Berbagi Kiat Sukses Sekolah Mengembangkan Hidroponik
SDN Wonokusumo VII, SDN Wonokusumo I dan SDN Ujung XIII Surabaya adalah contoh 3 sekolah di Kecamatan Semampir, yang masih eksis dalam budidaya tanaman pertanian tanpa media tanah, atau lebih dikenal dengan hidroponik.
SDN Ujung XIII Surabaya, misalnya. Hidroponik di sekolah yang berlokasi di daerah basis TNI Angkatan Laut ini bahkan tidak pernah vakum. Menurut Ni Gusti Aju Made Susiani, guru PJOK yang juga guru pendamping hidroponik di sekolah ini, instalasi hidroponiknya selalu berisi tanaman pertanian.
“Sebelum panen tanaman hidroponik, kami biasanya menyiapkan terlebih dahulu bibit tanaman penggantinya,” kata Made Susiani saat Workshop Hidroponik SD 2019 gelombang 2 yang digelar Dinas Pendidikan Kota Surabaya bersama Tunas Hijau, Selasa (30/4/2019) di Dinas Pendidikan Kota Surabaya.
Jumlah tanaman pertanian yang dibudidayakan dengan cara hidroponik di SDN Ujung XIII Surabaya bahkan lebih banyak dari tahun sebelumnya. “Saat ini ada sekitar 530 lubang tanam pada sistem NFT dan lebih dari 100 lubang untuk sistem wick (sumbu) di sekolah kami,” jelas Ni Gusti Aju Made Susiani.
Pengembangan hidroponik di SDN Ujung XIII Surabaya itu juga termasuk istimewa karena dilakukan tanpa menggunakan dana BOS (bantuan operasional sekolah). “Pasca panen kami siasati dengan mengharuskan setiap siswa sarapan bersama dengan sayuran hasil panen hidroponik sekolah. Harga per ikatnya 5000 rupiah,” tambah Ni Gusti Aju Made Susiani.
Kiat mengembangkan hidroponik sekolah dengan aksi penggalangan dana yang edukatif juga dibahas pada workshop tersebut. Diantaranya dengan gerakan pengumpulan jelantah atau minyak goreng bekas.
“Jelantah biasanya dibuang ke selokan. Padahal itu limbah. Jelantah akan bisa menjadi berkah dengan dikumpulkan dan dijual ke Bank Sampah Induk Surabaya di Jalan Ngagel Timur 26 Surabaya,” terang Aktivis Senior Tunas Hijau Mochamad Zamroni. Per kg jelantah bila dijual lebih dari 4000 rupiah, menurut Zamroni.
Kiat lain mengumpulkan dana dengan cara edukatif juga bisa dilakukan dengan pengumpulan sampah non organik yang masih bernilai ekonomis. Diantaranya pengumpulan kardus dan sampah kertas. Bisa juga dengan pengumpulan sampah non organik yang lainnya.
Hari kedua Workshop Hidroponik SD Surabaya 2019 itu diikuti oleh SD negeri dari Kecamatan Semampir, Wonokromo, Pabean Cantikan, Sawahan dan Tandes.
Penulis: Mochamad Zamroni
Keren banget buat adik adik SDdengan Hidroponiknya. Apalagi dengan edukasi adik adik untuk makan sayur hasil hidroponik sendiri Ini satu terobosan bagus apalagi dengan pengaktifan ecopreneur melalui penjualan sayur dan juga minyak jelantah. Tetap semangat ya adik adik juga sang pembina yang luar biasa. Semoga aksi kalian menjadi inspirasi sekolah lainya .
Keren banget,buat adik adik sd akan mengerti bahwa betapa pentingnya barang yang sudah tidak bisa dipakai tetapi bisa didaur ulang atau bisa dipakai kembali,contohnya seperti minyak jelantah, kertas dan kardus yang tidak digunakan,dan sampah non organik lainnya.Dengan cara seperti itu sangat membantu sekali buat kebaikan adik adik sd.
Lusiana Salsabila
Smpn5 Surabaya
@Lusians_
Keren banget,buat adik adik sd akan mengerti bahwa betapa pentingnya barang yang sudah tidak bisa dipakai tetapi bisa didaur ulang atau bisa dipakai kembali,contohnya seperti minyak jelantah, kertas dan kardus yang tidak digunakan,dan sampah non organik lainnya.Dengan cara seperti itu sangat membantu sekali buat kebaikan adik adik sd.
Lusiana Salsabila
Smpn5 Surabaya
Wihhh asik sekali dan sangat bermanfaat bagi semua))
Viveria Vlafina R
SMPN 5 Surabaya
Nama : Naila Putri Divia
No peserta : 150
Asal sekolah : SDN JAJAR TUNGGAL III SURABAYA
JUDUL PROYEK : Pemanfaatan Limbah Cangkang Telur
Saya siap mengikuti seleksi 3 Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup 2021.