Dinamika Realisasi Zero Waste SDN Semolowaru IV Surabaya

SDN Semolowaru IV Surabaya merupakan salah satu sekolah Surabaya Eco Ranger yang berhasil menerapkan sekolah zero waste. Yaitu sekolah yang tidak lagi menyediakan dan/atau menjual makanan dan minuman dengan kemasan non organik sekali pakai. Tidak di kantin sekolah. Tidak di koperasi sekolah. Tidak juga di ruangan lainnya di sekolah.

Surabaya Eco Ranger adalah program yang diselenggarakan oleh Tunas Hijau bersama PT PLN (Persero) UIP JBTB II dan Pemerintah Kota Surabaya. Program ini diselenggarakan sejak September 2019 untuk 18 SDN di Kecamatan Mulyorejo dan Sukolilo. SDN Semolowaru IV Surabaya satu diantara sekolah peserta program ini.

SDN Semolowaru IV juga telah berhasil membuat 25 lubang resapan biopori, serta menambah pepohonan baru di lahan sekolah. Sekolah ini juga mengolah sampah organik dengan media komposter aerob. Dua komposter aerob di sekolah juga penuh terisi dan siap panen. 

Tidak ada penggunaan wadah makanan minuman sekali pakai di SDN Semolowaru IV

Berdasarkan penuturan Melik Siamah, guru pembina SDN Semolowaru IV Surabaya, program zero waste di sekolah ini diawali dengan kerjasama sekolah dengan pihak kantin. Kepala sekolah kemudian membicarakan pengaplikasian zero waste dan sekolah sehat.

Kerjasama dengan penjual kantin menjadi langkah pertama yang dilakukan oleh SDN Semolowaru IV Surabaya,karena kantin adalah tempat yang paling sering didatangi siswa. Kantin juga yang menyediakan beragam jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi warga sekolah. Menurut Melik, bila langsung sosialisasi ke anak-anak akan sulit karena sumber sampah plastik dari makanan ada di kantin. 

Oleh sebab itu, sekolah meminta kepada kantin untuk segera mengganti perlengkapan kantin dengan tidak menggunakan plastik sekali pakai dan menggantinya dengan gelas, piring kecil, mangkok berbahan plastik kualitas baik yang dapat terus dipakai dan beberapa perabotan yang terbuat dari kaca.

Kantin SDN Semolowaru IV Surabaya bernama Kantin ICAIA SEMPAT menerapkan sistem pemisahan perabotan makanan kotor. Gelas kotor dikumpulkan di tempat gelas kotor, piring kotor diletakkan di tempat piring kotor, mangkok kotor diletakkan di tempat mangkok kotor, dan begitu seterusnya. 

Siswa dan guru SDN Semolowaru IV juga terbiasa membawa tumbler

Cara ini membantu pengurus kantin tentunya dan secara tak langsung mendisiplinkan siswa SDN Semolowaru IV untuk tidak terbiasa meninggalkan sampah atau perabotan makan mereka di meja kantin. 

Melik juga menjelaskan bahwa sekolah bekerja sama dengan meminta kepada kantin untuk tidak menjual minuman berbotol kemasan sekali pakai lagi yang sering menjadi sampah di sekitar sekolah atau kantin. 

“Sedangkan untuk jajanan kecil sudah tidak menjadi persoalan lagi bagi sekolah dan kantin. Hal tersebut dikarenakan kantin SDN Semolowaru IV Surabaya sudah lama tidak menyediakan atau menjual jajanan berkemasan sekali pakai di kantin,” tutur Melik Siaman.

Sehingga suatu keharmonisan antara pihak kantin dan sekolah dapat dengan mudah terjalin dalam mengaplikasikan zero waste. Selain itu, perberhentian menjual jajanan berkemasan non organik sekali pakai di kantin sekolah yang sudah lama zero waste ini membuat siswa menjadi tidak kaget. Siswa juga terbiasa dengan jajanan sehat yang dijual di kantin sekolah. 

Pelarangan menjual minuman kemasan sekali pakai ini menjadi langkah kedua bagi sekolah untuk mulai menerapkan program zero waste kepada siswa. Dimulai dengan meminta siswa untuk membawa botol minuman sendiri atau tumblr, membawa kotak makanan sendiri, dan tidak memperbolehkan siswa untuk membawa jajanan berkantong plastik ke sekolah. 

Aturan ini diberlakukan kepada setiap siswa untuk minimal memiliki botol minumnya sendiri. Sekolah sudah membiasakan kepada siswa untuk bertanggung jawab atas sampah yang mereka hasilkan. Misalnya, jika mereka secara tak sengaja membeli jajanan, maka mereka harus menyimpan sampah atau membawanya pulang dan tidak membuangnya di sekolah. 

Jika ada acara besar sekolah seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, sekolah akan mengumumkan kepada siswa untuk membawa kotak makan atau tumblr yang kemudian akan digunakan untuk menyimpan kue atau makanan yang dikonsumsi saat kegiatan. Hal ini dilakukan oleh SDN Semolowaru IV sehingga mengurangi penggunaan kardus atau kotak kue yang biasa digunakan. 

Menurut Melik, sebenarnya setiap hari itu ada saja anak dan sudah terbentuk tim namun apabila tidak diawasi atau diingatkan oleh guru terkadang siswa tidak melakukan kegiatan. Hal ini terjadi dikarenakan sekolah masih memiliki kekurangan terutama untuk melakukan pengawasan kepada anak-anak.

Meskipun begitu, SDN Semolowaru IV tetap memiliki perkembangan dalam kegiatan eco ranger yang setiap timnya terdiri 7 orang siswa telah berhasil membuat 25 lubang resapan biopori dan komposter yang ada sudah penuh serta siap dipanen. Selain itu, sekolah sebenarnya sudah pernah menjual minyak jelantah. 

Minyak jelantah biasanya dikumpulkan oleh siswa langsung ke dalam jerigen-jerigen ukuran 5 liter yang sengaja diletakkan di tiap-tiap kelas. Tak ada jadwal khusus atau hari khusus bagi siswa untuk mengumpulkan minyak jelantah. “Anak-anak bisa mengumpulkan kapan saja apabila tampungan minyak jelantah yang ada di rumah sudah penuh. Anak-anak bisa bawa dan dikumpulkan ke jerigen yang ada di kelas,” kata Melik.

Untuk pengumpulan jelantah ini, sekolah berupaya untuk melakukan koordinasi dengan guru-guru wali tiap kelas. “Setelah jerigen jelantah tiap kelas penuh, minyak jelantah tersebut akan dipindahkan ke dalam jerigen yang lebih besar yang ukurannya sekitar 40 liter,” ungkap Melik Siamah. 

SDN Semolowaru IV juga tetap berusaha menjaga kebersihan lingkungan yaitu dengan rutin melakukan Jum’at Bersih. SDN Semolowaru IV juga menerapkan sistem PR yaitu apabila ada siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah akan diberi sanksi membersihkan sampah dan memilah-milah sampah kering, sampah basah, dan sampah organik. 

Pelaksanaan sanksi ini pastinya diawasi oleh guru yang sedang tak memiliki jadwal mengajar. Kegiatan ini sangat memberi manfaat bagi sekolah terutama kurangnya sampah yang awalnya setiap tong di sekolah selalu penuh sampah. 

SDN Semolowaru IV Surabaya memiliki kurang lebih 40 tong sampah sekarang biasanya tong sampah yang terisi sampah hanya 3 atau 4 tong sampah saja. Sehingga sekolah berharap kegiatan ini bisa dilakukan terus oleh semua pihak sekolah terutama perlunya sinergi antara guru, siswa, dan petugas sekolah.

Penulis: Fitri Al Istiqomah

Penyunting: Mochamad Zamroni

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *