Aksi Pembuatan Biopori di SDN Medokan Semampir I

Musim hujan sudah tiba di seluruh wilayah tanah air Indonesia. Hujan cukup ekstrem bahkan terjadi di Kota Surabaya dan sekitarnya. Menyikapi hujan ekstrem tersebut, tim Eco Ranger SDN Medokan Semampir I bersama Tunas Hijau, melakukan aksi pembuatan lubang resapan biopori di wilayah sekolah, Kamis (9/1/2020).

Menurut Ismiati, guru pembina Eco Ranger SDN Medokan Semampir I, sekolahnya menjadi langganan banjir setelah hujan lebat turun. “Pernah banjir di area sekolah ini mencapai setinggi dengkul kaki,” kata Ismiati.

Sekolahnya juga pernah meminta bantuan dinas untuk mengatasi banjir yang sering terjadi di sekolah. Namun, menurut Ismiati, hal tersebut masih kurang efektif bagi sekolah. “Karena yang dilakukan hanyalah meninggikan lahan sekolah dan membuat gorong-gorong,” terang Ismiati kepada Tunas Hijau.

Tim Eco Ranger SDN Medokan Semampir I membuat lubang resapan biopori

Sayangnya, lapisan paving yang dibuat untuk meninggikan lahan sekolah mencapai 3 lapisan . “Sekolah kami jadi kurang memiliki lahan resapan air. Air hujan hanya dialihkan ke selokan terus ke sungai dan laut. Susah meresap ke dalam tanah,” ujar Ismiati.

Aksi pembuatan biopori ini dilakukan oleh anak-anak siswa kelas 4 yang merupakan kader penerus eco ranger SDN Medokan Semampir I. Kondisi lahan yang berpaving tidak meruntuhkan semangat mereka untuk membuat lubang resapan biopori. 

Mereka dibantu guru dan petugas kebersihan sekolah mengangkat beberapa paving yang ada di area belakang sekolah untuk membuat lubang biopori. Anak-anak pun bergantian mengambil gragal atau bebatuan yang menghalangi pembuatan lubang dengan semangat. 

Sampah organik yang sudah dimasukkan ke dalam komposter dilembabkan, diaduk dan dipadatkan untuk mempercepat proses pembusukan

Selain membuat lubang serapan biopori, tim kader eco ranger  SDN Medokan Semampir I juga menambah sampah pada tong komposter aerob. Anak-anak bergantian dan saling membagi tugas dengan semangatnya. Mereka ada yang mengangkut sampah dan memasukkan ke dalam tong komposter. 

Sampah daun yang ditambahkan sekitar 12 kg beratnya yang berasal dari 2 karung sampah daun. Kemudian ada yang menyiram sampah daun. Selain itu, mereka pun berinisiatif mencari tongkat untuk mengaduk dan memadatkan sampah daun yang terdapat dalam komposter aero bantuan PT PLN (Persero) UIP JBTB II ini. 

Aksi yang dilakukan oleh kader tim eco ranger SDN Medokan Semampir I ini pun diselingi dengan pengetahuan tentang manfaatn lubang biopori. Nizamudin, aktivis Tunas Hijau, memaparkan kepada kader tim Eco Ranger SDN Medokan Semampir I bahwa lubang resapan biopori ini berguna untuk meresapkan air hujan.

Sampah daun sebanyak dua karung dimasukkan ke dalam komposter aerob

“Untuk menambah cadangan air tanah dan bisa untuk mencegah banjir,” terang Nizamudin. Terutama di Surabaya yang merupakan daerah pesisir, jika air tanah minim, maka akan berbahaya. “Minimnya air tanah akan diisi oleh air dan bisa mengakibatkan rapuhnya besi pondasi bangunan atau berkarat yang dapat membuat gedung jadi runtuh,” tambah Nizamudin.

Surabaya Eco Ranger adalah program pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan oleh Tunas Hijau bersama PT PLN (Persero) UIP JBTB II dan Pemerintah Kota Surabaya. Peserta Eco Ranger adalah 18 sekolah dasar negeri di wilayah kecamatan Mulyorejo dan Sukolilo.

Penulis: Fitri Al Istiqomah

Penyunting: Mochamad Zamroni

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *