dan ramah itulah kunci yang diterapkan Ibu Yohana dalam menerapkan perilaku ramah lingkungan kpd anak didiknya ditingkat SD. Karena yg dihadapi para bocah, maka dituntut kreatifitas untuk memotivasi para bocah tsb. Agar dapat menarik minat, niat, dan peran aktif dari para pejuang cilik lingkungan hidup di SDN Bubutan IV.
Dari dulu Bu Yohana memang oke.