Modal Kecil, SDIT Al Uswah Ajak PKK Produksi Sirup Blimbing Wuluh
Hanya dengan mengumpulkan modal awal sebesar Rp, 30.000, perusahaan siswa SDIT Al Uswah bisa meraup keuntungan sebesar Rp. 525.000 dengan pendapatan per bulan sebesar Rp. 175.000. Keuntungan tersebut didapat dari hasil penjualan produk unggulan berupa sirup blimbing wuluh, klepon singkong dan jelly blimbing. Informasi tersebut disampaikan kepada Tunas Hijau saat diskusi tentang capaian target selama program wirausaha lingkungan atau Ecopreneur.
Modal yang minim tersebut didapat dari proses pengumpulan sampah anorganik seperti kertas dan kardus dimulai dari seluruh tim lingkungan atau anggota dari perusahaan siswa. Mizwan, salah seorang guru pembina lingkungan, mengaku modal kecil itu digunakan untuk produksi produk sirup dan jelly blimbing wuluh. “Penjualan pertama kami untuk produk ecopreneur tersebut dilakukan kepada teman-teman di kelas sekaligus meminta testimoni produk mereka,” ujar Mizwan.
Dengan larisnya penjualan pertama, membuat perusahaan siswa ini semakin berani dan percaya diri untuk melakukan penjulan produk di beberapa kesempatan. Diketahui hingga pekan kesepuluh ini, mereka sudah menggelar sebanyak 5 kali penjualand an 4 kali bazar di dalam sekolah dan 2 kali di luar sekolah. “Dari banyaknya penjualan dan bazar produk unggulan yang dijual, es sirup blimbing wuluh dan jelly blimbing menjadi primadona, produk terlaris yang dibeli,” imbuhnya.
Banyaknya intensitas penjualan membuat mereka mulai merambah untuk melakukan adopsi kampung dan adopsi sekolah. Cak Mizwan, sapaan akrab guru berpostur besar ini menyampaikan bahwa kampung adopsi tersebut adalah kampung Kejawan Putih 4 RT dan kampung Kejawan Gebang 2 RT. “Tidak hanya sekedar sosialisasi lingkungan bahaya sampah yang tidak diolah, lebih jauh kami juga memberikan workshop pembuatan sirup blimbing wuluh,” pungkas Mizwan.
Melanjutkan keterangannya, perusahaan siswa sekolah yang berada di Jalan Kejawan Gebang Nomor 6 juga mengajak warga kampung adopsi untuk mengumpulkan limbah minyak jelantah. “Ada dua pilihannya, untuk saat ini kami hanya mengajak mereka mengumpulkan minyak jelantah lalu dijual ke bank sampah induk dan aksi pembuatan lubang resapan biopori di kampung,” cetusnya. Kedua kampung adopsi ini berencana untuk menambah jumlah pengumpulan sampah anorganik lainnya.
Selain adanya kampung adopsi, luas area sekolah yang baru selesai di renovasi ini masih cukup untuk menampung 100 tanaman baru lagi. Tanaman baru yang dimaksud berjenis TOGA dan sayuran. Memberikan edukasi kepada warga kampung tentang proses pengolahan limbah minyak jelantah menjadi sabun di salah satu kampung hingga dua kali. “Tidak hanya itu, anak-anak pernah memberikan sosialisasi tentang bahayanya penggunaan plastik kemasan kepada kumpulan ibu-ibu sosialita campur ibu-ibu PKK jadi momen yang tidak terlupakan,” pungkasnya.
Rencana kedepan, mereka akan lebih fokus lagi untuk mengurus kampung adopsi, mulai dari menambah jumlah kampung binaan atau adopsi, mengembangkan minyak jelantah untuk bisa dijadikan sabun dan kompos “Kami juga ingin menambah jumlah produk baru dan segera melakukan promosi produk dan penjualan langsung kepada masyarakat. Dengan cara itu, kami tahu tingkat kepuasaan pelanggan dan produk apa yang paling ditunggu pelanggan terkait wirausaha lingkungan,” cetus Mizwan. (ryn)
Keterangan Foto : Mizwan, guru pembina perusahaan siswa SDIT Al Uswah yang mensosialisasikan bahaya sampah kepada ibu-ibu PKK kampung Kejawan Gebang dalam rangka kampung adopsi program Ecopreneur
SD Al Uswah memang oke dalam melakukan trobosan mengajak masyarakat untuk aktif dalam kegiatan lingkungan, secara tidak langsung kegiatan edukasi dan praktek langsung dilakukan secara simultan, hal inilah yang semestinya dilakukan oleh para sekolah yang berwawasan lingkungan. Ada sinergi antara sekolah dan masyarakat atau sebaliknya, yang nantinya juga perpengaruh pada prilaku masyarakat yang peduli pada lingkungan.
Barvo untuk SD Al Uswah
salam bumi leatari