Diamah, Eco Teacher (Junior) of the Year 2018

Guru ini sudah aktif dengan program lingkungan hidup Tunas Hijau sejak 2005. Saat itu melalui program Penganugerahan Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup 2005. Salah satu siswanya di SMPN 16, sekolah tempatnya mengajar saat itu, menjadi finalis putri lingkungan hidup 2005 dengan proyek budidaya dan pemanfaatan tanaman berkhasiat obat.

Tiga belas tahun berselang, bertepatan juga dengan tahun terakhirnya menjelang purna tugas (pensiun) sebagai guru pegawai negeri sipil, dia mendapatkan penghargaan sebagai Eco Teacher (Junior) of the Year 2018 dari Walikota Surabaya Tri Rismaharini. Diamah, namanya. Dia guru pembina lingkungan hidup SMPN 28 Surabaya

Penghargaan itu diserahkan pada Awarding Surabaya Eco School 2018 yang diselenggarakan oleh Tunas Hijau bersama Pemerintah Kota Surabaya, serta didukung oleh PT Dharma Lautan Utama, PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur, Hotel Mercure Grand Mirama Surabaya dan Hotel Ciputra World Surabaya.

Diamah dikenal sebagai sosok yang low profile diantara warga SMPN 28 Surabaya. Begitu juga diantara warga sekolah tempat dia mengajar sebelumnya, SMPN 16 Surabaya. Dia juga anti mengeluh terhadap semua tantangan yang dihadapi dalam mengelola lingkungan hidup di sekolah. 

Diamah saat menerima penghargaan Eco Teacher (Junior) of the Year 2018 dari Walikota Surabaya Tri Rismaharini pada Awarding Surabaya Eco School 2018

“Untuk pengalaman mengelola secara fisik lingkungan di sekolah, saya mengajak teman yang berkenan saja. Tidak memaksa. Yang utama kita mulai menanam dan mengajak siswa untuk merawat, membuat kompos dan memilah sampah,” kata Diamah menjelaskan kiatnya memulai pengelolaan lingkungan hidup berkelanjutan di sekolah.

Diamah bersama tim guru pembina lingkungan hidup sekolahnya juga mengajak siswa bersama mengolah sampah organik dan non organik, bercocok tanam terus berkembang pada pembuatan lubang resapan biopori. “Keunikan itu pada kiat mengajak siswa untuk paham dengan keharusan mengelola lingkungan hidup,” terang guru yang tinggal di Jalan Bogangin Baru Blok H12 Surabaya ini.

Mengenai pendidikan lingkungan hidup di sekolah Diamah sudah memulainya sejak 1996. “Saat pertama mengajak teman-teman untuk menghadapi hal-hal yang akan terjadi akibat dari perkembangan tehnologi dengan SATEMAS kepanjangan Sains, Teknologi dan Masyarakat yang intinya menyikapi perkembangan tehnologi di masyarakat,” ujar Diamah.

Diantara produk SATEMAS saat itu adalah metode pembelajaran berbasis lingkungan. “Dari pembelajaran ini goalnya adalah pengelolaan lingkungan  secara komprehensif, karena saat ini mulai ada pengembangan pengetahuan kognitif, afektif dan psikomotor,” jelas Diamah.

Untuk aplikasinya, Diamah memulai dengan mengajak siswa mendaur ulang kertas, membuat kompos, menanam organik, dimana  kegiatan ini diikutkan pada pembelajaran. “Alhamdulilllah karena mapelku adalah sains ya jadi tidak begitu ada kendala,” ujar Diamah, lulusan S1 pendidikan Biologi ini. 

Untuk pengelolaan sampah organik, Diamah menjelaskan ke siswa hubungan sampah organik dan energi. “Sampah organik adalah  energi yang tidak dapat dimusnahkan. Bisa berubah bentuk dan menjadi peredaran energi dan materi,” kata Diamah. Berbeda dengan sampah non organik yang merupaka materi buatan manusia. “Harus manusia sendiri yang mengelola sampah non organik,” terang Diamah.

Penulis: Mochamad Zamroni

1 thoughts on “Diamah, Eco Teacher (Junior) of the Year 2018

  • Mei 8, 2019 pada 18:50
    Permalink

    Bunda Diamah sosok dengan kiprah yang patut untuk dispresiasi. Semoga tetap semangat, menjadi panutan dan menginspirasi generasi muda pengalaman di bidang lingkungan yang cukup lama tidak membuat surut , akan tetapi malah sebalikbya Good Job

    Kami menjadi semakin semangat dengan hadirnya sosok , panutan seperti beliau Bunda Diamah

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *