Kamiati, Eco Headmaster (Elementary) of the Year 2018
SDN Banjar Sugihan V Surabaya termasuk sekolah yang baru memulai program lingkungan hidup berkelanjutan pada pelaksanaan Surabaya Eco School 2018 yang diselenggarakan oleh Tunas Hijau bersama Pemerintah Kota Surabaya, serta didukung oleh PT Dharma Lautan Utama, Hotel Mercure Grand Mirama Surabaya, PT PLN (Persero) Distribusi Jatim, dan Hotel Ciputra World Surabaya.
Di bawah kepemimpinan Kamiati, kepala SDN Banjar Sugihan V yang belum setahun bertugas, pengelolaan lingkungan hidup tidak hanya sebatas pada penyediaan tempat sampah. Tidak hanya sebatas memindahkan sampah dari tempat sampah ke gerobak sampah. Tidak hanya sekedar menanam dan merawat tanaman.
Bersama kepala sekola perempuan kelahiran Surabaya, 9 Mei 1967 ini, SDN Banjar Sugihan V Surabaya menjelma menjadi sekolah yang tidak lagi menghasilkan sampah non organik kemasan makanan/minuman sekali pakai. Sekolah ini bahkan mendapatkan penghargaan Walikota Surabaya sebagai Sekolah Zero Waste 2018.
“Kami menganggap penting semua challenge aksi lingkungan hidup yang melibatkan sebanyak mungkin warga sekolah dalam keseharian, saat mungkin banyak sekolah lain mengabaikan,” kata Kamiati, Kepala SDN Banjar Sugihan V Surabaya peraih penghargaan Eco Headmaster (Elementary) of the Year 2018.
Semua challenge Surabaya Eco School 2018 dilaksanakan tanpa kecuali. Mulai pembentukan tim lingkungan hidup, hingga adopsi kampung binaan lingkungan hidup di sekitar sekolah. Mulai pemilahan sampah kertas, hingga pembuatan lubang resapan biopori. Termasuk juga grebek pasar dan realisasi keluarga zero waste kepada sebanyak mungkin keluarga warga sekolah.
Sekolah ini juga mengolah sampah organik menjadi kompos dengan menggunakan keranjang takakura. Panen kompos sudah dilakukan beberapa kali. Hidroponik juga terus dilaksanakan. Tidak terkecuali realisasi sekolah zero waste juga terus berlangsung meskipun Surabaya Eco School 2018 sudah berakhir.
“Tidak jarang guru dan karyawan SDN Banjar Sugihan V mengeluh dengan banyaknya aksi lingkungan hidup yang dilakukan pada Surabaya Eco School 2018. Justru aksi-aksi lingkungan hidup ini yang membawa harum nama sekolah,” tutur Kamiati, yang 18 tahun menjadi guru SDN Kandangan III Surabaya.
Bagi kepala sekolah yang tinggal di Jalan Tengger Raya ini, grebek pasar tradisional dan adopsi kampung binaan menjadi aksi lingkungan hidup yang paling berkesan. “Kami menjadi lebih mengenal masyarakat sekitar melalui aksi nyata lingkungan hidup yang dilakukan oleh para siswa,” jelas Kamiati.
Penulis: Mochamad Zamroni