SMPN 36 Surabaya Ajak 9 Sekolah Binaannya Ngebor Biopori

SMPN 36 Surabaya bersama Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya menggelar edukasi lingkungan hidup kepada 9 sekolah binaannya, Kamis (21/3/2019). Masing-masing sekolah peserta diwakili oleh 3 orang siswa dan 1 orang guru. Aksi ini sebagai bagian dari Eco Mobile PJB Challenge 2019 dan persiapan menuju Sekolah Adiwiyata Mandiri.

Sekolah binaan Surabaya tersebut adalah SDN Ketintang I, SDN Karah I, SDN Pagesangan, SDN Karah III, SDN Dukuh Menanggal I, SDN Kebonsari I, SMP Baitussalam, SMP Al Hikmah dan SMPN 22 Surabaya.

Kepala SMPN 36 Surabaya Setyowati berharap edukasi lingkungan hidup ini akan diterapkan di sekolah masing-masing. “Pengelolaan lingkungan hidup di masing-masing sekolah harus lebih baik dari sebelumnya setelah kegiatan ini,” harap Setyowati mengawali edukasi ini.

Tunas Hijau berbagi mengenai pentingnya lubang resapan biopori untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup pada kegiatan tersebut. Tidak hanya secara teori, Tunas Hijau juga mengajak mereka untuk praktek di saluran air hujan di SMPN 36.

“Lubang resapan biopori adalah diantara cara untuk meresapkan semakin banyak air hujan ke dalam tanah,” kata Aktivis Senior Tunas Hijau Mochamad Zamroni. Dengan bor manual yang umum digunakan, biasanya lubang yang dibuat berdiameter 12 cm dengan kedalaman satu meter.

Dijelaskan Zamroni bahwa kerikil dan batu yang ditemui saat pembuatan lubang resapan biopori bukanlah penghalang. “Bila ketemu kerikil atau batu, maka penggunaan linggis sebagai alat bantu bisa digunakan,” jelas Zamroni.

Pembuatan lubang resapan biopori, menurut Zamroni, harus dihentikan sebenarnya karena keluarnya air tanah dari lubang yang dibuat. “Bila sudah keluar air tanah dari lubang yang dibuat, maka pembuatan lubang resapan biopori harus dihentikan. Bila ketemu pipa gas atau pipa air di dalam tanah, maka pengeboran juga harus dihentikan,” terang Zamroni. (*)