Biopori untuk Antisipasi Hujan Sporadis Akibat Perubahan Iklim (6)

Diantara dampak perubahan iklim adalah semakin seringnya terjadi hujan yang turun dengan sporadis. Maksudnya, hujan turun dengan volume air yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya sebelum perubahan iklim terjadi. Namun, durasi waktu terjadinya hujan lebih singkat dibandingkan sebelumnya.

Dengan semakin berkurangnya lahan terbuka yang sebelumnya menjadi daerah tangkapan air hujan, tentunya semakin sedikit air hujan yang bisa meresap ke dalam air. “Akibatnya, banjir lebih mudah terjadi setelah hujan deras turun. Kekeringan parah juga sering mudah terjadi saat kemarau,” kata Cahyo Lintang, mahasiswa magang Tunas Hijau dari Jurusan Hubungan Internasional Universitas Brawijaya Malang.

Penjelasan Cahyo Lintang itu disampaikan saat workshop lingkungan hidup di SMPN 41 Surabaya, Selasa (20/8/2019). Hadir pada workshop itu adalah sekolah-sekolah binaan SMPN 41 Surabaya. Yaitu SDN Simokerto I, SDN Simolawang KIP, SDN Sidodadi I, SDN Sidodadi II, SDN Kapasan III, SDN Simokerto V, SDN Simokerto VI, SDN Wonokusumo IV, dan SMPN 58.

Untuk mengantisipasi hujan yang turun sporadis sebagai dampak perubahan iklim itu bisa dilakukan dengan memperbanyak lubang resapan biopori. “Lubang resapan biopori adalah lubang yang sengaja dibuat dengan diameter sekitar 12 cm dan kedalaman umumnya 100 cm atau kedalaman sebelum ketemu air tanah,” jelas Aktivis Senior Tunas Hijau Mochamad Zamroni menyambung penjelasan Cahyo Lintang.

Permukaan berpaving atau batu yang ditemui bukan alasan dihentikannya pembuatan lubang resapan biopori. Penyebab dihentikan pembuatan biopori adalah keluarnya air tanah dan pipa air/gas

Dengan lubang resapan biopori, dengan semakin minimnya lahan terbuka bisa lebih efektif meresapkan air hujan ke dalam tanah. “Target utama dibuatnya biopori adalah di saluran air hujan atau parit yang selalu dialiri air setelah hujan. Jadi sebelum air hujan mengalir ke sungai melalui parit akan banyak diresapkan ke dalam tanah terlebih dahulu,” jelas Zamroni.

Yang harus dilakukan pasca pembuatan lubang biopori adalah pengisian penuh sampah organik. “Apapun jenis sampah organik bisa dimasukkan ke dalam lubang resapan biopori. Bisa sampah organik yang masih segar atau yang sudah membusuk. Padatkan sampahnya di dalam lubang agar lebih cepat terurai,” tambah Zamroni.

Pemberian sampah organik penuh ke dalam lubang biopori itu yang peresapan air hujan ke dalam tanah semakin efektif. “Cacing tanah yang menyerbu sampah organik yang diisikan penuh di dalam lubang yang dibuat akan meninggalkan lubang kapiler di dalam tanah yang selanjutnya berfungsi sebagai jalur peresapan air hujan,” tutur Zamroni.

Penulis: Cahyo Lintang

Penyunting: Mochamad Zamroni

9 thoughts on “Biopori untuk Antisipasi Hujan Sporadis Akibat Perubahan Iklim (6)

  • Agustus 22, 2019 pada 17:40
    Permalink

    Lubang biopori sangat berguna untuk kita buat dirumah dan disekolah,karena bisa menampung air hujan bila hujan agar tidak kebanjiran.

    Balas
  • Agustus 22, 2019 pada 19:20
    Permalink

    agar lebih menjaga dan merawat saat musim hujan

    Balas
  • Agustus 22, 2019 pada 23:11
    Permalink

    Terimakasih untuk semua pejuang lingkungan yg telah berpartisipasi pada pembuatan lubang Biopori Sehingga bisa menjadikan Surabaya bebas dari banjir

    Balas
  • Agustus 23, 2019 pada 11:59
    Permalink

    aku juga membuat biopori di sekolahku…..

    Balas
  • Agustus 23, 2019 pada 13:47
    Permalink

    Semoga menang

    Balas
  • Agustus 25, 2019 pada 09:48
    Permalink

    Wah semoga kita lebih semangat lagi untuk membuat lubang biopori. Guna mengurangi banjir serta menyuburkan tanah kita

    Balas

Tinggalkan Balasan ke Riski Najih Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *