Sekjen PBB: Perjanjian Iklim Paris Saja Belum Cukup
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyerukan aksi langsung untuk mengatasi perubahan iklim pada para pejabat yang mengadakan pertemuan di Uni Emirat Arab, negara di mana produksi bahan bakar hidrokarbon masih menjadi pendorong utama perekonomiannya, Minggu (30/6).
Guterres menyerukan kepada seluruh negara untuk berhenti membangun pembangkit listrik batu bara – menjelang tahun 2020, memangkas emisi gas rumah kaca 45% dalam sepuluh tahun mendatang, dan merombak perekonomian yang ditopang bahan bakar fosil dengan teknologi baru, seperti tenaga matahari dan angin. “Dunia sedang menghadapi darurat iklim yang sangat serius,” Sekjen PBB Antonio Guterres menegaskan.
Dalam pernyataan di pertemuan puncak di Abu Dhabi itu, Guterres melukiskan gambaran suram tentang betapa cepatnya perubahan iklim. Dia mengatakan bahwa perubahan sebagai dampak perubahan iklim itu melampaui upaya yang dilakukan untuk mengatasinya.
Ia memuji Perjanjian Iklim Paris, tetapi mengatakan meskipun janji-janji dalam perjanjian itu dipenuhi, dunia masih akan menghadapi apa yang digambarkannya sebagai kenaikan suhu tiga derajat pada akhir abad ini.
Lapisan es abadi di kawasan Kutub Utara mencair beberapa dekade lebih cepat dibanding skenario terburuk sekalipun, menurutnya, dan akan mengeluarkan gas metan, salah satu gas rumah kaca, dalam jumlah sangat besar.
Sumber: VOAIndonesia.com